Tuesday, December 4, 2018

Iman dan Kekufuran (syirik) By. Idrus Abidin, Lc, M.A


Iman adalah sikap membenarkan keberadaan Allah, malaikat, rasul, kitab suci, akhirat dan takdir dengan hati. Lalu keimanan ini diucapkan dalam bentuk kalimat syahadat. Kemudian dibuktikan dengan amalan2 fisik seperti shalat, puasa, zakat, haji, dll. 

Inilah tugas dan tanggung jawab muslim dalam lingkup kehidupan ini. Namun, seperti umumnya ajaran Islam, lawan keimanan berupa syirik dan kekafiran perlu jg diketahui. Bukankah sesuatu dikenal melalui lawannya?! Bahkan kalimat tauhid; la Ilaha Illallah, juga menegaskan hal ini. Allah adalah fokus tujuan semua makhluk, kecuali orang kafir dari kalangan jin dan manusia. Mereka yang kafir dan syirik fokus ke selain Allah. Dicintai, diharapkan dan ditakuti. Dicintai dan ditaati demi menentang Allah dan rasul-Nya. Itulah thogut; sumber segala masalah di Dunia ini. Mengenal baik buruk, iman kafir dll adalah tuntunan iman. Karena kebaikan telah jelas. Keburukan pun sudah terang. Sehingga, kata Rasulullah, "Gelapnya malam seperti terangnya siang. Tidak akan ada lagi yang celaka setelah penjelasan islam ini kecuali orang-orang bodoh."


Adanya ketidakjelasan pada salah satu atau keduanya merupakan sebab kehancuran. Umar Radhiyallahu Anhu menegaskan, "Terurainya simpul-simpul Islam Berawal dari adanya generasi yang tidak kenal jahiliah." Artinya, syubhat adalah awal kesalahan. Jahiliah adalah kondisi ketidaktauan terhadap Islam yang merupakan agama pengetahuan (iqra). Maka tak heran, berilmu sebelum berucap dan berbuat adalah konsekwensi dari iman dan Islam.

Itulah titik keunggulan generasi sahabat. Sebelum mereka mengenal keislaman secara utuh, mereka telah mengenyam puncak keburukan jahiliah. Maka manisnya iman dan pahitnya kekafiran telah mereka rasakan dalam struktur kehidupan mereka. Bahkan, hidup dan mati mereka telah mereka persembahkan untuk keimanan. Sehingga di masa jahiliah mereka sangat cinta dunia. Setelah iman bersemi di dada mereka, kematian dalam membela Islam jauh mereka cintai dibanding hidup terhina oleh maksiat dan dosa. Kata mereka ketika berjumpa dengan orang kafir di Medan jihad, kami lebih mencintai kematian dibanding cinta kalian wahai orang kafir kepada kehidupan. 

Jika kita belajar ekstra keras menguasai tauhid dan semua pilar2 akidah dan keimanan, maka mengetahui delik-delik serta seluk-beluk kekafiran dan kesyirikan mutlak adanya. Penelitian Dr. Abdul Aziz Abdul Latif berjudul Pembatal-Pembatal Iman; baik berupa ucapan maupun perbuatan, pantas dijadikan rujukan. Judul aslinya adalah Nawaqid al-Iman ; al-Qauliyah wa al-Fi'liyah. Buku ini merupakan disertasi penulis di universitas imam Ibnu Suud di Saudi Arabia; induk Lipia Jakarta. Beliau mendapat status istimewa grade 1 dari disertasi ini ketika berhasil mempertahankan tulisannya di hadapan sidang penguji.

0 komentar:

Post a Comment

Categories

About Us

There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form.

Contact Form