Monday, July 6, 2020

Mahligai Rumah Tangga antara Impian dan Kenyataan.

Mahligai Rumah Tangga antara Impian dan Kenyataan.

Oleh : Idrus Abidin.

Mahligai keluarga adalah siklus kehidupan yang pasti  umumnya manusia akan melewati setiap ruas-ruas dan episode yang ada di dalamnya. Namun, sebelum masa itu datang, beribu gambaran dalam benak menjadi bagian dari khayalan. Setiap kita punya bayangan dan imajinasi pribadi tentang apa itu kehidupan keluarga. Terlepas benar salahnya, yang jelas umumnya kita memandang keluarga sebagai ruang kebahagiaan dan masa-masa indah penuh pesona. Apalagi imajinasi itu hadir di saat lelaki atau wanita sudah merasakan getaran-getaran khusus terhadap lawan jenis; sebagai bukti bahwa mereka adalah manusia normal. Umumnya muda mudi yang telah merasakan tarbiyah dan terbina dalam lingkup "hijrah". Dan, mereka berusaha menjauhi gaul muda-mudi milenial dengan pacaran. Pada saat memasuki masa-masa asmara,  mereka tetap berusaha agar fenomena normal itu tidak menciderai Trac record keislaman atau kehormatan mereka.

Salah satu "kesalahan imajinasi" masa muda seputar kehidupan keluarga adalah melupakan unsur tanggung jawab dalam indahnya pesona suami istri. Akhirnya, kematangan sebagai peserta dalam kelas rumah tangga lupa dibina dan disiapkan lebih kokoh lagi. Bahkan, tidak sedikit yang tergesa-gesa. Padahal, status sebagai mahasiswa/i masih sedang aktual-aktualnya. Pepatah Arab berbunyi, "Dzubihati al-Ilm baina fakhizai al-Mar'ah." Ilmu sakarat di hadapan kelamin kaum wanita. Maksudnya, ketika kaum lelaki masih berstatus mahasiswa S1, sedang semangat menikah sudah menggebu, seolah tak tertahankan lagi, maka pernikahan akan menguras energinya. Ilmu tidak lagi menjadi "istri pertama" yang diprioritaskan. Sekalipun tetap saja ada yang berhasil memadukan kuliah S1 di samping statusnya sebagai nakhoda rumah tangga. Tapi umumnya hasil tidak sebaik mereka-mereka yang fokus pada ilmu. Orang-orang Bugis punya bahasa sendiri ketika salah satu anggota keluarga mereka terkesan terburu-buru mau menikah dini. "Mulleniga maccenneri dapurengngE wekkapitu." (Apa kamu sudah mampu mengelilingi dapur 7 x?!. Maksudnya, apakah pemuda yang terkesan kebelet menikah itu sudah punya kesiapan mental untuk memikul beban keluarga sepenuhnya tanpa membebani keluarga besar. Apalagi bagi suami baru, memahami kemauan istri yang sebenarnya; terhitung sulit. Karena perempuan umumnya dalam hal komunikasi, seringkali terpaut secara dalam dengan perasaan. Sehingga tidak mudah ditebak antara bahasa lisan dan hakikat perasaan mereka yang sebenarnya.

Tanggung Jawab Keluarga.

