Bukan membela dubes dan membenci SAS. Tapi demi tegaknya keadilan dan hilangnya kezaliman. Atas nama Islam Nusantara, SAS menganggap Islam Arab penjajah. Atas nama Islam ramah, SAS menuduh HTI/Wahabi Islam radikal. Atas nama kebebasan dan dakwah, NU struktural bermesraan dg israhel. Lalu nasib bangsa Palestina yang terjajah tidak dianggap apa-apa.
Apakah ini artinya, Islam ramah itu Islam KTP? Yang tidak peduli amat Ma'aruf nahi Munkar?! Apakah Islam ramah itu artinya berdamai dg penjajah? Lalu menzalimi yang terjajah. Apa islam ramah itu artinya bakar bendera tauhid atas nama bendera HTI?! Apakah Islam ramah itu yang liberal, seperti selama ini terbukti secara empiris? Dan banyak lagi pertanyaan yang tidak ramah bagi yang merasa Islam ramah ini. Mungkin inilah yang dimaksud Dubes Saudi Islam sesat. Islam jungkir balik. Giliran disentil oknum pembakar bendera tauhid, tersinggung habis2an. Seramah atau semarah itukah mereka?!
Islam kultural di NU saatnya cuci gudang dari kelompok liberal yang bercokol di NU struktural. Kita tidak benci NU, bahkan sayang luar biasa. Tp benci pada oknum yg mengatasnamakan NU untuk kepentingan liberalisasi dan Syi'ahisasi. Semuanya dicatut; Islam ramah, Islam progresif, Islam Nusantara, NKRI. Tapi jauh panggang dari api. Bahkan cenderung nifak modern. Merasa memperbaiki, padahal sedang merusak. Merasa beriman, padahal menganggap orang beriman itu radikal, Trans nasional dan semua istilah yang mematikan Islam yang dianggap berseberangan.
Tulisan ini pasti dianggap radikal, Wahabi, trans nasional. Padahal, tulisan ini berdasarkan pluralisme Mazhab dalam Islam. Bukan pluralisme agama versi Islam yang mengaku paling rahmatan Lil Al-Amin.
Jangan lupa bahagia; benci yg salah, sayang yg benar, karena mencintai Allah
0 komentar:
إرسال تعليق