Semua manusia dari berbagai sekte keagamaan (terutama ahli kitab), termasuk kalangan pagan Majusi, telah memprediksi dekatnya kehadiran beliau di pentas sejarah manusia. Tak heran kalau seorang Salman al-Farisi, dalam jejak keislamannya, harus berkelana ke beberapa orang pendeta Majusi sebelum akhirnya diarahkan ke sebuah wilayah berpasir, penuh dengan kebun-kebun kurma. Itulah Madinah. Sebagai tempat yang diprediksi akan kedatangan nabi akhir zaman. Bunda Aminah, ketika mengandung sang bintang, juga memiliki cerita berbeda. Dia melihat dalam mimpinya ada seberkas cahaya keluar dari perutnya dan dengan sinar tersebut ia dapat melihat istana Busra di negeri Syam.
Detik-Detik Kelahiran.
Tak berapa lama setelah Abdullah menikah dengan Aminah, ibunda Rasulullah, sebagaimana tradisi bisnis yang berlaku di internal suku Quraisy, mereka berangkat ke Gaza, Palestina (Syam) untuk kepentingan bisnis. Setelah misi bisnis selasai, delegasi bisnis ini singgah di kota Madinah. Singgah pula Abdullah di rumah saudara seibunya dari kalangan Bani Najjar karena merasa kurang sehat. Namun ternyata, beberapa hari kemudian, ia meninggal dan dikuburkan di sana. Ketika itu, sang ayah baru berumur 25 tahun. Sedang Rasulullah, masih dalam kandungan sang bunda. Maka status Rasulullah segera berubah menjadi yatim sesuai penuturan al-Qur'an (QS ad-Duha : 5)
Sejarawan sepakat, hari senin adalah hari kelahiran Rasulullah. Beliapun pernah berkata, “Hari senin adalah hari kelahiranku. Hari senin pula saya diutus jadi nabi atau pertama kali aku menerima wahyu.” (HR Muslim, no. 1162) Tahun kelahiran Beliau pun disepakati bersama oleh ahli sejarah sebagai tahun gajah. Yaitu tahun di mana raja Yaman bernama Abrahah mengerahkan ribuan pasukan untuk menyerang Ka'bah. Alasannya, sebelumnya, di Yaman, dia telah membangun sarana ibadah yang tergolong mewah bernama Qulayyis. Harapannya, ketenaran Ka'bah bisa tertandingi sehingga ada destinasi wisata baru yang dianggap rekomendid. Suatu hari, terjadi peristiwa mengejutkan di Qulayyis ini. Ada seseorang tak jelas identitasnya mengencingi tempat ibadah itu yang membuat Abrahah murka dan berazam untuk menyerang Ka'bah.
Dalam misi penyerangan inilah, Abrahah membawa gajah besar yang menjadi identitas dan kebanggaan pasukan ini. Sehingga peristiwa tersebut dikenal dengan tahun gajah. Sesuai tradisi yang berlaku pada tatanan suku Qurasiy, penamaan tahun biasanya dikaitkan dengan peristiwa penting yang terjadi. Peristiwa tersebut direkam jejaknya oleh Allah dalam surat al-Fiil. Kejadian tersebut terjadi pada bulan rabi'ul awwal.
Umumnya masyarakat kita menyatakan, kelahiran beliau pada tanggal 12 rabiul awwal. Walaupun, ada juga yang menyatakan tanggal 8 rabiual awwal (Ibnu Hazm) atau tanggal 10 rabiul awwal. Yang jelas, 12 rabi'ul awal tahun gajah itu bertepatan dengan 22 April 571 M.
Setelah beliau lahir, ia diserahkan ke kakeknya Abdul Muttalib dan dimasukkan ke dalam Ka'bah. Pada hari ketujuh, sebagaimana tradisi yang berlaku ketika itu di internal suku Quraisy, Muhamad kecil diaqiqah dengan mengundang kolega-kolega sang kakek sekaligus menamai sang cucu dengan Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib. Ketika ditanya kenapa menamai sang cucu dengan nama yang jarang digunakan di masyarakat Arab, sang kakek menjawab, “Saya berharap ia nanti terpuji (mahmud) di surga maupun di dunia ini.” Terkait dengan ini, Hassan bin Tsabit, sang penyair Rasulullah pernah berkomentar, “Sang khaliq mengambil nama rasulNya dari namaNya sendiri. Sementara Allah terpuji (mahmud), nabiNya adalah Muhammad (patut dipuji). Kedua kata ini berasal dari satu suku kata dan mengandung makna yang sama pula. Sedikitnya bangsa Arab yang menggunakan nama ini tentu merupakan sebuah hikmah dari Allah. Karena nama beliau sudah ada di kitab Taurat dan tercantum dengan jelas dalam kitab Injil. Bahkan, dalam al-Qur'an pun nama beliau tertulis pada beberapa ayat. Surat Ali Imran ayat 138, surat Muhammad ayat 2 surat al-Ahzab ayat 40, surat al-Fath ayat 29 semuanya menyebut nama Rasulullah, Muhammad. Walaupun dalam surat as-Shaf, nama beliau disebut Ahmad. Perbedaan ini terjadi karena Ibunda beliau telah menamai Rasulullah dengan Ahmad sebelum sang kakek menamainya Muhammad.
Petikan Hikmah.
Sejumlah pelajaran bisa disarikan dari detik-detik kelahiran Rasulullah ini. Misalnya :
Hari senin adalah hari istimewa bagi Rasulullah. Di situlah beliau lahir, diangkat jadi rasul dan bahkan pada hari itu pula beliau berpulang ke rahmatullah. Salah satu alasan kenapa beliau puasa pada hari senin adalah karena hari itu bertepatan dengan kelahiran Rasulullah.
Status keyatiman beliau sejak lahir mengandung hikmah penting. Pertama, agar tidak dituduh ketika berdakwah nanti hanya sekedar mengikuti pengarahan sang ayah. Kedua, agar beliau memiliki rasa prikemanusiaan yang tinggi. Karena beliau pun lahir dalam kondisi yatim dengan beragam dinamika yang ada. Ketiga, supaya beliau dididik langsung oleh ibunya sendiri sebagaimana umumnya para nabi. Bahkan, nabi Isa alaihissalam lahir tanpa peran ayah samasekali.
Rasulullah dibina secara langsung oleh Allah. Inilah keistimewaan setiap nabi. Mereka semua adalah manusia percontohan yang langsung mendapatkan pengarahan dari Allah. Makanya, Allah berfirman, “Supaya engkau dibina di bawah pengawasanKu.” (QS Thaha: 39) dan firmanNya, “Aku memilihmi untuk diriKu.” (QS Thaha: 41) Wallahu a’lam.
Penulis : H. Idrus Abidin, Lc, M.A
Penulis : H. Idrus Abidin, Lc, M.A
0 komentar:
Post a Comment