Indra dan Akal sebagai Sarana dan Referensi Pengetahuan.
(Ringkasan Mata Kuliah Efistemologi Islam Semester VIII STIS al-Manar Jakarta)
Oleh : Idrus Abidin.
Hasil perkuliahan jarak jauh akibat covid-19. Dishare agar bisa dimanfaatkan masyarakat umum. Semoga bermanfaat.
----------------------
Indra dianggap oleh aliran empirisme sebagai sarana pengetahuan paling utama. Indra berfungsi juga sebagai alat survival
Kelemahan Indra :
Apa
yang dilihat atau didengar dll seringkali tidak sesuai kenyataan
sebenarnya. Contoh, bulan terlihat kecil, padahal diameternya jauh lebih
besar dari kesan mata. Telinga ketika mendengar dentuman bom, butuh
waktu untuk sampai ke telinga sesuai jauhnya jarak kita dari sumber
suara.
Agar kelemahan indra bisa diminimalisir, dibutuhkan alat pengetahuan lain, yaitu akal.
Kelebihan akal :
A.
Membantu Indra untuk mengetahui objek lebih utuh. Contoh, bulan yang
terlihat hanya sebelah bisa tampak utuh seperti bola dengan bantuan
akal.
B. Ukuran sesuatu
secara real bisa diukur berdasarkan nilai matematis atau logika
tertentu. Seperti ukuran bumi, matahari, planet dll. Sehingga penggaris
yang tampak bengkok pada kedalaman air, bisa diketahui lurus oleh akal
ketika berada di luar air. Untuk melengkapi kerja akal, juga dibutuhkan
Indra batin. Indra batin ini memiliki kecakapan yang memudahkan akal
dalam merekam pengetahuan. Termasuk diantaranya :
1. Indra bersama (al-Hiss al-Musytarak)
Fungsinya,
menyatukan data yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, diraba
oleh kulit, dicium oleh hidung, dirasa oleh lidah. Dengan Indra batin,
data parsial setiap Indra itu disatukan sehingga menjadi data utuh yang
memberikan pengetahuan konfrehensif.
2. Daya imajinasi (khayal).
Mata,
telinga, hidung, kulit, lidah dll bisa menangkap objek apa adanya
tetapi tidak mampu merekam objek tersebut. Dengan daya imajinasi, kesan
objek-objek tersebut bisa terekam baik dalam ingatan. Sehingga kita bisa
mengenal/mengingat wajah anak dan pasangan
Contoh, kamera bisa mencerap objek gambar, sekaligus merekam dan menyimpan objek tersebut dg recorder-nya.
3. Daya estimasi (wahm).
Daya
estimasi ini membantu untuk memahami "maksud" dari suatu objek.
Sehingga sesuatu tersebut bisa dinilai bermanfaat atau berbahaya.
Jadinya, manusia bisa bertindak sesuai Indra batin yg disebut daya
estimasi ini.
4. Daya imajinasi (mutakhayyilah) plus.
Sebuah
kemampuan Indra batin yang mampu mengkhayalkan model-model beragam yang
ada dalam khayalan, walaupun tidak ada dlm kenyataan. Seperti imajinasi
tentang buraq yang merupakan gabungan antara kuda yang berkepala
manusia disertai beberapa sayap. Juga seperti gunung emas, sekalipun
tidak ada di dunia nyata. Murni khayalan....
5. Daya Memori (al-Hafidzah).
Imajinasi
yang ada di bagian 4 di atas direkam oleh memori kita agar bisa
lestari. Sebagaimana imajinasi di dunia nyata direkam utuh oleh daya
khayal kita. Dengan memori ini, kita tidak saja mengingat objek real,
tetapi juga bisa mengingat objek abstarak seperti teori dalam ilmu
pengetahuan manusia. Atau, imajinasi tidak real seperti gunung emas
Akal sebagai sumber pengetahuan.
Akal ada 2 macam :
A. Akal teoretis.
B. Akal praktis.
Akal
teoretis berkait dengan ilmu pengetahuan. Sedang akal praktis terkait
dengan etika. Pembahasan lebih fokus ke akal sebagai sumber dan sarana
pengetahuan (akal teoretis).
Bagaimana akal menyempurnakan pengetahuan indrawi?
Kelebihan
lain akal yang tidak dimiliki Indra lahir dan Indra batin adalah
kemampuan bertanya secara kritis berdasarkan kategori-kategori tertentu,
seperti :
1. Ruang,
2. Waktu,
3. Substansi,
4. Kausalitas,
5. Kuantitas
6. Relasi.
Namun
kekuatan utama akal ada pada kemampuannya memahami esensi atau
kuiditas. Yaitu kemampuan akal memahami konsep esensi dari sebuah
objek. Seperti memahami manusia secara esensial (secara umum); bukan
lagi manusia secara khusus yang ada di dunia realitas seperti Idrus,
Yahya, Arif dll. Tetapi sifat dasar kemanusiaan universal. Demikian pula
ketika berbicara tentang meja, bukan lagi meja makan dengan beragam
model dll, tetapi meja secara universal (konsep). Dengan kemampuan akal
ini, manusia bisa memiliki ilmu tentang banyak konsep yang tidak
membutuhkan ruangan fisik yang luas. Mirip seperti bisnis online hari
ini yang hanya menampilkan gambar barang di toko maya, sekalipun
barangnya tidak harus ada di toko real.
Kamis, 26 Maret 2020.
_____________________
Sumber Referensi :
- 1. Pengantar Epistemologi Islam, Dr. Mulyadhi Kartanegara.
- 2. Filsafat Ilmu, Perspektif Barat dan Islam, Dr. Adian Husaini, et. al.
- 3.Nashariyatul Ma'rifah Baina al Qur'an wa al-Falsafah, Dr. Rajih al-Kurdi.
0 komentar:
إرسال تعليق