Alih Bahasa : Idrus Abidin.
Ia kemudian mengklaim bahwa Abu Bakar
adalah orang bodoh dengan mengatakan : pada kesempatan ini, sejarah telah
menginformasikan kepada kita bahwa Imam Ali adalah orang paling pintar
dikalangan sahabat. Bahkan mereka semua bertanya kepada Ali tentang persoalan
besar yang mereka hadapi. Kitapun tidak menemukan bahwa Ali pernah bertanya
kepada salah seorang diantara mereka, bahkan Abu Bakar sendiri mengatakan :
Allah swt tidak membiarkan aku menghadapi masalah besar kecuali Ali selalu
bersamaku.[1]
Saya menjawab : ini adalah kebohongan yang nyata, apa ada hadis shahih
yang membuktikan hal itu ?. Ahlu Sunnah Wal Jama'ah sepakat bahwa sahabat pAling
pintar adalah Abu Bakar kemudian Umar. Bahkan ijma ulama tentang hal ini
terambil dari kalangan para sahabat. Tidak ada keterangan sama sekAli bahwa Abu
Bakar mendapatkan ilmu dari Ali, tapi yang sudah jelas bahwa Alilah yang pernah
bertanya kepada Abu Bakar, sebagaimana hadis asma binti al hakam al-fazari ia
berkata : saya pernah mendengar Ali
pernah berkata : saya beranjak dewasa ketika saya mendengar hadis dari
Rasulullah saw, lalu Allah memberikan manfaat kepadaku dengan hadis itu. Jika
ada seseoang menyampaikan hadis kepadaku, saya minta ia bersumpah agar aku bisa
menerima hadisnya. Ali berkata : Abu
Bakar memberitahuku – dan betapa jujur Abu Bakar- ia berkata : saya mendengar
Rasulullah saw bersabda :
ما من عبد
يذنب ذنبا ثيحسن الطهور ثم يقور فيصلي ركعتين ثم يستغفر الله غفر الله له ثم قرأ
هذه الآية : والذين إذا فعلوا فاحشة.........
Tiada seorang hamba yang berbuat dosa lalu
ia berwudhu dengan baik kemudian melaksanakan shalat dua rakaat kemudian ia minta
ampun kepada allah swt niscaya allah akal mengampuninya. Kemudian Abu Bakar
membaca ayat : dan orang-orang yang apabila berbuat dosa………[2]
Demikian pula Ali mengambil pendapat Abu Bakar tentang peperangan dengan orang yang tidak mau
membayar zakat dan keikut sertaan Ali dalam perang tersebut. Imam muslim dalam
shahinya dan Imam Ahmad dalam musnadnya meriwayatkan hadis yang sangat panjang,
diantaranya sabda Rasulullah saw yang berbunyi :
فإن يطيعوا
أبا بكرو عمر يرشدوا
"jika
mereka mentaati Abu Bakar dan Umar niscaya mereka mendapat petunjuk"[3]
dan riwayat dari Ibnu abbas, ia berfatwa dengan kitAbullah,jika ia tidak
mendapatkan didalamnya, maka dengan sunnah rasululllah saw, jika tidak, pasti
dengan pendapat Abu akar dan Umar. Ibnu abbas tidak berbuat demikian terhadap
Usman dan Ali, padahal Ibnu abbas adalah lautan ilmu bagui ummat islam dan
menara ilmu pada zamannya. Tapi tetap saja berfatwa dengan pendapat keduanya
dan mengutamakan pendapat mereka. Bahkan Rasulullah saw sebagimana sudah
masyhur telah mendoakan Ibnu abbas dengan mengatakan :
اللهم فقهه ثي الدين و علمه التاويل
"
ya Allah, jadikanlah ia ahli dalam masalah agama dan ajarkan ia rahasia ilmu"[4]
ini merupakan bukti dalamnya pemahaman Abu Bakar asshiddiq r.a. bahkan
tidak ada riwayat sedikitpun uyang menjelaskan bahwa ia pernah menyalahi nash
yang shahih, sedangkan Umar dan Ali pernah menyalahi nash yang shahih dalam
beberapa masalah karemna hadis tentang hal itu belum sampai kepadanya. Masalah
ini sangat dikenal oleh mereka yang punya sedikit pengetahuan dan mengambil
pendapat ulama. Pada shahih Bukhari dan muslim terdapat hadis dari
Abu said alhudri ia berkata bahwa Abu Bakarlah yang pAling luas
pengetahuannya tentang hadis Rasulullah saw.[5]
Ibnu hazm menuturkan dalam kitabnya ( alfaslu fi almilAli wa al-ahwa wa al-nihl
)
sebuah perkataan yang sangat berharga
dalam masalah ini dengan terpaksa saya utarakan disini karena sangat panjang
dan penting pula. Abu Muhammad (Ibnu hazm) orang –orang rafidah berdAlih bahwa Alilah
sahabat yang pAling tinggi ilmunya , ia melanjutkan : perkataan ini sangat
dusta, karena kedalaman ilmum sahabat hanya bisa diketahui dengan salah satu
dari dua hal
1 banyaknya hadis yang diriwayatkan dan
fatwa – fatwanya
2. seringnya Rasulullah saw menugaskannya
dengan tugas-tugas tertentu.
