Islam adalah produk Allah yang maha mengetahui maslahat manusia di masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Karenanya, tidak mungkin salah, tanpa hikmah, tidak adil dan tidak full manfaat. Dunia ini adalah cerminan profesional (Ihsan) Allah dalam mencipta, termasuk kita, sekitar kita, tanpa cela. Islam demikian tercatat dalam Al-Qur'an, tertulis dalam laporan Sunnah, tersusun dalam ijma', terbentuk dalam qiyas; berdasarkan ijtihad ulama empat madzhab.
Islam yang telah mengalami proses penyesuaian dengan budaya Arab. Sehingga Arab dan sekitarnya mendapatkan kehormatan untuk mendunia dan mengakhirat lewat formulasi Kitab suci yang berbahasa Arab dan nabi yang berkebangsaan Arab. Artinya, Arab telah menjadi bagian dari keberagamaan kita, tanpa perlu dipertanyakan lagi. Ga ada shalat tanpa Qur'an (Al-fatihah dan Surat lain) yang berbahasa Arab. Makanya, untuk mengerti al-Qur'an dan hadits, dibutuhkan pemahaman budaya Arab era jahiliah dan zaman keislaman. Karena di sanalah terjadi proses Islamisasi Arab dalam budaya dan bahasa. Sehingga shalat yang tadinya hanya berarti do'a, kini berubah menjadi istilah. Yaitu gerakan yang diawali dengan takbir lalu diakhiri dg taslim (salam). Begitu pula takwa. Awalnya hanya berarti preventif, menjadi upaya menjauhkan diri dari neraka (tameng) dg cinta, harap dan rasa takut kepada Allah. Demikian pula zakat, sedekah, ilmu dll.
Islam KTP dan Islam Gado-Gado.
Tanpa proses penyesuaian dengan Islam melalui kegiatan belajar tentu susah menyatakan seseorang itu muslim sejati. Karena saat ini, budaya yang menyongsong kelahiran kita adalah budaya lokal yang terkontaminasi dengan nuansa kesyirikan. Mitos menjadi dasar keyakinan. Jampi-jampi sebagai alternatif pengobatan; termurah dan murahan. Hingga dukun-dukun sebagai referensi. Pamali seolah menjadi dasar halal haram dan sejumlah keyakinan dinamisme dan animisme lainnya. Islam baru kelihatan saat idul adha dan idul Fitri, maulidan, mikrajan, tahlilan, barzanjian dll. Ketika pengajian, belajar tajwid, belajar Sirah, tidak banyak yang nongol. Sekali pun banyak yang mengaku cinta nabi. Islam akhirnya seperti gado-gado; serba ada dan tidak ada proses seleksi dan adapsi.
Do'a Akhir Tahun VS Do'a Ma'tsurat (Pagi Petang) dan Do'a Setiap Awal Bulan.
Salah satu bentuknya adalah do'a akhir tahun. Alasannya, tidak ada larangan untuk berdo'a di setiap waktu. Padahal, do'a pagi petang dan do'a tiap awal bulan hijriah belum tentu dilakukan. Apa pentingnya do'a akhir tahun klo do'a harian dan awal tiap bulan sudah dilakukan!? Demikianlah setan mengelabui (syubhat) manusia, agar tidak mengenal jalur cepat masuk surga. Disibukkan dengan amalan2 rekaan, padahal amalan Sunnah bertebaran tiada kira banyaknya. Telah dipraktekkan nabi dan manusia terbaik di zaman emas Islam. Demikian pula setiap kreativitas ibadah baru pasti mengusir sunnah-sunnah baku.
Do'a pagi petang (amalul yaum wa al-lailah) sudah banyak dikenal orang. Beda dengan do'a ketika melihat hilal di awal-awal bulan Hijriyah, blm banyak diketahui khalayak. Inilah do'a sunnahnya :
اللهُ أَكْبَرُ اللَّهُمَّ أهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالأمْنِ وَالإيمانِ ، وَالسَّلاَمَةِ وَالإسْلاَمِ ،والتَّوْفِيْقِ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى رَبِّيْ وَرَبُّكَ اللهُ ، هِلالُ رُشْدٍ وخَيْرٍ
“Allah Maha Besar, ya Allah, tampakkanlah hilal itu dengan membawa rasa aman dan iman, keselamatan dan Islam, juga menghadirkan taufik ke arah yang Engkau cintai dan ridhoi. Robbku dan Robbmu (wahai sang hilal) adalah Allah. Engkaulah hilal yang membawa petunjuk dan kebaikan”. (HR. Tirmidzi no. 3451. Dinyatakan hasan oleh Al Albani dalam Shohihul Jami’ no. 4726.HR. Abu Dawud no. 5092.)
