Alih Bahasa : Idrus Abidin
At-Tijani (Syi’ah) Mengklaim, "Adapun klaim bahwa ijma' menetapkan pemilihan Abu Bakar pada hari Tsaqifah kemudian disusul dengan membaitnya di mesjid, klaim ini sama sekali tanpa dalil. Bagaimana ijma' itu bisa terjadi, padahal beberapa orang dari kalangan sahabat tidak ikut membaiat, seperti Ali, Abbas dan semua bani Hasyim. Disamping itu orang-orang seperti Usamah bin Zaid, Zubair, Salman Al-Farisi, Abu Dzar Al-Ghifari, Miqdad bin Aswad, Ammar bin Yasir, Hudzaifah bin Al-Yamani, Khuzaimah bin Tsabit, Abu Buraidah Al-Aslami, Bara' bin Azib, Utbah bin Ka'ab, Sahl bin Hanif, Saad bin Ubadah, Qais bin Saad, Abu Ayyub Al-Anshari, Jabir bin Abdullah, Khalid bin Said dan banyak lagi selain mereka, semuanya tidak berbaiat. Lalu mana ijma' yang dimaksud itu, wahi hamba Allah….?! Padahal Ali saja yang tidak berbait sudah cukup membuat ijma' tersebut tidak sah. Kareana dialah calon satu-satunya yang diorbitkan Rasulullah Saw menjadi khalifah. Itu kalau kita tidak mengakui adanya nash langsung yang mencalonkan beliau.[1] Setelah itu At-Tijani menisbatkan penukilan orang-orang yang tidak berbaiat tersebut kepada kitab seperti, At-Thabhari, Tarikh Ibnu Atsir, Tarikh Khulafa, Tarikh Khamis, Al-Istiab dan semua literatur yang membahas pembaitan Abu Bakar. Ia tidak menulis jilid buku dan halaman dari kitab-kitab tersebut yang ia nukil.
Jawaban saya (Ahlussunnah) :
1) Pertama: Demi Allah yang menciptakan langit dan bumi, seandainya kebohongan bisa berbicara, pasti ia berlepas diri dari pembohong ini. Semoga Allah memberikan keburukan kepadanya dan membalas perbuatannya yang setimpal. Jika kita merujuk kembali kepada kitab-kitab tersebut, kita tidak menemukan klaim bahwa mereka tidak membaiat Abu Bakar as-Shiddiq. Kitab pertama yang dimaksud adalah Tarikh Thabari jilid 2 dengan judul "Peristiwa Tsaqifah". At-Thabari menulis beberapa riwayat, diantaranya ada yang shahih dan ada pula yang lemah (dhaif). Ia menulis hadits Ibnu Abbas yang dikeluarkan oleh imam Bukhari. Hadits ini sangat panjang, diantara sebagian isinya mengatakan bahwa Ibnu Khattab berkhutbah diatas mimbar untuk menjawab orang-orang yang mengatakan, "Jika Amirul Mukminin wafat maka saya membaiat fulan." Pada hadits tersebut, At-Thabari menulis kisah Tsaqifah. Umar berkata, "Diantara informasi yang kami dapatkan ketika Rasulullah Saw wafat bahwa Ali dan Zubair bersama orang-orang yang sependapat dengannya tidak berbaiat bersama kami. Mereka berada di rumah Fatimah. Orang-orang Anshar ikut tidak berbaiat. Orang-orang Muhajirin berkumpul bersama Abu Bakar. Saya mengatakan kepada Abu Bakar, "Mari kita bergabung bersama teman-teman kita dari kalangan Anshar. Kamipun berangkat memimpin mereka, lalu kami bertemu dengan dua orang shaleh yang pernah ikut dalam perang Badar. Mereka berdua berkata, "Hendak kemana kalian, wahai orang-orang Muhajirin?" Kami jawab, "Kami mau bergabung dengan sahabat-sahabat kami dari kalangan orang-orang Anshar. Mereka berkata lagi, "Kembalilah kalian dan selesaikanlah permasalahan kalian." Kami menjawab, "Demi Allah, kami akan mendatangi mereka." Umar berkata, "Lalu kami mendatangi mereka dan ternyata mereka sedang berkumpul di Tsaqifah bin Saidah." Umar melanjutkan, "Ternyata diantara mereka ada orang yang berselimut." Saya bertanya, "Siapa ini?" Mereka menjawab, "Saad bin Ubadah." Saya berkata, "Kenapa dia?" Mereka menjawab, "Sakit demam." Tiba-tiba seseorang diantara mereka berdiri