Yang dimaksud pepatah Bugis itu adalah bahwa sebagai suami atau istri, kesiapan untuk mengurus pasangan masing-masing jauh lebih perlu diimajinasikan sebelum benar-benar tiba di gerbang pernikahan. Sehingga ketika sah sebagai suami atau istri; mereka berdua sudah siap membuktikan kecintaan dibanding merasa atau menunggu untuk diberi bukti cinta. Atau, saat pernikahan sudah diresmikan, masing-masing pasangan siap berbakti dan berfungsi aktif; tanpa ada kesan saling menunggu untuk dilayani. Karena kesalahan imajinasi seperti ini sering kali menjadi awal kekecewaan rumah tangga. Merasa bahwa dengan pernikahan berarti sudah ada yang mencuci dan memasak untukmu wahai sang pemuda sebenarnya bentuk ketidaksiapanmu untuk memasuki gerbang pernikahan. Demikian pula sang gadis yang merasa dengan menerima pinangan seorang Ikhwan berarti biaya hidup sudah ada yang nanggung dan sudah ada yang memanjakan tiap saat; semua itu mental pecundang dalam berkeluarga. Pastikan bahwa jika  sudah merasa siap memasuki kehidupan berumah tangga, anda betul-betul siap menjadi pelayan. Karena kata pepatah Arab, "Sayyidul Qaum Khadimuhum." Hakikat pemimpin itu adalah pelayan bagi anggotanya. Jika pemahaman dan motivasi pernikahan sudah demikian adanya maka, ucapkanlah bismillah dan tawakkalah kepada Allah. In syaa Allah roda keluarga akan berlabuh menuju arah yang jelas dengan kekuatan dan kesiapan melawan gelombang biduk rumah tangga saat angin kehidupan bertiup tidak sesuai yang diharapkan.

Sebaiknya, Kelarkan Sarjana Aja Dulu.

Umumnya, muda mudi merasakan gelora jiwa dan kenikmatan tersendiri ketika mendapat perhatian dari lawan jenis dari sejak usia SMA atau yang sederajat. Gelora itu makin berasa ketika memasuki masa-masa perkuliahan di kampus atau universitas. Apalagi relasi dan hubungan muda-mudi itu semakin longgar ketika lepas dari bangku SMA dan sederajat. Bagi mereka yang tidak terarah melalui grup-grup studi Islam pekanan (Liqo) atau tidak tergabung dengan salah satu organisasi keislaman yang secara rutin dan berkala memberikan pendidikan Islam kepada para anggotanya, dikhawatirkan terlibat dalam hubungan muda-mudi yang terlarang. Hamil di luar nikah adalah aib yang terkadang terjadi, salah satunya akibat longgarnya hubungan muda mudi di bangku perkuliahan. Bagi yang telah mengenal hijrah dalam hidupnya dan tergabung dalam klub studi-studi keislaman kampus atau yang sejenisnya, terkadang hubungan bebas di dunia kampus seperti ini  menjadi alasan untuk menikah dini. Satu sisi, argumen demikian benar adanya. Tapi, bertahan menjaga kesucian diri dengan banyak sibuk dengan hal-hal yang terkait dengan percepatan studi. Atau, aktif di rohis-rohis kampus agar terus berada di lingkungan yang cukup "bersih" dari polusi pacaran hingga masa studi selesai; tentu jauh lebih prioritas. Karena belajar membina diri secara intelektual dan melatih sisi leadership dengan terlibat pada kegiatan organisasi merupakan bagian dari kematangan pribadi yang dibutuhkan dalam membina mahligai rumah tangga. Perlu jadi pertimbangan bagi muda mudi, bahwa kehidupan keluarga lebih dari sekedar tanggung jawab dibanding kesenangan yang memanjakan diri. Artinya, ketergesaan untuk memasuki dunia keluarga jangan sampai hanya sebatas imajinasi kenikmatan yang seolah steril dari tanggung jawab. Padahal keluarga adalah perjuangan yang kenikmatannya bisa dipetik setelah tanggung jawab itu benar-benar telah ditunaikan. Mungkin bahasa yang sering terdengar dalam hal ini adalah bahwa tidak ada kenikmatan gratis. Nilai kebahagiaan dan kepuasaan ada pada sejauh mana keringat menetes dalam sebuah proses perjuangan. Mungkin inilah maksud dari sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ketika ditanya, penghasilan  apa yang masuk kategori terbaik?, dengan tegas Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menjawab, "Penghasilan yang diperoleh dari hasil cucuran keringat sendiri." Fokus cari uang setelah konsisten mencari ilmu dan keterampilan adalah salah satu pilar ketahanan keluarga. 
Selama dalam proses menuju kemandirian, kematangan dan keterampilan, sebaiknya seorang lelaki banyak melakukan puasa sunnah Senin Kamis. Sebab selain sebagai amalan sunnah yang potensial meng-up grade ketakwaan, juga berfungsi menetralisir gejolak nafsu seksual. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menegaskan, "Wahai kalian para pemuda, siapa pun yang sudah siap dan memiliki kemampuan, menikahlah. Karena dengan menikah, pandangan lebih bisa dikendalikan dan kemaluan lebih mungkin dibentengi (dari perbuatan-perbuatan keji).
Di sini, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sangat menganjurkan pernikahan bagi yang telah siap dan memiliki kemampuan untuk itu. Namun, beliau juga memberi solusi prefentif bagi yang masih dalam proses menuju kesiapan dan keterampilan keluarga, yaitu puasa sunnah dan berusaha membatasi pandangan dari objek-objek yang bisa memancing nafsu seksual (gaddul bashar).

