By. Idrus Abidin.
Susah
mudahnya sesuatu sangat dipengaruhi oleh iman dan taqwa. Karena iman
dan taqwa adalah semangat dan keinginan yang dipicu oleh janji-janji
pasti Allah Ta'ala. Apalagi kalau hal tersebut terkait dengan praktek
dan kegiatan keislaman. Masjid adalah tempat paling jauh dan serba susah
dikunjungi oleh orang yang lemah iman. Sekali pun masjid tersebut tepat
berada di samping gang atau persis dekat rumahnya. Orang yang
kekurangan stok iman merasa dekat ke tempat kerja dibanding ke tempat
ibadah. Karena semangat duniawi lebih dominan daripada harapan akhirat.
Banyak Mendengar, Membaca dan Menyimak Masalah Keislaman.
Awal
kemudahan itu terbuka apabila rasa ingin tahu terhadap sesuatu mulai
berkecambah dalam benak dan naluri kita. Maka, tergeraklah jiwa untuk
berpetualang demi untuk mendapatkan selentingan informasi dan pemahaman.
Makin terstruktur dan terkumpul pengetahuan terhadap sesuatu, semakin
terbuka peluang kemudahan untuk mengarahkan, menguasai dan memilikinya.
Jika
keislaman kita tercelup oleh upaya mencari pemahaman tentangnya tentu
Islam itu lama-lama akan menjadi bagian dari pemikiran, Keyakinan,
ucapan dan perbuatan kita. Maka upaya untuk menjadi lebih islami adalah
bentuk dan usaha untuk senantiasa bercermin kepada Islam setiap saat.
Menumbuhkan Kemauan.
Azam
dan semangat (ruhiyah) adalah produk pemahaman Islam orisinil.
Karenanya, motivasi dan motivator ulung itu sebenarnya memang Islam.
Jika banyak orang yang sering ikut motivasi bisnis di hotel-hotel mewah;
maka pecinta sejati Islam lebih hobby mengikuti motivator ulung di
mimbar-mimbar masjid yang menampilkan bisnis akhirat yang jauh lebih
menjanjikan.
Tak sedikit
orang yang tadinya cuek terhadap keislamannya. Namun, seiring dengan
umur dan pengalaman hidup. Apalagi ditambah dengan beragam cobaan dan
ujian. Maka, hiburan yang paling dirindukan adalah nasehat kesabaran dan
pengarahan agar makin dekat dan melekat dengan Allah Ta'ala.
Mudah karena Terbiasa.
Mudahnya
sesuatu umumnya karena telah menjadi budaya dan rutinitas. Jadi, apa
yang mudah bagi kita sebenarnya adalah kebiasaan yang kita bentuk
sendiri sebagai bagian dari diri kita. Sehingga, merutinkan sesuatu
berarti melatih kemudahan dan keahlian kita tentang hal tersebut. Tak
salah apa yang dikatakan oleh kaum bijak Bestari, ala bisa karena biasa.
Atau nasehat orang pengalaman, bikinlah kebiasaan baik nanti kebiasaan
itu membuatmu jauh lebih baik.
Mudah Karena Bersama.
Selain
faktor keahlian, keinginan kuat dan rutinitas kebiasaan, kemudahan juga
terjadi karena adanya kebersamaan dalam keislaman. Di tengah komunitas
non muslim, berasa sekali susahnya kita berislam. Bahkan ketika kita
berada di lingkungan muslim yang tidak berbudaya Islam saja hal demikian
terjadi. Maka, ketika kita berafiliasi kepada komunitas yang berislam
dengan baik, tentu kita seolah ketarik oleh gravitasi keshalehan itu
untuk bersama-sama menuju Allah dalam suasana penuh kemudahan.
Mendapat Dukungan Allah.
Segala
sesuatu terjadi karena izin Allah Ta'ala. Termasuk kebaikan yang
diharapkan. Perlu terus membina sel-sel keimanan kita agar dukungan
Allah atas semua keinginan baik kita terealisasi dengan mudah. Ketika
Allah berbicara soal kemudahan hamba-hamba-Nya dalam berislam, Dia
membocorkan rahasianya, "Barangsiapa memberi kontribusi disertai dengan
takwa (keikhlasan), juga disertai keyakinan penuh adanya surga yang
sangat menarik; maka Allah akan mudahkan dia menempuh jalur menuju
kepadaNya (Islam)". (QS. Al-lail : 5-7)
Jika
pepatah mengatakan, di mana ada kemauan di situ ada jalan. Maka, di
mana ada keimanan dan ketakwaan, di situ ada pula kemudahan. Wallahu
a'lam.
Stasiun Citayam, 26 Maret 2019.
Ikuti update status nasehat dari kami via :
1. FB : Idrus Abidin
2. Blog :http://idrusabidin.blogspot. com/?m=1
3. YouTube Channel : Gema Fikroh.
4. Telegram Channel : Gemah Fikroh.
0 komentar:
إرسال تعليق