dan memuji Allah swt lalu mengatakan, "Amma ba'du, kami adalah orang-orang Anshar dan pejuang-pejuang Islam, sedang kalian wahai orang-orang Quraisy adalah kerabat Rasulullah Saw, telah bergabung bersama kami beberapa kelompok dari kaum kalian." Umar berkata, "Setelah saya melihat mereka mencoba mencela asal-usul kami dan merebut kekhalifaan, saya lalu menyiapkan perkataan yang akan saya katakan di depan Abu Bakar dan saya merasa lebih tahu darinya dalam batas-batas tertentu. Abu Bakar lebih tenang dan lebih bijak dibanding saya. Ketika saya hendak berbicara, ia mengatakan, "Tahan", maka saya tidak enak kalau melanggarnya." Ia lalu berdiri memuji Allah Swt dan membesarkan-Nya. Dia tidak meninggalkan dalam pembicaraannya apapun yang pernah saya siapkan seandainya saya yang berbicara. Bahkan ia lebih bagus dariku." Ia berkata, "Amma ba'du, wahai kaum Anshar! kalian tidak mengatakan satu keutamaanpun kecuali kalian berhak menyandangnya. Orang-orang Arab tidak mengenal keutamaan itu selain dari orang-orang Quraisy., merekalah orang paling baik dari segi posisi maupun nasab. Sekarang saya ridha jika kalian memilih salah seorang dari kedua orang ini. Baiatlah siapapun yang kalian kehendaki." Abu Bakarpun mengangkat tanganku dan tangan Abu Ubaidah bin Jarrah. Umar berkata, "Demi Allah, saya tidak pernah membenci kata-katanya kecuali apa yang baru saja ia katakan. Jika saya diminta maju kedepan, lalu leherku ditebas -selama itu tidak membuatku berbuat dosa- itu lebih aku sukai daripada menjadi pemimpin sebuah kelompok yang mana Abu Bakar salah satu diantaranya." Setelah Abu Bakar selesai dari pembicaraannya, tiba-tiba seseorang dari kalangan Anshar berdiri dan berkata, "Ada pemimpin dari kami dan ada pula dari kalian, wahai orang Quraisy. Kemudian terjadi kegaduhan disertai dengan munculnya teriakan-teriakan. Setelah kegaduhan mulai meredah, saya mengatakan kepada Abu Bakar, "Angkat tanganmu, wahai Abu Bakar!." Ia lalu mengangkatnya. Saya segera membaiatnya. Setelah itu, orang-orang Anshar ikut membaiatnya….[2].
At-Tabari kemudian mengangkat sebuah atsar dari Walid bin Jami' Az-Zuhri, ia berkata, "Amr bin Harits berkata kepada Saad bin Zaid, "Apakah Anda menyaksikan wafatnya Rasulullah saw?" Saad menjawab, "Betul." Amr bertanya lagi, "Kapan Abu Bakar dibaiat? Ia menjawab, "Ketika Rasulullah wafat, mereka tidak suka kalau ada hari yang terlewati sedang mereka tidak berada di bawah naungan jama'ah. Amr melanjutkan pertanyaannya, "Apa ada seseorang yang tidak setuju?." Ia jawab, "Tidak, orang-orang Muhajirin berbondong-bondong membaiatnya tanpa ada yang mengomandoinya[3].
Kemudian At-Tabari menulis riwayat Habib bin Abi Tsabit, ia berkata, "Ali sedang berada dirumahnya, ketika didatangi dan di informasikan tentang pembaitan Abu Bakar, maka ia pun segera keluar dengan baju tanpa sarung karena tergesa-gesa. Ia khawatir terlambat berbaiat. Kemudian ia duduk bersama Abu Bakar dan mengutus seseorang untuk mengambil pakainnya. Kemudian ia datang dengan baju tersebut lalu Ali memakainya dan duduk bersama Abu Bakar.[4]"
At-Thabari kemudian menulis hadits yang dikeluarkan oleh imam Bukhari[5] yang saya terangkan pada pembahasan warisan Fatimah dari pembaitan Ali terhadap Abu Bakar setelah Fatimah wafat.[6] Pada bagian akhir, At-Thabari menulis riwayat Anas bin Malik [7] tentang pembaiatan Abu Bakar secara umum setelah pembaiatan Tsaqifah. Setelah itu, At-Thabari tidak lagi menulis sesuatu apapun.
