Kaya islami adalah rasa penuh kecukupan dg nikmat Allah yang tiada Tara; pada jiwa, lidah dan raga, yang berbalut karunia iman, harta dan tahta. Bahkan untuk sang Rasul, sekali pun bertahta di atas puncak kekuasaan iman di Madinah, harta tak begitu nyata pada diri dan keluarganya. Bahkan, sebegitu banyak hadiah diterima dari segala penjuru dan semua arah, tapi cepat ludes dibagi kepada semua yang dianggap kurang bahagia (lebih berhak). Hingga Jibril pun menawarkan gunung Uhud, sebagai gunung emas. Tp, kata beliau, "Saya hanya pengembara yg sedang melintas di sebuah jalan. Jika aku kepanasan, cukuplah rindangnya pohon kutempati berteduh. Jika sudah hilang lelah, perjalanan ini dilanjutkan kembali". Itulah zuhud. Yaitu rasa cukup dari kekayaan dan popularitas, di saat peluang untuk menggapainya terbuka lebar. Di waktu yang lain, beliau berkata, "jika hari ini ada yang kumakan aku bersyukur. Jika tidak ada, aku bersabar (termasuk) puasa." Maka beliau, kata sang istri, jika datang di waktu pagi, sedang panci tak terisi, beliau berpuasa Sunnah.
Bahagia, sudah banyak kita ungkap di status ini. Tinggal mengungkap rasa cinta, harapan dan rasa takut Rasulullah kepada Allah dalam beragam ayat-ayat Al-Qur'an dan penuturan hadits2 serta kesan para sahabatnya. Rindu kami padamu wahai Rasulku. Izinkan kami Ya Allah menemaninya dalam syari'atMu, hingga kami bisa bertemu dengan beliau di surgaMu kelak. Amin
Penulis : Idrus Abidin, Lc, M.A
Penulis : Idrus Abidin, Lc, M.A
0 komentar:
إرسال تعليق