Islam Realitas Apa Adanya (Budaya)
Islam akhirnya dipahami sebagai apa yang ada dalam realitas ummat Islam terkini. Tidak terlihat jelas adanya upaya menjauh dari praktek syirik, kegiatan yang berbau sihir dan aktivitas budaya yang tidak diajarkan Islam. Natalan misalnya, begitu banyak pusat perbelanjaan, mall-mall, show room mobil memajang atribut natalan. Bahkan, pakaian ala sinterklas diobral habis-habisan. Termasuk topi merah putih yang khas itu.
Di akhir tahun, muda mudi dan ortu yang masih lupa diri, begitu ramai di diskotik, bar-bar, tempat rekreasi dll. Katanya, menanti pergantian tahun yang nantinya dianggap bersejarah. Tak sedikit kembang api dijadikan sarana selebrasi. Seolah bahagia itu karena akhir tahun. Padahal, dosa dan maksiat tak pernah ditangisi. Utang dan kewajiban kepada Allah tak pernah diseriusi.
Islam Ideal (Normatif); Islam Langit.
Bumi bersedih begitu perih, karena langit tak dipedulikan ketika manusia berbuat dan bertingkah laku di atasnya. Padahal, muslim yang baik; Membumi tanpa lupa visi langit. Katanya, amal yang diterima harus ikhlas karena Allah dan mengikuti petunjuk Rasulullah. Itulah ikhlas dan mutaba'ah. Non muslim bisa saja ikhlas, tp tidak mungkin aktivitasnya mengikuti rasul, tanpa mereka masuk Islam. Itulah pentingnya prinsip la Ilaha Illallah, Muhammadun Rasulullah. Sementara, muslim bisa saja kegiatannya mengikuti Rasulullah, tapi jika nihil ikhlas apa gunanya!? Itulah kenapa Allah mengingatkan :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS Al-Baqarah : 208)
Islamlah satu-satunya jalur yang benar dengan ikhlasnya dan patuhnya pada contoh praktis Rasulullah. Di luar itu, hanyalah langkah-langkah syetan. Yaitu, upaya memalingkan manusia dari jalur lurus menuju kesesatan dan ketersesatan. Dari fitrah ke arah menyimpang, tanpa ampun. Hanya orang-orang ikhlas (mukhlasin) yang bisa selamat dari penyesatan opini iblis beserta konco-konconya; yang memegang semua media, cetak maupun cetek (hehehe).
Larangan Mencontoh Praktik Budaya, Ibadah dan Tradisi Non Muslim.
Karena Islam adalah kiblat kebenaran, maka Amerika, eropa, Inggris, Jepang, China, dll tidak memiliki tempat dalam akidah dan idealisme Islam. Kalau urusan tekhnologi, bolehlah mereka dicontoh. Tapi masalah hidayah, fitrah dan khilafah kitalah pemegang lisensinya dari langit. Ga boleh kita ganti atau dioplos dengan budaya, tradisi dan agama lain. Tekhnologi dan sains masuk dalam kategori hikmah yang bisa dipungut dari mana pun selama selektif dari bias-bias mitos yang menginfeksi.
Menyerupai Non Muslim, Bentuk Rasa Cinta Dan Loyalitas (Wala') Yang Terlarang.
Islam melarang ummatnya menyerupai pihak-pihak yang jauh dari idealisme Islam. Dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
"Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka." (HR. Abu Dawud, Al-Libas, 3512. Al-Albany berkata dalam Shahih Abu Dawud, Hasan Shahih no. 3401)
Kemiripan dari sisi hati, ucapan dan sikap merupakan indikasi kuat adanya sikap jatuh hati ke budaya lain. Padahal, cinta takkan beralih ke pihak lain, mana kala budaya sendiri dipahami dengan baik. Maka, sikap tak percaya diri dengan milik sendiri, lalu mencontek peradaban lain, bukti bahwa kita sudah terjajah secara jiwa, bahkan lidah dan fisik sekaligus. Maka, jika tak mawas diri kita pasti masuk dalam kategori ummat pembeo....
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ
“Sungguh kalian akan mengikuti budaya orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta. Sampai-sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang biawak (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi kalau bukan mereka dan semisalnya !?” (HR. Muslim no. 2669)
Biar tidak kepanjangan, semoga kita dimuliakan Allah dengan Taufik dan hidayahNya; dunia akhirat. Amiiiin.
Penulis. Ust. H. Idrus Abidin, Lc, M.A
0 komentar:
Post a Comment