Wednesday, July 15, 2020

Peta dan Struktur Umum Pemikiran Kalam [Teologi] Ahlu Sunnah Wal Jama'ah (Asy'ariyah dan Maturidiyah, Minus Atsariyah) Dalam Studi Islam.

Peta dan Struktur Umum Pemikiran Kalam [Teologi] Ahlu Sunnah Wal Jama'ah (Asy'ariyah dan Maturidiyah, Minus Atsariyah) Dalam Studi Islam.

✍️ Idrus Abidin.

Termasuk peta dan struktur studi (Masa'il) yang berusaha dibangun oleh 2 madrasah Ahlu Sunnah yang cenderung menggunakan pendekatan Kalam dalam debut ilmiahnya perlu disederhanakan agar memudahkan  kita memahami pembahasan. Berikut ini beberapa pilar-pilar studi akidah yang menjadi semacam daftar isi dalam studi Kalam sebagaimana dirumuskan oleh al-Baghdadi dalam kitab al-Farqu Baina al-Firaq :

A. Masalah Tauhid.

1. Pengujian dan pembuktian kebenaran secara Ontologis, Efistemologis dan Aksiologis. 
2. Pengetahuan seputar kejadian alam semesta berdasarkan bukti-bukti fisik (ajsam) dan bukti-bukti sifat Aksidensi (a'radh).
3. Pengetahuan terkait sang pencipta (Allah) dan sifat-sifat pribadiNya (Sifat Zatiyah).
4.  Mengenal sifat-sifat azaliyah Allah.
5. Mengetahui nama-nama dan sifat-sifat Allah.
6. Mengenal keadilan dan hikmah-hikmah Allah.

B. Masalah Kenabian.

7. Mengenal para nabi dan rasul.
8. Mengenal mukjizat para nabi dan karamah para wali.

C. Masalah Keislaman praktis.

9. Mengetahui rukun Islam yang disepakati.
10. Mengenal level tuntunan perintah dan tingkatan nada larangan serta kategori taklif.

D. Kematian, Kiamat,  surga dan neraka.

11. Mengenal akhir kehidupan manusia dan ketetapan mereka di masa depan akhirat.

E. Kepemimpinan.

12. Mengenal sistem kepemimpinan Islam dan syarat-syarat kekuasaannya internasional.

F. Keislaman dan Keimanan

13. Ketentuan hukum seputar iman dan Islam secara global.

G. Wala' bara' (loyalitas dan disloyalitas)

14. Mengenal kriteria hukum para wali dan tingkatan para imam serta level para kalangan bertakwa.
15. Mengetahui kriteria hukum musuh Islam dari kalangan kafir dan para kelompok menyimpang.
15 pilar ini diklaim oleh al-Baghdadi sebagai standar yang disepakati dlm internal Ahlu Sunnah (Asy'ariyah-Maturidiyah) dan menjadi timbangan dalam mengidentifikasi Ahlu Sunnah wal Jama'ah atau kelompok menyimpang. 

Catatan :

  1. Aroma Kalam sangat tampak dalam menentukan standarisasi pilar-pilar di atas. Terutama poin 2 - 8.
  2. Sistematika standar dan pilar-pilar ini membuktikan mazhab akidah Asy'ariyah dan Maturidiyah terpengaruh secara signifikan oleh kelompok pencetus Kalam; yaitu Muktazilah yang sebenarnya menjadi musuh intelektual mereka sejak awal debut ilmiah.
  3. Standar di atas, di samping mengeliminasi Muktazilah dari ruang dan kategori Ahlu Sunnah wal Jama'ah, juga sekaligus menapikan Ahlu Sunnah Atsariyah. Sehingga pada banyak literatur Asy'ariyah dan Maturidiyah, Atsariyah jarang disebut sebagai bagian dari Ahlu Sunnah wal Jama'ah. Bahkan, cenderung dianggap mazhab sesat, tekstual, Jumud, tidak dianggap, hanabilah dll. Hingga zaman modern, mereka diserang secara verbal dengan istilah yang berkonotasi negatif; Wahabi, Salafi ekstrim dst.
  4. Sikap tersebut di atas menimbulkan luka mendalam pada jiwa para pendapuk Atsariyah. Sehingga pada banyak kasus, terjadi sikap keras terhadap Asy'ariyah dan Maturidiyah sebagai bentuk serangan defensif dan opensif. Sikap ini masih terus menghiasi suasana intelektual kita hingga hari ini. Terutama era NU dan Muhammadiyah di masa lalu. Termasuk antara salafi dengan Aswaja di era modern di Indonesia kita ini.
  5. Seputar pilar pertama, terkait status ontologis kebenaran dan cara mengetahuinya via Efistemologi ilmu serta nilai gunanya dalam Aksiologi Islam, Atsariyah sepakat.
  6. Tentang kejadian alam dengan dukungan bukti fisik dan sifat untuk membuktikan keberadaan Allah yang terdapat pada poin 2 - 6 sehingga nanti diketahui keharusan Allah mengirim nabi dengan bukti valid berupa mukjizat, sebagai mana yang ada pada poin 7 dan 8 sangat berbeda dengan metode Ahlu Sunnah Atsariyah.
  7. Dalam membuktikan keberadaan Allah, Ahlu Sunnah Atsariyah mengandalkan fitrah bagi yang masih bersih jiwanya. Sedang bagi yang sudah terpapar dengan kesesetan intelektual ataupun budaya, adat istiadat dan hal serupa, pemberdayaan intelektual dengan teori-teori rasional yang disarikan dari Al-Qur'an dan as-Sunnah dilakukan. Di sini, teori fisik dan sifat ala Ahlu kalam tidak diterima. Bahkan, cenderung dianggap bid'ah dan kesesatan yang keluar dari metodologi Wahyu terakhir. Hal ini makin jelas ketika persoalan seputar kewajiban pertama yang harus dilakukan oleh muslim yang telah balig; apakah syahadat sebagaimana pendapat Ahlu Sunnah Atsariyah; ataukah belajar ekstra keras mengenal Allah lewat bukti-bukti fisik (ajsam) dan bukti-bukti sifat (a'radh) sebagai mana keyakinan ahlul Kalam (Asy'ariyah, Maturidiyah dan Muktazilah).
Bisa dikatakan, mengenal pencipta dalam benak Atsariyah berlaku otomatis dan fitrawi (dharuriyah-fitriyah), sedang versi Ahlu Kalam adalah usaha ilmiah (kasbiyah-nazhariyah). Lebih luas bisa dibaca tulisan kami pada link berikut :
Sedang  pandangan Ahlu Sunnah Atsariyah terkait pemberdayaan bukti-bukti fisik (ajsam) dan sifat Aksidensi (a'radh) dalam membuktikan keberadaan Allah bisa dibaca lebih utuh di FB ustadz Zack Taymee (murid Ust. Anshari Taslim) pada beberapa link berikut :
Demikian catatan umum ini. Semoga bisa mengurai kegelapan jiwa, meretas pemahaman dan sikap saling memahami demi tegaknya kebenaran Islam dan kemajuan peradaban Islam di masa mendatang. Aamiin.

Depok, 19 April 2020 (Ahad, 25 Sya'ban 1441 H)

0 komentar:

Post a Comment

Categories

About Us

There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form.

Contact Form