Di zaman modern seperti sekarang, terutama ketika banyak keterampilan ditawarkan lewat kursus singkat atau daurah-daurah pemantapan. Sangat dianjurkan muda mudi ikut dalam kursus atau kuliah pra nikah. Setidaknya, mereka yang sedang proses menuju pernikahan, hendaknya memiliki bacaan tentang hal-hal seputar fikih pra nikah yang sudah banyak beredar di tengah masyarakat. Juga kita jumpai adanya semacam wadah online yang memang khusus mengawal para muda mudi yang sudah siap memasuki tangga pernikahan sesuai dengan tuntunan Islam.

Ikhtiar Mencari Pasangan Hidup Impian.

Kini, tibalah saatnya kita melangkah ke jenjang pencarian pasangan hidup. Bagi kaum lelaki, fisik wanita adalah faktor utama yang paling muda mencuri perhatian mereka. Mungkin inilah salah satu hikmah kenapa hijab seperti jilbab, kerudung, termasuk cadar; disyariatkan dalam Islam. Sementara kaum wanita lebih tertarik kepada rasa aman dan nyaman yang diharapkan dari calon pasangan hidupnya. Keamanan fisik serta keamanan finansial menjadi faktor penting dalam hidup kaum wanita dibanding tampilan macho seorang lelaki. Faktor lain yang juga termasuk dalam daftar pencarian kaum lelaki adalah aspek keturunan, kekayaan dan kedudukan. Keturunan memang penting. Karena hal ini termasuk jaminan harga diri dan identitas kehormatan. Jejak rekam keturunan yang baik biasanya menjadi semacam koridor yang membingkai nilai dan tata krama keluarga. Maka tak heran, orang-orang Arab sebagai pilar pertama dan penyangga utama Islam memiliki budaya yang sangat disetujui dalam Islam. Yaitu kebiasaan memberi nama kepada seorang anak dengan rangkaian nama bapak, kakek hingga ke buyut. Seperti Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sendiri. Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib. Dengan nama itu, rekam jejak keluarga mudah terbaca. Budaya ini termasuk hal yang kurang diperhatikan oleh kita bangsa Indonesia. Buktinya, seorang anak, terutama di wilayah Jabodetabek, terkadang diberi 3 rangkaian nama tanpa melibatkan bapaknya sendiri. Seperti menamai seorang anak dengan Rezki Maulida  Amaliah. Bapak sebagai wali sama sekali tidak mendapatkan porsi dalam rangkaian panjang nama sang anak tersebut. Apalagi sang Kakek. Padahal anjuran Islam dalam masalah kejelasan silsilah keturunan ini, agar diperhatikan dengan baik; sangat jelas. Itulah masalah keturunan. Sedang kedudukan wanita, termasuk faktor penting dalam pencarian seorang pendamping hidup bagi kaum lelaki. Kedudukan di sini maksudnya adalah status sosial yang menunjang nilai manfaat dan kontribusi sang wanita dalam lingkup sosial. Seperti seorang guru, seorang pegawai negeri atau pegawai swasta dll. Walaupun wanita dalam Islam tidak diprioritaskan untuk keluar rumah berlebihan tanpa tuntunan tanggung jawab kedudukan. Kalau pun harus demikian,  fungsi utama sebagai seorang ibu yang seharusnya fokus mengurus keluarga tetap harus diprioritaskan. Di sini, sang lelaki sebaiknya jangan melihat kedudukan sang calon istri sebagai pabrik uang. Tetapi kedudukan yang dimaksud adalah peranannya sebagai wanita yang bermanfaat dalam lingkungan sosialnya.