Adapun kitab Tarikh Ibnu Atsir,[8] tidak ditemukan sedikitpun apa yang dikatakan At-Tijani tentang ketidak-ikutan sahabat-sahabat tersebut dalam membaiat Abu Bakar. Pada bab "Peristiwa Tsaqifah dan kekhalifaan Abu Bakar r.a." beliau menulis kisah Tsaqifah dan riwayat tentang pembaiatan Ali bin Abi Thalib terhadap Abu Bakar pada awal pembaiatan, saat Ali mendengarkan hal itu.
Ibnu Atsir kemudian mengatakan, "Yang benar adalah bahwa Abu Bakar tidak dibaiat oleh Ali kecuali setelah berlalu enam bulan. Kemudian ia menulis hadis Ibnu Abbas tentang kekhalifaan Umar bin Khattab dan naiknya keatas mimbar serta masalah pembaiatan yang telah kita singgung sebelumnya. Kemudian ia mengangkat riwayat Abu Umrah al-Anshari tentang berkumpulmya orang-orang di Tsaqifah. Singkatnya, sampai orang-orang berbaiat kepada Abu Bakar. Ia mempertegas pembaiatan Ali dan bani Hasyim terhadap Abu Bakar setelah wafatnya Fatimah. Sebelumnya saya sudah jelaskan tentang lemahnya riwayat ini dan pertentangannya dengan riwayat yang shahih. Inilah yang ditulis oleh Ibnu Atsir dalam kitabnya, dan tidak ditemukan sama sekali apa yang dikalaim oleh At-Tijani !!
Adapun kitab Tarikh Khulafaa yang dinisbatkan kepada Ibnu Qutaibah, sebaiknya kita tidak usah melacaknya. Karena keraguan kita tentang penulis yang sebenarnya, ini yang pertama, sedang yang kedua, kitab-kitab yang bisa dijadikan rujukan telah kita nukil isinya. Ketiga, At-Tijani tidak menulis halaman, hingga kita bisa merujuknya. Adapun Tarikh Khumais, saya sama sekali tidak bisa mendapatkannya. Saya kurang tahu, apakah itu salah satu referensi orang-orang Rafidhah. Adapun kitab Al-Istiaab Fii Ma'rifati al-Ashab karangan Ibnu Abdil Bar, beliau menulis dalil-dalil tentang kekhalifaan Abu Bakar lebih banyak dibanding dengan penulis lainya.[9] Ia mengangkat riwayat An-Nazzal bin Sabrah dari Ali ia berkata, "Sebaik-baik orang dalam umat ini setelah Nabinya, adalah Abu Bakar kemudian Umar.
Muhammad bin Hanafiyah, Abdul Khair, dan Abu Juhaifah meriwayatkan pula hadits tersebut dari Ali. Ali r.a. pernah berkata, "Rasulullah adalah orang paling utama, kemudian Abu Bakar, lalu Umar. Setelah itu fitnah menimpa kami, Allah swt lalu mengampuni orang-orang yang dikehendakinya dari fitnah itu." Abdul Khair berkata, "Saya pernah mendengar Ali mengatakan, "Semoga Allah Swt merahmati Abu Bakar, dia adalah orang pertama yang menyatukan dua panji." Dan kami meriwayatkan dari Abdullah bin Ja'far bin Abi Thalib dari beberapa jalur bahwa ia berkata, "Kami mengangkat Abu Bakar sebagai pemimpin kami, dia adalah sebaik-baik khalifah. Ia sangat menyayangi kami dan sangat lemah-lembut kepada kami." Masruq Barkata, "Mencintai Abu Bakar dan Umar adalah bagian dari sunnah." Abdul Bar juga menulis hadits Rasulullah Saw ketika meminta Abu Bakar untuk mengimami mereka. Ibnu Abdil Bar juga menulis hadits Huzaifah, ia mengatakan, "Rasululah Saw bersabda, "Setelah aku tiada kelak, ikutilah Abu Bakar