Karena sangat mustahil jika Rasulullah saw menugaskan seseorang yang
tidak berilmu. Hal ini adalah bykti nyata akan keilmuannya yang begitu dalam.
Ketika kita menelusuri sejarah kita dapati Rasulullah saw mengangkat Abu Bakar
sebagai Imam shalat ketika beliau sedang sakit
padahal pembesar- pembesar sahabat ada ketika itu saperti : Ali, Umar,
Ibnu masud, dll. Belum lagi penyerahan kota
madinah kepada Abu Bakar ketika Rasulullah saw keluar untuk berperang. Padahal
kita tahu bahwa wewenang ini dipikul untuk menjaga penduduk madinah baik para
wanitanya maupun mereka-mereka yang yang berhalangan ikut perang , olehnya itu
harus kita akui bahwa Abu Bakarlah yang pAling memahami seluk beluk shalat dan
tata caranya. Kita mendapati Rasulullah saw menugaskan Abu Bakar untuk menguras
masalah zakat dari sini kita berkesimpulan bahw ia menguasai pula masalah zakat
sebagaimana sahabat yang lain .saya tidak mangatakan beliau pAling tau tentang
hal itu, karena Rasulullah saw pun pernah menugaskan sahabat-sahabat yang lain
mengurusinya. Padahal kita tau Rasulullah saw tidak menugaskan seseorang kecuAli
ahli dalam bidang tersebut. Sebagai bukti, hadis-hadis tentang masalah zakat
yang harus diterima dan dilaksanakan adalah hadis dari Abu Bakar yang jalurnya
dari Umar. Adapun dari jalur Ali , hadis tersebut tumpang tindih. Bahkan
diantara perawinya ada yang tidak diakui olah ulama, yaitu:
"bahwa setiap 25 unta zakatnya
sebanyak 5 kambing"
begitupun Rasulullah saw menugaskan Abu bkar memimpin kafilah haji. Ini
membuktikan bahwa belialah yang pAling menguasai masalah haji dibanding sahabat
lainnya dan haji merupakan rukun islam. Kitapun mendapati rasululllah saw
menugaskan bu bakar sebagai pasukan tempur, dengan itu kia tahu bahwa beliau
mengenal maslah jihadsebagaimana yang dikeatahui oleh sahabat yang lain. Karena
itu pengetahuan Abu Bakar tentang masalah jihad sma dengan pengetahuan Ali dan
semua komandan pasukan yang pernah ditugaskan oleh rsulullah saw , tidak kurang
dan tidak lebih. Jika sudah jelas keutamaan Abu Bakar dibanding dengan Ali
tentang msalah shalat, zakat, haji dan lesetaraannya dlam masalah jihad yang merupakan intu dari ajaran islam.
Kemudian kita dapati Rasulullah sawsering kAli duduk bercengkrama dengan Abu
Bakar hingga ia banyak melihat hokum yang dditerapkan oleh rasullah. Bahkan
fatwa Abu Bakar lebih banyak dari apa
yang disaksikan oleh Ali. Dengan demikian sudah pasti Abu Bakarlah lebih tahu
tentang hal itu. Apa masih ada lagi
cabang ilmu yang Abu Bakar tidak unggul dan sulit tertandingi. Dengan itu batallah klaim mereka tentang
keunggulan Ali dalam keilmuan. Alhamdulillah.