Akidah, Basis Utama dan Prioritas Unggulan.

Dari semua dasar pertimbangan dalam rangka hunting calon pendamping, faktor utama yang harus dinomorsatukan adalah sikap beragama. Dengan keislaman yang baik calon suami atau istri memiliki bekal utama dan basis kuat dalam membangun pondasi keluarga. Karena agama memberi setiap insan landasan ibadah yang kokoh dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Orang-orang yang berislam dengan baik memandang kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, kehidupan sosial, kehidupan ekonomi, bahkan kehidupan politik sebagai wujud kesempurnaan ibadah dan tanggung jawab sekaligus. Dengan modal keagamaan seperti ini, peluang untuk bertindak zhalim menjadi terbatas. Hidup semuanya adalah lahan ibadah dan tanggung jawab. Maka, amanah sebagai suami atau istri adalah sikap yang sangat dibutuhkan. Takut kepada Allah adalah faktor utama ibadah. Pencetus segala kebaikan dan rem paling pakem yang siap menyetop manusia dari khianat dan sikap tak bertanggung jawab.

Kadang faktor keberagamaan ini berbenturan dengan tampilan fisik. Misalnya, calon yang kita dapatkan lolos secara agama namun terhitung "sangat standar" dari sisi fisik. Maka, berdasarkan pengarahan Allah dan rasul-Nya, faktor agama minta diutamakan. Terkadang ada anak muda terlalu over kepedean. Katanya, kalau masalah agama sih masih bisa diupayakan melalui serangkaian pengajian. Adapun masalah wajah dan kecantikan, sudah pakem dari sononya. Yaaaah.....tentu bahasa ini hanyalah legalitas atau sekedar alasan supaya orang fokus wajah dan mengesampingkan pertimbangan agama. Yang berharga di dunia ini adalah hati yang bertauhid. Bukan wajah yang tampan atau cantik. Bukankah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Sungguh Allah tidak melihat postur dan wajahmu, tetapi fokus kepada hatimu."

Wali sebagai penanggung jawab seorang gadis pun, dalam menerima pinangan dianjurkan agar mendahulukan faktor agama ini untuk putri dan gadis mereka. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menasehati, "Jika datang pemuda yang engkau terima dan ridhai cara keislamannya maka nikahkanlah dengan putrimu. Karena kalau tidak, fitnah dan kerusakan akan banyak terjadi di bumi ini."
Sebuah kisah menarik dan sarat pelajaran. Seorang gadis cantik rupawan, lulusan pesantren dari lingkungan keluarga terhormat di Sulawesi Selatan. Pernah dilamar oleh beberapa pemuda tampan dari keturunan bangsawan, dengan status sosial sebagai pejabat daerah. Ada yang bupati, anggota dewan dan pegawai negeri. Namun, yang diterima malahan Ust pondok, sekali pun berasal dari keturunan terhormat. Tapi secara sosial pasti tidak selevel dengan para pelamar sebelumnya. Hidup mereka hanya di sekitar pondok sebagai tenaga pengajar dengan gaji pas-pasan. Anak-anak mereka terhitung banyak. Mereka semua terbina di pondok. Ada yang hafiz Qur'an dan mereka umumnya belajar agama. Di masa senja, sang Ibu pernah menceritakan para pelamarnya dari kalangan bangsawan dan pejabat. Tapi qadarullah sang suami adalah guru pesantren biasa. Tapi dengan penuh keridhaan ia mengakui bahwa Allah tunjukkan hikmahNya. Karena semua anaknya-anaknya terhitung shaleh dan mereka semua mengabdi sebagai penyebar dakwah Islam. Demikianlah akidah diperjuangkan. Terkadang tampak miris secara duniawi, tapi in syaa Allah tetap mulia di banyak hati manusia. Apalagi di mata Allah. In syaa Allah.

