Monday, July 6, 2020

Hak dan Batil ; Seteru Abadi Sepanjang Lorong Duniawi

Hak dan Batil ; Seteru Abadi Sepanjang Lorong Duniawi

By. Idrus Abidin.

"Jangan hitam putih bang," kata kawan ketika melihat seseorang yg diasumsikan fundamentalis. "Santai aja hidupnya kang," sergah yg lain. Padahal dunia ini memang ujian. Ketegangan pasti mengiringi. Walau optimisme tampil menghibur. Galaunya seorang manusia karena diaspora maksiat di mana-mana merupakan citra positif sebagai tanggung jawab hamba. Tampillah dia sebagai marketer ilahi. Qur'an dan Sunnah beserta pemahaman ulama lurus berdedikasi, dijadikan produk utama kepada beragam customer. 

Qur'an dan Sunnah dijelaskan sebagai manhaj/metode (hidayah) dg kejelasan maksimal. "Tiada keraguan pada Al-Qur'an," tegas Allah pada potongan awal Al Baqarah. Artinya kepastian, kejelasan, keterangan dan keyakinan terpampang dg sangat nyata di setiap ayatnya. Namun, tersisa sebuah tanya oleh seorang kawan suatu ketika. "Jika Qur'an dan Sunnah itu jelas, sebagaimana penegasan Allah dan Rasul-Nya, lalu kenapa "banyak" manusia dan jin mengingkarinya. Baik terang-terangan seperti orang kafir maupun sembunyi-sembunyi layaknya komunitas munafik?." "Cerdas juga kawanku ini," ucapku. 

Yaaaaah...itu emang sebuah misteri. Jika terbuka dalam perspektif manusia, tentu mereka manggut-manggut dg fitrahnya yg lurus penuh sikap tulus. "Sejelas apa pun Qur'an dan Sunnah jika dihadapkan kepada orang buta, tuli, gila dan berhati batu, takkan ada efeknya. Demikianlah Allah menegaskan pada ayat 6-7 surat al-Baqarah tentang sikap dan alasan orang-orang kafir." Begitulah sekelumit penjelasanku. "Di banyak ayat di sejumlah surat, seragam banget penegasan demikian," tambahku. 

Itulah gambaran normatif dan realitas hidup ini. Keterbukaan dan ketertutupan menjadi alasan berhadap-hadapannya kebenaran dan kebatilan. Hidayah diperoleh via mata, telinga, akal dan hati. Itulah keterbukaan orang beriman demi mendownload kebenaran, lalu meresapinya begitu dalam pada bilik-bilik sanubarinya. Makanya, jgn heran, cuma mereka yg disebut Allah Ulul albab (berhati), Ulul Abshor (bermata), Ulun Nuha (berakal). Sedang kafir dan munafik menutup diri dari sumber hidayah itu. Gemboklah (gisyawah) yg menutup mata, telinga, akal dan hatinya sehingga cahaya hidayah takkan pernah menembus rerelung jiwanya. Gembok itu adalah maksiatnya. Semakin maksiat, gembok itu makin kuat pula daya rekatnya. Pantaslah kalau orang-orang beriman dijadikan musuh bersama secara abadi sepanjang bentangan sejarah. Bahkan kini dan nanti. Semua kompetensi dg beragam piranti mereka maksimalkan demi mereduksi, bahkan mengkorupsi kitab suci. Seperti tindak Yahudi, laknatullah 'alaih. Cuman satu asaku. Semoga hidupku dan semua saudara muslimku berakhir pada garis finish orang2 beriman dan bertaqwa. Tentunya karena tidak pindah rel perjuangan dan gerbong keberpihakan. Amin...

0 komentar:

Post a Comment

Categories

About Us

There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form.

Contact Form