dan Umar, dan carilah hidayah layaknya 'Ammar serta pegang teguhlah janji Ibnu Ummi Abdi. Kemudian Ibnu Abdil Bar berkata, "Abu Bakar dibaiat sebagai khalifah pada hari Rasululah Saw wafat, itu terjadi di Tsaqifah bani Saidah. Kemudian ia dibaiat secara umum pada hari selasa setelah hari pembaiatan pertama. Saad bin Ubadah, sekelompok orang-orang Khazraj, dan sekelompok orang Quraisy tidak berbaiat pada hari itu. Kemudian mereka baru berbaiat setelah itu, kecuali saad. Ada pendapat yang mengatakan bahwa tidak ada seorangpun dari suku Quraisy yang tidak berbaiat. Ada juga yang mengatakan bahwa ada beberapa orang yang tidak berbaiat dari suku Quraisy yaitu: Ali, Zubair, Thalhah, Khalid bin Said bin Ash, kemudian mereka membaiatnya setelah itu. Bahkan ada pendapat mengatakan bahwa Ali tidak membaiat Abu Bakar kecuali setelah wafatnya Fatimah. Setelah itu, ia tetap patuh pada Abu Bakar, menghormati dan mengutamakannya. Ibnu Abdil Bar juga menulis riwayat Abdullah bin Mas'ud, "Orang-orang Anshar akhirnya tersadar untuk membaiat Abu Bakar pada hari Tsaqifah bani Saidah karena perkataan Umar bin Khattab yang berbunyi, "Saya tanya kalian dengan nama Allah Swt, apakah kalian tahu bahwa Rasulullah Saw pernah meminta Abu Bakar mengimami kita?" Mereka menjawab, "Betul." Umar berkata lagi, "Siapa diantara kalian yang bisa menghilangkan posisi Abu Bakar yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw?" Mereka menjawab, "Tidak seorangpun diantara kami yang bisa berbuat demikian. Kami memohon ampun kepada Allah."
Hasan Basri meriwayatkan dari Qais bin Ubadah, ia berkata, "Ali bin Abi Thalib berkata kepadaku, "Rasulullah Saw menderita sakit beberapa hari lamanya. Ia menyuruh kami shalat berjamaah dengan mengatakan, "Mintalah kepada Abu Bakar untuk mengimami kalian." Setelah Rasulullah Saw wafat, saya perhatikan ternyata shalat adalah bendera Islam dan tiang agama. Maka kami rela urusan dunia kami diurus oleh Abu Bakar sebagaimana Rasululah Saw telah ridha kepada beliau sebelumnya. Kami pun membaiat Abu Bakar.[10]" Inilah yang ditulis Ibnu Abdil Bar dalam kitabnya.
Saya katakan kepada siapapun yang mencari kebenaran, "Setelah kebenaran, tiada lagi tersiasa kecuali kesesatan." Inilah literatur yang disebutkan oleh At-Tijani untuk mempertegas ketidak ikutan beberapa sahabat dalam pembaiatan Abu Bakar. Buku-buku yang sebenarnya menghimpun tentang pembaiatan orang-orang muslim terhadap Abu Bakar di Tsaqifah maupun pada pembaiatan umum dari semua kalangan muslim. At-Tijani tidak berhenti disitu, ia menulis pada catatan kaki kitabnya setelah menyebutkan literatur yang –katanya- ia nukil, dan semua orang-orang yang membahas pembaiatan Abu Bakar. Saya katakan, "Tidak ada buku yang membahas tentang pembaiatan tersebut kecuali mempertegas keabsahan pembaiatan Abu Bakar dari semua sahabat. Ditambah lagi baiatnya Ali dan bani Hasyim. Bahkan literatur Rafidhah Itsnaa' Asyariah pun mempertegas hal itu juga.
