Mengenal Ciri dan Sepak Terjang Islam Liberal.
(Bagian Pertama)
By. Idrus Abidin.
Islam liberal adalah sebuah aliran sempalan dan sekte sesat
yang menjamur di dunia Islam di zaman modern. Persis seperti khawarij,
Syi'ah, muktazilah dan beragam aliran sesat di masa lalu. Namun, umumnya
pengamat aliran dan kepercayaan modern mengkategorikan mereka sebagai
muktazilah plus. Tak lain karena kesamaan prinsip mereka sebagai
pengasong rasionalitas. Bahkan, Islam liberal disebut kelompok rasional
materil (aqliyah maddiyah). Dua ciri utama kaum sekuler moderen. Karena
Islam liberal memang lahir dari rezim sekuler. Bahkan, mereka adalah
kaum intelektual terjajah yang begitu terkagum-kagum sekaligus minder
ketika berhadapan dengan peradaban Barat.
Dari sisi nama, Islam liberal sudah bermasalah. Islam tak mungkin liberal. Dan, liberal tak mungkin Islam. Kalau muslim liberal masih mungkin. Walaupun, kata KH. Hasyim Muzadi, mereka itu muslim tanggung dan kafir tak jelas. Di barat dianggap kurang kafir, di Islam tak diakui muslim benar. Mungkin inilah yang disebut muslim bingung, ragu, tak berprinsip dan beragam istilah banci dan bernuansa munafik lainnya. Namun, walau bagaimanapun, sebagai mana sikap Rasulullah, mereka masih dianggap secara lahiriah. Adapun hakikat mereka, diserahkan sepenuhnya kepada Allah. Satu hal yang membedakan Islam liberal modern dengan Islam liberal masa lampau adalah kondisi kaum muslimin. Di masa lalu, Islam liberal bermanuver secara intelektual di saat peradaban Islam berada di puncak zaman keemasan. Sehingga mereka mendapatkan perlawanan ekstra keras dari khilafah dan ulama. Sekarang, Islam liberal menikmati kemunduran Islam dan kemajuan peradaban Barat. Media dan kekuasaan senantiasa mereka dekati sebagai dua alat ampuh untuk menyukseskan visi misi mereka.
Koreksi Atas Nama Islam Liberal.
Dari sisi labeling, Islam liberal sebagai kata majemuk
sudah menunjukkan kontradiksi akut yang menggambarkan kebingungan para
pengasongnya. Islam adalah simbol keikhlasan dan kecintaan manusia
menyerahkan diri sepenuhnya kepada aturan Allah dan rasul-Nya. Ikhlas
kepada Allah di sini adalah ungkapan kemerdekaan muslim dari pengaruh
dan was-was syaitan. Itulah makna la Ilaha Illallah. Tentu makna ini
tidak dikehendaki oleh pengasong liberal. Padahal, mereka seringkali
mempekosa Islam secara kebahasaan sebagai sikap berserah diri kepada
Allah, apa pun agamanya (pluralisme agama). Di situlah salah satu
tafsiran/kelicikan/kesesatan Islam liberal. Adapun Islam secara istilah
sebagai perpaduan antara keimanan (dibenarkan dengan hati), diwujudkan
dengan ucapan (syahadat dan beragam simbol Islam seperti takbir dll), dan dibuktikan dengan perbuatan secara praktis berupa shalat, puasa, zakat, dll, tak diakui oleh mereka.
Liberal adalah simbol kebebasan (liberty). Tetapi kebebasan
yang mereka maksud bukan makna Islam secara bahasa seperti yang kita
jelaskan sebelumnya. Tetapi bebas dalam artian Islam baru yang lebih
rasional dan lebih material. Islam yang bebas dari makna ghaib,
mukjizat, sakral dll. Islam dengan Qur'an sebagai produk budaya cerdas
Arab, bukan sebagai Wahyu. Nabi Muhammad sebagai nabi cerdas tanpa
embel-embel mukjizat, tanpa perlu tunduk patuh pada Sunnah-Sunnahnya
secara literal. Cukup dianggap nabi yang hebat sesuai zamannya. Adapun
sekarang, Qur'an dan Sunnah itu kitalah yang lebih mengerti tafsirannya.
Islam masa lalu telah menyejarah. Biarkanlah kami bikin format Islam
baru yang serba rasional dan material versi Barat. Itulah hakikatnya.
Maka sikap inkar Sunnah menjadi ciri umum di kelompok sesat ini.
al-Qur'an dan hadits tidak ditafsirkan berdasarkan prosedur resmi ulama
(teks/ma'tsur), tapi berdasarkan realitas yang berlaku saat ini
(aktual/kontekstual). Sayang konteks yang mereka maksud adalah peradaban
Barat seperti HAM, emansipasi wanita dan kepemimpinan kaum wanita dll.
1. Menetralisir pengaruh agama dalam ranah sosial (Masyarakat dan negara). Islam hanya urusan pribadi.
2. Berusaha mempelajari dan mengarahkan Islam berdasarkan kacamata peradaban Barat Material.
3. Berusaha Menghilangkan batas-batas psikologis agama dengan istilah pluralisme agama.
4. Bekerja keras melawan gerakan formalisasi syari'at.
5. Emansipasi wanita.
2. Berusaha mempelajari dan mengarahkan Islam berdasarkan kacamata peradaban Barat Material.
3. Berusaha Menghilangkan batas-batas psikologis agama dengan istilah pluralisme agama.
4. Bekerja keras melawan gerakan formalisasi syari'at.
5. Emansipasi wanita.
Ciri-Ciri Islam liberal :
1. Kurang memahami akidah Ahlu Sunnah (lebih senang akidah rasional muktazilah).
2. Tidak berpedoman pada aturan hukum dan etika Islam.
3. Bekerja sama dan saling mendukung dalam proyek liberalisasi Islam.
0 komentar:
إرسال تعليق