Ibnu Hazm melanjutkan : tuduhan bahwa kami menjatuhkan posisi sahabat dari
kemuliannya dan menempatkannya lebih dari posisinya itu tidak lagi
mengarh kepada kami ,kareana jika kami melenceng dari Ali maka kami menjadi
pengikut khawarij-naudzu billahi min zAlik- padahal Allah sudah mencegah kami
dari kesestan ekstrimissme. Jika kami berlebih-lebihan terhadap Ali maka kami
tergAbung dalam kafilahh syi ah. Padahal allah telah melindungi kami dari
kebohongan nyata tersebut. Jadi mereka-merka yang melendceng dari Ali dan
berlebih-lebihan terhadapnyalah yang tertuduh akibat penyimpangannya itu.
Setelah itu ,oang-orang yang merasa loyal terhadap islam-padahal tidak- tidak
bisa lagi membangkan dengan berkilah bahwa Alilah puncak ilmu dari kalangann
sahabat.
Jika mereka mengatakan :
Rasulullah saw telah menugaskan Ali sebagai qadi' di Yaman, maka kami jawab :
betul. Akan tetapi kehadiran Abu Bakar ketika Rasulullah saw menyelesaikan
setiap permasalahan lebih memperkokoh keilmuannya dibanding dengan Ali yang
berada di yaman. Rasulullah sawpun
pernah menugaskan Abu Bakar tergAbung dalam satuan tempur. Olehnya itu ,
keilmuan Abu Bakar sama dengan keilmuan Ali dalam hal tersebut. Bahkan sudah jelas
bahwa Abu Bakar dan uamar pernah berfawa pada zaman Rasulullah saw, beliaupun
tahu tentang itu. Tentu saja mustahil mereka dibiarakan berfatwa tanpa
pengakuan kan
kedalaman ilmunya dibanding dengan yang lainnya. Rasulullah saw pernah
menugaskan orang selain Ali sebagai qadi' di yaman , seperti : muadz bin jabal
dan Abu musa al asy' ari. Jadi Ali sebagai qadi' di yaman ditemani oleh
beberapa orang diantaranya ; Abu Bakar
dan Umar. Padahal Abu Bakarlah satu-satunya yang mengungguli para
sahabat dari segi keilmuan. Sementara orang rafida mengklaim bahwa Alilah
sahabat yang pAling tinggi ilmunya.. Ibnu hazm menjawab ; ini hanyalah
pengakuan palsu. Buktinya bisa dilihat dari bebarapa segi :
Pertama : hal itu merupakan penolakan terhadap sabda Rasulullah saw yang
berbunyi :
يؤم القوم
أقرؤهم فإذاستووا فأقههم فإذاستووا فأقرمهم هجرة
"Yang berhak menjadi Imam adalah yang
pAling berilmu, jika kadar keilmuannya sama, maka yang lebih faqih jadi Imam,
jika tetap sama, maka yang pAling pertama hijrah."
Kitapun menjumpai Rasulullah saw mengangkat Abu Bakar menjadi Imam
ketika beliau sakit beberapa hari . padahal Ali ada diantara para sahabat dan
dilihat oleh Rasulullah saw tiap pagi dan petang, tetapi Rasulullah saw tetap
melihat Abu Bakar pAling berhak menempati posisi itu. Jadi terbuktilah bahwa
dialah yang pAling berilmu, ahli fiqhi dan pAling pertama hijrah. Bahkan
mungkin saja orang yang tidak menghapal Alquran secara lancar lebih faqih dan
lebih hebat dibanding orang yang hafalannya diluar kepala,hal ini diungkap
karena Abu Bakar, Umar dan Ali belum menghafal semua isi Alquran, akan tetapi
kita yakin akan kedalaman ilmunya karena Rasulullah saw mengangkatnya menjadi
Imam padahal Ali bin Abi Thalib ada di situ. Hal ini sebagai bukti bahwa Abu
Bakar lebih hebat daripada Ali dan tentu saja Rasulullah saw tidak mengangkat
seseorang yang kurang berilmu sementara ada yang lebih hebat darinya. Dengan
ini terjawablah kebohongan mereka tentang hal ini. Alhamdulillah.[6]
dari pemaparan tadi jelaslah bahwa Abu Bakarlah
yang memiliki kejernihan hati akan keilmuan dibanding Ali.