Serba Serbi Ta'aruf.

Islam tidak mengenal istilah pacaran pra nikah. Pacaran adalah cinta terlarang karena menghalalkan berduaan tanpa adanya mahram. Pihak ketiga tak lain hanyalah setan. Untuk melangkah ke pernikahan, ta'aruf adalah prosedur resmi yang diajarkan Islam. Caranya, pihak lelaki berusaha mengenal calon pasangannya melalui bio data. Jika bio data akhwat secara umum masuk dalam kriteria sang Ikhwan, bio data sang Ikhwan pun bisa diberikan kepada sang akhwat. Setelah ada kecocokan pada langkah pertama itu, diupayakan adanya pertemuan langsung dengan kawalan mediator terpercaya. Di sini, di samping berkesempatan saling bertemu muka secara langsung, juga bisa saling menggali informasi yang belum tentu diperoleh via bio data singkat sebelumnya. Terutama hal-hal seperti : rencana kehidupan setelah pernikahan. Konsep keluarga islami yang mereka impikan. Rencana domisili dan tempat tinggal. Kesiapan ngontrak rumah sebelum ada kemampuan beli rumah sendiri. Bagaimana status istri setelah menikah, Diizinkan tetap kerja atau bagaimana....
Setelah ketemu langsung dan hasilnya positif, sang Ikhwan sebaiknya tetap berusaha mencari info lebih tentang sang calon dengan berusaha ta'aruf dengan keluarga besarnya. Di sini, sang Ikhwan berusaha mendapat info sebanyak yang bisa didapatkan. Sekaligus keluarga akhwat bisa mengetahui sosok pemuda yang sedang proses ta'aruf dengan anak gadisnya. Jika sinyal positif dari ta'aruf ini tampak jelas, bisa dilanjutkan ke proses selanjutnya; ta'aruf ke tetangga sang akhwat. Tujuannya agar kesan tetangga tentang sang akhwat bisa diperoleh; umumnya baik atau bagaimana. Terutama hal-hal terkait kemampuan bersosialisasi dengan baik dengan lingkungannya. Agar informasi yang diperoleh lebih akurat, ta'aruf juga perlu dilakukan dengan bertemu beberapa rekan kerja sang akhwat atau ikhwan. Keseharian mereka dalam bekerja apakah termasuk disiplin. Ikut aktifkan dalam kegiatan keislaman kantor. Sikapnya dengan rekan kerja apakah termasuk baik. Hadir di tempat kerja dan pulang kantornya apakah tetap disiplin dsb. Jika semua langkah itu telah ditempuh dengan baik. Dan, ada banyak kecocokan. Tentu sebaiknya melakukan shalat istikharah agar hati benar-benar mantap untuk melangkah bersama ke jenjang kehidupan keluarga.

Masa Penentuan Calon Yang Menggelisahkan.