2) Kedua: Jika dikatakan bahwa beberapa orang sahabat tersebut tidak membaiat Abu Bakar menjadi khalifah, maka itu tidak membatalkan baiat sahabat lainnya. Karena masalah pengangkatan khalifah tidal membutuhkan kesepakatan semua orang, tetapi cukup dengan kesepakatan pembesar-pembesar sahabat dan mayoritas lain yang mendukung tegaknya khilafah. Inilah yang disepakati ulama. Imam Nawawi mengatakan, "Adapun masalah baiat, ulama telah sepakat bahwa keabsahannya tidak tergantung kepada baiatnya semua orang dan semua kalangan pemerintahan. Tetapi cukup kesepakatan para ulama, para pemimpin dan pembesar-pembesar lainnya.[11]" Al-Maziri berkata, "Alasan Ali dengan keterlambatannya membaiat Abu Bakar adalah bahwa dalam masalah membaiat seorang khalifah, pendapat para Ahlul Halli wal Aqdi sudah cukup dan tidak harus dengan semua orang. Tidak semua penduduk diharuskan datang untuk membaiat khalifah., tetapi cukup ketaatan mereka dengan tidak bersebrangan atau memberontak kepadanya. Inilah yang terjadi pada Ali. Ia hanya terlambat berbaiat kepada Abu Bakar sebagaimana telah dijelaskan sebelimnya.[12]" Syaikhul Islam Ibnu Taimiah berkata, "Dalam masalah pengangkatan khalifah yang dibutuhkan hanyalah kesepakatan pemimpin dan mayoritas lain yang punya peran dalam pemilihan tersebut. Yang mana maslahat kekhilafaan bisa terpenuhi dengannya.[13]"
Bahkan Ali sendiri, sebagaimana yang ditulis oleh Syarif Ridha dalam kitabnya Al-Hujjah Lil Imamiyyah "Nahju Al-Balagah" mengatan, "Demi Allah, seandainya khilafah tidak bisa tegak tanpa dukungan semua orang maka khilafah pasti tidak akan tegak. Tetapi orang-orang yang hadir mewakili yang orang-orang yang berhalanagan. Tidak ada jalan bagi yang hadir untuk mundur dan yang tidak hadir untuk memilih.[14] Pembaca budiman. Lihat kebenaran yang nyata begitupun kebohongan yang dijejalkan oleh At-Tijani! Ulama sepakat tentang hal itu karena kalau kehadiran seseorang atau dua orang atau sekelompok orang menjadi penghalang bagi tegaknya khilafah maka kesepakatan tentang itu tidak akan pernah terwujud. Hal itu karena seseorang terkadang tidak hadir karena ada sesuatu dalam dirinya atau alasan lain yang tidak bisa diterima. Kalau masalahnya demikian, lalu bagaimana kita bisa sepakat dengan seorang khalifah?!. Disini harus ditegaskan pula bahwa kesepakatan mayoritas umat akan kekhalifaan Abu Bakar lebih besar dibanding ketika mereka membaiat Ali sebagai khalifah. Malahan kurang lebih sepertiga umat Islam tidak membaiat Ali, bahkan ada yang memeranginya. Sepertiga lainnya tidak ikut berperang bersamanya. Diantara mereka pula ada yang tidak membaiatnya, dan diantara orang yang tidak membaiatnya ada yang memberontak kepada beliau sebagaimana ada yang tidak memeranginya. Seandainya masalah kekhalifahan tidak sah jika tidak didukung oleh beberapa kalangan maka kekhalifahan Ali lebih tidak sah lagi. Jika dikatakan, "Mayoritas umat Islam tidak memeranginya atau para pemimpin mayoritas umat dan lainnya membaiatnya, maka Abu Bakar lebih-lebih lagi.[15]
Jika At-Tijani mengklaim bahwa nash-nash yang mendukung kekhalifahan Ali adalah sangat jelas, maka saya jawab bahwa dalil-dalil tersebut telah saya jelaskan bahwa ia tidak bisa dijadikan hujjah, belum lagi hadits-hadits yang menjelaskan tentang kekhalifahan Abu Bakar yang sangat kuat dan tak terbantahkan.[16] Dengan demikian, sudah jelas bagi kita akan lemahnya hujjah At-Tijani yang berbunyi "Dengan tidak berbaiatnya Ali saja kepada Abu Bakar sudah cukup membuat kesepakatan bahwa kekhalifaan Abu Bakar tidak sah." Semoga Allah merahmati para ahli ijma kepada khilafah Abu Bakar.?!
Bersambung ke bagian 2 pada link berikut :
http://idrusabidin.blogspot.com/2012/01/klaim-syiah-tentang-kekhalifaan-ali_08.html
Bersambung ke bagian 2 pada link berikut :
http://idrusabidin.blogspot.com/2012/01/klaim-syiah-tentang-kekhalifaan-ali_08.html
[1] Tsumma Ihtadaitu hal. 136.