At-Tijani mengatakan: ketika Abu Bakar ditanya tentang arti kata
"al ab" didalam firman Allah swt
وفاكهة
وأبا (عبس :31)
Ia menjawab: Langit mana yang menaungiku
dan bumi mana lagi tempatku berpijak jika aku mengatakan sesuatu dari Al quran
padahal saya tidak mengetahuinya.[7]
Saya katakan: 1. Hadits ini ditulis oleh Ibnu katsir, diriwayatkan oleh
Ibrahim dari Abu Bakar dan hadits ini ternyata lemah karena sanadnya terputus
antara Ibrahim dan Abu Bakar.2. kalaupun hadits ini sahih tidak berarti bahwa
Abu Bakar tidak tahu arti kata "Al abbu " karena maknanya jelas sekAli,yaitu
: jenis tumbuh –tumbuhan sebagaimana firman Allah (surah abasa ;27-31) tetapi
Abu Bakar tidak bisa menjelaskan hakikat tumbuhan tersebut,dengan kata lain
beliau tidak tahu bentuknya, jenisnya dan aslinya. Inilah maksud dari perkataan beliau. Sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Anas bahwa Umar bin khattab membaca di atas mimbar
"wafakihatan waabba" kita telah mengetahui bahwa artinya adalah
tanaman tetapi alabba belum kita ketahui, kemudian Umar sadar dan berkata
kepada dirinya sendiri: ah..ini termasuk memaksakan diri wahai Umar.[8]
Karena itulah, menurut ahli tafsir kata "al-abba" adalah
sejenis tanaman. Mujtahid , said bin jubair dan Abu mAlik berkata; "alabbu
" adalah rerumputan. Mujtahid,Hasan, Qatadah dan Ibnu Zayd berkata:
"al-abbu" makanan hewan sebagaimana "alfakiha" ( buah-
buahan makanan manusia ). Atha' menjelaskan : semua tumbuh-tumbuhan yang tumbuh
di atas tanah semuanya masuk dalam kategori "alabbu" . Addahhak
berkata : semua yang tumbuh diatas tanah selain buah-buahan termasuk dalam
kategori "al-abbu".[9]
Jadi artinya sangat jelas yaitu : semua yang tumbuh ditanah. Tetapi
sahabat tidak menjelaskan bentuk dan jenisnya. Ini tidak menujjukkan ketidak
tahuan meraka. Seandainya saja Rasulullah saw menjelaskan jenisnya tentu
sahabat mengetahuinya.
[1] Tsumma Ihtadaitu,
hal.145-146.
[2] Sunan Abi Daud Bab :
bagian dari bab witir, No.1521. lihat juga shahih Abu daud No, 1346.
[3] Syarah sahih muslim, bab
: Mesjid dan tempat shalat. No. 681.
[4] Al-Minhaj, jilid 7 hal.
503.
[5] Shahih Bukhari, bab :
Sholat. No. 484. lihat pula Al-Minhaj jilid 7 hal. 508.
[6] Al-Faslu fii Al-MilAli
Wan Nihal karangan Ibnu Hazm jilid 4 hal. 212-215.
[7] Tsumma Ihtadaitu, hal.
146.
[8] Diriwayatkan oleh
Al-Baihaqi dalam kitab SyuAbul Iman, Bab : memuliakn Al-Qur'an, hal. 424 dengan
sanad yang shahih. Juga diriwayatkan
oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak jilid 2 hal.514 kemudian berkomentar, hadis ini shahih sesuai
dengan syarat Bukhari dan Muslim, teetapi mereka tidak meriwayatkannya.
Az-Zahabipu8n menyepakatinya.
[9] Tafsir Ibnu Katsir jilid
4 hal.504.
0 komentar:
إرسال تعليق