Biasanya, Ikhwan dan akhwat merasakan kegelisahan luar biasa saat-saat mereka diminta memastikan dan menentukan calon pasangan. Seolah muncul pertanyaan dalam benak, bahwa inikah pasangan yang benar-benar diimpikan selama ini. Bukankah di luar sana mungkin masih banyak yang jauh lebih dibanding yang ada sekarang. Di sinilah fungsi shalat istikharah perlu dimaksimalkan agar bisa mengurangi tingkat kegelisahan. Karena kita senantiasa berusaha melibatkan Allah dalam setiap proses. Maka, sebaiknya juga setiap muda mudi yang sudah merasa siap menuju pelaminan agar sering-sering berdoa agar diberikan pasangan yang menyayanginya dan menyayangi keluarga besarnya. Karena tidak sedikit pasangan yang kurang akur dengan keluarga besar pasangan mereka masing-masing. Tentu itu juga bagian dari kesedihan yang potensial mengganjal kebahagiaan keluarga ke depannya.

Tak Perlu Mengumbar Janji-Janji palsu.

Bagi Ikhwan, selama melakukan ta'aruf kepada akhwat dan juga kepada keluarganya, sebaiknya jangan terlalu mengumbar kekayaan dan janji-janji palsu yang tidak realistis. Kadang kita menemukan seorang Ikhwan berusaha menggaet calon pasangan dengan janji-janji palsu. Sang akhwat pun begitu sumringah dengan imajinasi tersebut sehingga ikut menyebarkan harapan-harapan besar itu ke keluarga besarnya. Namun, ketika tiba masa pernikahan dan kehidupan awal rumah tangga, ternyata semua omongan itu hanyalah pepesan kosong. Tidak ada bukti faktual yang menunjukkan kebenaran dari semua iming-iming yang pernah diungkapkan. Akhirnya, keluarga besar merasa dibohongi dan mencap sang lelaki sebagai orang yang besar mulut dan pembohong ulung. Naudzubillah. Akhirnya, hari-hari berikutnya penuh dengan ketidakpercayaan keluarga besar kepada pasangan yang baru membina rumah tangga baru tersebut. Mereka akan kesusahan sendiri untuk meyakinkan keluarga besar jika suatu hari nanti Mereka memiliki rencana-rencana besar yang hendak disampaikan.

Pintu gerbang pernikahan.

Hal penting yang perlu dipahami adalah bahwa mahar seorang wanita sebaiknya jangan sebatas pada seperangkat alat shalat. Kecuali kalau mushalla atau masjid termasuk di dalamnya... hehehe... Bercermin pada diri Rasulullah, ketika beliau menikah dengan Khadijah, mahar beliau berupa unta 20 ekor. Terbayang betapa bagusnya penghargaan beliau kepada wanita. Yang dimaksud bagian keberkahah seorang wanita adalah biaya pernikahannya yang terhitung murah dan sesuai kemampuan. Walau bagaimanapun, mengadakan pesta walimah adalah sunnah yang sangat dianjurkan. Sekalipun tidak harus mewah dan seolah menjadi salah satu momen memperlihatkan status sosial. Walaupun kenyataan miris yang sering disaksikan di masyarakat adalah begitu banyaknya yang memaksakan diri (takalluf) untuk tampil mewah dalam pelaksanaan pesta pernikahan, sekali pun dana yang digunakan berasal dari piutang. Uang sewa hotel yang mahal beserta dana catering yang luar biasa. Tentu kalau mampu, ya.... sah-sah saja. Tapi kalau benar-benar tidak sesuai tentu hal demikian sangat disayangkan.

Bulan Madu Sambil Penyesuaian Diri.

Setelah akad nikah dilangsungkan, seorang suami dianjurkan fokus bersama istrinya selama 7 hari. Tujuannya agar terbina keakraban dari sejak awal kebersamaan. Kemampuan berkomunikasi dengan akrab merupakan salah satu keterampilan yang dibutuhkan. Suami memuji kelebihan istri dan demikian pula sebaliknya.

0 komentar:

Post a Comment

Categories

About Us

There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form.

Contact Form