Islam dan nasionalisme seringkali dipandang bertentangan oleh kalangan Islam liberal/kiri. Padahal, salah satu prinsip utama Islam adalah menyatukan, bukan mempertentangkan. Di saat muslim beragama dg baik, dia bisa menjadi nasionalis sekaligus. Di saat dia berislam, dia juga menjadi manusiawi sekaligus. Berbeda dg Persfektif Barat, jika Tuhan disembah, pasti manusia terzalimi. Jika manusia berkuasa maka Tuhan dianggap telah mati. Hanya ada 2 pilihan, tidak ada yg ketiganya.
Dalam Islam, jangankan negara, motor, mobil dan aset apa pun yang dipertahankan dari pencuri, lalu kita meninggal, maka kita terhitung syahid. Rasulullah bersabda, "Siapa pun terbunuh karena mempertahankan hartanya, maka dia syahid. Siapa pun meninggal karena membela kehormatannya, maka dia syahid..."
Posisi Nasionalisme dalam Islam.
Dalam struktur keimanan, yang pertama adalah Allah dan rasul-Nya (Qur'an dan Sunnah), ijma' baru akal (qiyas). Makanya, ketika Umar bin Khattab bertemu di suatu pagi dg Rasulullah, beliau bertanya, "Bagaimana keadaanmu hari ini wahai Umar?," Kata Umar, pagi ini sy penuh keimanan kepada Allah. Rasulullah menyelidik lebih lanjut, "Apa bukti keimananmu? Karena segala sesuatu pasti ada buktinya". Umar menjawab, tidak ada yg lebih kucintai melebihi Allah, lalu diriku. Rasulullah lalu berkata, "Engkau salah wahai Umar." Umar pun segera berpikir di mana letak kesalahan berfikirnya. Hingga ia berkata, tidak ada yg lebih aku cintai melebihi diriku selain Allah dan rasul-Nya. Maka Rasul pun menjawab, "Sekarang baru kamu benar wahai Umar."
Kecintaan manusia kepada Allah dan rasulNya adalah tujuan utama kehidupan. Mencintai keduanya secara zat adalah kewajiban setiap kita sebagai muslim. Ada pun cinta kepada selain Allah dan rasul-Nya, termasuk tanah air (nasionalisme) dll hanyalah sesuai fungsinya dalam mengantarkan kepada cinta Allah dan rasul-Nya. Jika tanah air bertentangan dg Allah dan rasul-Nya, seperti ketika Makkah mengusir Rasulullah dan para sahabat, maka hijrahlah solusinya. Itulah nasionalisme yg benar versi Islam. Nasionalisme itu berpuncak saat Rasulullah memenangkan Fathu Makkah tanpa perang. Hanya show force saja. Makkah akhirnya menjadi mercusuar peradaban Islam. Dan, dari sanalah Islam sampai ke Indonesia dg cara damai. Wallahu a'lam
0 komentar:
Post a Comment