Sunday, December 9, 2018

Islam adalah Masa Depan.


Seringkali Islam dituduh sebagai sebab keterbelakangan, radikalisme, kemunduran, statis (jumud), teroris dan sejumlah label menyesakkan lainnya yang dikembangkan oleh musuh-musuh Islam dan orang Islam yang termakan oleh opini mereka. Benarkah Islam itu terbelakang seperti yang mereka tuduhkan?!

Visi Islam bernuansa ke depan dengan menjadikan Allah dan akhirat sebagai fokus utama (ibadah dan tanggung jawab). Sehingga apa pun yang tidak berkategori ibadah (Allah) dan tanggung jawab (akhirat) pasti menurut Islam terbelakang, statis, radikal kiri, dan gagal. 


Berdasarkan hal ini, Maksiat, penyimpangan, kekafiran, kefasikan dan kekafiran adalah sumber keterbelakangan, asal usul radikalisme dan pemicu terorisme. Tak ada masa depan selain Allah dan akhirat. Kuburan itu surga orang-orang beriman. Bawah tanah jauh lebih mulia di banding atasnya jika seseorang berislam dg baik. Karenanya, Islam ingin hidup mulia penuh kebebasan ibadah, tanpa intimidasi musuh. Klo tidak, mati syahid karena membela yang benar adalah pilihan yang tidak ada duanya. 

Islam itu, kekinian. 

Islam bukan idealisme langit tanpa pijakan di bumi. Islam bukanlah masa depan tanpa masa kini. Karena kekinian itu misi Islam. Yaitu hal-hal praktis yang dilakukan oleh muslim demi menjamin eksistensi dunia dan akhiratnya sekalian. Kekinian Islam itu minimal pada 3 faktor berikut :

1. Kesadaran penuh bahwa hidup ini hanyalah ujian. Di sini, kesuksesan muslim diukur pada kemampuannya mendidik fitrah suci demi  mencintai Allah dan rasul-Nya dan dalam rangka membenci thagut dan semua  turunannya. Lalu hal itu dilakukan dengan penuh konsistensi tinggi (istiqamah) supaya bisa menjadi mukmin dan Muhsin. Dua kelas keimanan yang sangat bergengsi dalam siklus keislaman. Kelas yang menunjukkan muslim berhasil mendidik diri dengan iman dan taqwa hingga ke level amal terbaik, kesabaran tinggi dan perjuangan penuh semangat (mujahadah). Ujungnya, mereka terbebas dari virus kemunafikan, Kesyirikan dan kekafiran. Itulah makna ujian dalam kekinian kaum muslimin. 

2. Keyakinan penuh  bahwa alam semesta adalah fasilitas yang disediakan oleh Allah untuk dieksplorasi dengan baik agar bisa digunakan dalam melaksanakan ujian ibadah dan tanggung jawab sebagai muslim di dunia ini. Sebagai makhluk kekinian, muslim adalah pekerja keras demi mempelajari rahasia alam semesta yang tampak konstan dan penuh keteraturan. Alam ini, dalam pandangan Islam adalah perwujudan dari Rububiyah Allah dengan segala IhsanNya. Alam berwujud Sunnah kauniyah (rumusan alam) dengan segala keteraturannya. Di sanalah perbuatan sifat-sifat Allah aktual, termasuk qadha dan qadarNya. Sehingga semua pelosok alam adalah identitas ketuhanan, jika dipelajari dg baik maka bukti2 kekuasaan Allah, kehebatanNya dan semua kebijakanNya tersingkap dengan sangat menakjubkan. Inilah makna perintah Allah untuk mentadabburi alam sekitar agar bisa mengantarkan manusia kepada Rabbnya. Hasilnya, terciptalah tekhnologi dan sains. Walaupun sains dan tekhnologi tidak melulu dominasi Islam layaknya hidayah dan keislaman. Sains dan teknologi adalah barang murah yang diobral oleh Allah kepada siapa saja yang mau mempelajarinya. Adapun hidayah, tidak akan diberikan kecuali kepada hamba pilihan. Inilah makna kekinian Islam di bidang sains dan teknologi. Jika ada yang berkata, mereka (non muslim) sudah sampai ke bulan, muslim masih tetap di bumi dg buku2 fikih. Katakan, apa guna sampai ke bulan kalau tidak mengerti jalan menuju Tuhan !!!. 

3. Kenyataan bahwa Islam menyikapi Manusia dan semua makhluk dengan penuh keadilan dan sikap Ihsan. Inilah makna kekinian Islam di dunia sosial. Kezaliman adalah keterbelakangan dan sumber semua masalah. Islam tidak mengenal kezaliman di level ajaran normatif, walaupun kaum muslimin terbuka peluang berlaku zhalim. Di langit tidak ada kezaliman. Hanya di bumi ini kezaliman mungkin terjadi. Penyebabnya, ketidaktahuan seputar Islam; akidah, ibadah, etika dan muamalah. Syirik yang dilakukan manusia adalah fakta tertinggi kezaliman manusia kepada Allah. 

Masa lalu itu, kita yg belum islami. 

Intinya, masa lalu dalam Islam adalah kita yang belum mengenal Islam dengan baik. Jadinya, kita perlu berbenah diri demi hidup yang lebih baik. Penuh jaminan masa Depan dengan aktivitas dan kerja keras, kerja cerdas, full ikhlas demi memperjuangkan misi terkini dan kekinian Islam. 

Semoga kita terus menjadi makhluk yang berorientasi ke depan tanpa kehilangan masa kini. Melangit tanpa lupa pijakan di bumi ini. Adil dan Ihsan tanpa  terjerumus dalam kubangan kezaliman. Minimal sebelum ajal itu datang bertandang. Aamiin. 

Penulis : Idrus Abidin, Lc, M.A

0 komentar:

Post a Comment

Categories

About Us

There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form.

Contact Form