Monday, July 6, 2020

Kehendak Tuhan (Iradah Rabbaniyah).

Kehendak Tuhan (Iradah Rabbaniyah).

By. Idrus Abidin.

Salah satu bentuk sikap moderat Ahlu Sunnah Atsariyah adalah persfektif mereka yang sangat utuh (konfrehensif) terhadap kehendak Allah. Mereka membagi kehendak Allah menjadi dua bagian utama :

Pertama : 

Kehendak yang bersifat alami dan pasti (Iradah Kauniyah Qadariah). Kehendak ini searah dg istilah lain dalam Al-Qur'an berupa masyi'ah. Banyak ayat di Qur'an seputar kehendak Allah yang berkategori seperti ini. Contoh, QS al-Israa ayat 16, QS ar-Ra'ad ayat 11, QS al-An'am ayat 125. 

Kedua :

Kehendak bersifat keagamaan dan syar'i (Iradah Diniyah Syar'iyyah). Kehendak jenis ini sepadan dengan kecintaan Allah terhadap sesuatu (mahabbah). Contohnya pun bertebaran dalam Al-Qur'an. Seperti QS an-Nisaa ayat 27, QS al-Maidah ayat 6, QS al-Ahzab ayat 33. 

Perbedaan Antara Kedua Kehendak Allah Tersebut di Atas :

1. Kehendak Allah yang bersifat alami dan pasti (kauniyah qadariah) bisa jadi dicintai oleh Allah atau tidak. Sementara kehendak Allah yang bersifat keagamaan dan berwujud syari'at pasti dicintai olehNya. Maksiat misalnya. Allah membiarkannya terjadi secara alami dan merupakan kepastian bagi manusia. Sekalipun Allah sendiri tidak senang dan tidak meridhainya. 

2. Kehendak Allah yang bersifat alami dan pasti dibiarkan terjadi karena adanya hikmah dan kepentingan lain. Seperti penciptaan Iblis dan semua keburukan serta dosa dan maksiat. Tujuannya agar  di balik itu semua terwujud kesungguhan, penyesalan (taubat), permohonan ampun (istighfar) dan hal-hal lain yang dicintai dan diridhai Allah. Sedang kehendak Allah yang berkategori keagamaan dan berwujud syari'at diadakan demi kemaslahatan murni secara langsung.  Seperti ketaatan; Allah menginginkanya terjadi secara real dan bersifat keagamaan sekaligus legal (syar'i). Allah pun menyukai dan meridhainya dengan baik. 

3. Kehendak Allah yang bersifat alami pasti terjadi; Allah senang atau pun tidak. Ujian manusia terkait dengan kehendak seperti ini adalah bersyukur apabila baik dan bersabar apabila buruk. Inilah makna keimanan kita kepada qadha dan qadar; yang bersifat baik maupun yang berkategori buruk. Sementara kehendak Allah yang bersifat keagamaan dan berwujud syari'at belum pasti terjadi. Itu semua tergantung keimanan manusia yang mengarahkan mereka berniat melakukan kebaikan lalu diberikan Taufik oleh Allah sehingga mereka bisa mewujudkannya di alam nyata. Demikian pula keburukan;  dihindari oleh manusia dengan harapan dapat meraih ridha dan cintaNya. Karena letak ujian ketaatan itu ada pada ketetapan syari'at seperti ini. 

Catatan :

1. Bagi orang-orang beriman dan amal shaleh secara tulus kepada Allah; mereka mampu menyatukan 2 kehendak Allah sekaligus; kehendak agama dan kehendak alam. Sedang pelaku maksiat hanya fokus kepada kehendak Allah yang bersifat alam. 

2. Kelompok akidah yang tidak mengakui kedua bentuk kehendak Allah tersebut dipastikan masuk dalam kategori kelompok menyimpang (ekstrim). Seperti kelompok Jabariah dan Qadariah. Kelompok Jabariah hanya mengakui kehendak Allah yang bersifat alami. Sementara kelompok Qadariah hanya mengakui kehendak Allah yang bersifat keagamaan dan berwujud syari'at semata. Kelompok Jabariah menganggap manusia tak memiliki kebebasan berkehendak sehingga mereka menganggap segalanya telah ditakdirkan/dipaksakan oleh Allah; termasuk dosa dan maksiat. Karena itulah mereka disebut Jabariah (terpaksa). Sementara itu, kelompok Qadariah menolak takdir dan menganggap manusia bebas sepenuhnya. Pada akhirnya mereka menolak takdir. Ujungnya mereka disebut kelompok anti takdir (Qadariah). Keduanya tentu bertolak belakang dan mereka semua termasuk kelompok ekstrim. Di lain pihak, kalangan Asy'ariyah menyamakan kehendak Allah dengan cinta dan keridhaanNya. Sehingga mereka menolak hikmah-hikmah di balik kehendak Allah yang bersifat alami (kauni qadari). Masalah ini telah kami bahas pada perbedaan antara Atsariyah, Asy'ariyah, Maturidiyah dan Muktazilah. Terutama terkait perbedaan mereka seputar konsep baik buruk rasional (Tahsin dan Taqbih Aqliyain) pada status FB ini beberapa bulan yang lalu. Wallahu a'lam. 

Jakarta, Selasa, 10 Maret 2020.

0 komentar:

Post a Comment

Categories

About Us

There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form.

Contact Form