[2] Shahih Bukhari jilid 6 kitab : Al-Muharibin, no. 6442. Lihat At-Tabari jilid 2 hal. 234-235.
[3] At-TaBari jilid 2 hal. 236 Thn. 11 H.
[4] Ibid.
[5] Lihat halaman ……..
[6] Tetapi At-Thabari menambahkan ( …..Seseorang mengatakan : bukankah Ali membaiatnya setealah lewat 6 bulan ? ia menjawab : tidak, dan tidak seorangpun dari bani hasyim hingga Ali membaiatnya.) Al-Baihaqi mendhaifkan hadis ini karena az-zuhri tidak emnjelaskan sanadnya dan riwayat yang bersambumg dari abu said lebih sah. Adapun yang lain, mereka mengggabung hadis tersebut bahwa Ali membaiat Abu Bakar yang kedua kAlinya sebagai penegasan dari baiat pertama karena peristiwa yang terjadi akibat masalah warisan sebagaimana sebelumnya. Atas pertimbangan ini, perkataan az-zuhri dipahami bahwa Ali tidak membaiatnya pada hari itu karena ingin bersama beliau dan selalu berada didekatnya. Kareana jauhnya Abu Bakar bisa menyebabkan orang-orang yang tidak memahami inti persoalan memahami bahwa itu terjadi karena Ali tidak ridha dengan kekhAlifaan Abu Bakar. Karena itulah ada ulama yang memutlakkan perkataan itu. Dengan pertimbangan itulah, Ali Bari berbaiat setelah wafatnya Fatimah agar menghilangkan syubhat ini. ( Al-Fath jilid 6 hal. 566 ) kedua riwayat tersebut bisa juga digabungkan dengan mengatakan bahwa Ali berbaiat dua kAli . baiat pertama ketika awal-awal khilafah Abu Bakar dan baiat kedua setelah 6 bulan berlalu didepan banyak orang. Saya telah mendapatkan riwayat yang semua perawinya terpercaya yang memperkuat hal ini. Abdullah bin ahmad bin hambal menulis dalam kitab " As-Sunnah " dari abu nadrah ia berkata : ketika orang-orang berkumpul untuk membaiat Abu Bakar r.a. beliau berkata : kenapa saya tidak melihar Ali ? ia berkata : maka beberapa orang dari Anshar mendatangi Ali dan menghadapkannya kepada beliau. Abu Bakar berkata kepadanya : wahai Ali, anak paman Rasulullah saw ? Ali menjawab : tidak ada keraguan lagiwahai khalifah Rasulullah saw. angkat tangan anda, lalu ia mengangkatnya dan dibaiat oleh Ali. Kemudian Abu Bakar mengatakan : kenapa saya tidak melihat zubair ? maka beberapa orang Anshar menemui zubair dan iapun datang. Abu Bakar mengatakan kepadanya : wahai zubair, anak tante Rasulullah saw ? zubair menjawab : tidak ada keraguan lagiwahai khalifah Rasulullah. Angkat tangan anda , maka Abu Bakar mengangkat tangannya dan dibaiat oleh zubair. ( Kitab As-Sunnah jilid 2 No. 1292. ahli tahqiq mengatakan : perawinya shahih ).
[7] Shahih Bukhari jilid 6 Kitab : Al-Ahkam No. 6794.
[8] Tarikh Ibnu Atsir dari hal. 189-195 Th. 11 H.
[9] Riwayat tersebut ada yang dhaif dan bathil. Saya menulisnya agar pembaca sekAlian bisa mengetahui kebohongan At-Tijani.
[10] Lihat kembAli riwayat sebelumnya dalam kitab Al-Istiaab Fii Ma'rifati Al-Ashaab karangan Ibnu Abdil Bar jilid 3 dari hal. 970-977. Tahqiq : Ali Muhammad Al-Bajawi. Cetakan : Dar Al-Jil Bairut.
[11] Syarah Muslim juz 12 hal. 112-113.
[12] Al-Fath juz 7 hal. 565 kitab: Peperangan.
[13] Al-Minhaj juz 8 hal. 336.
[14] Nahju Al-Balagah juz 2 hal. 368 cetakan Dar Alfain.
[15] Al-Minhaj juz 8 hal. 338-339.
[16] Lihat hal.
0 komentar:
إرسال تعليق