By. Idrus Abidin.
Lingkungan
adalah area di mana seseorang terlibat sebagai bagian komunitas. Setiap
lingkungan memiliki hukum dan budayanya sendiri-sendiri. Hukum dan
budaya yang dibentuk oleh sponsor atau pribadi yang memiliki daya tarik
sosial dan keunggulan leadership. Yaitu orang-orang yang memiliki
kemampuan manajerial berupa perhatian, kesetiaan, sikap supel dalam
bergaul dan kesiapan untuk saling menanggung. Intinya, seorang sosok
yang membuat nyaman orang-orang sekitarnya dg sejumlah kepribadian
unggulan.
Kita Adalah Hasil Lingkungan dan Komunitas Kecil Keluarga.
Keluarga
adalah komunitas awal tempat kita bertumbuh dan belajar mengenal banyak
hal. Dengan perangkat pengetahuan yang kita miliki, sejumlah adat
istiadat dan cara bersikap ikut menjadi bagian kepribadian kita. Maka,
kata seorang ahli, kita adalah anak biologis dan ideologis lingkungan
dan komunitas keluarga.
Dari lingkungan Biologis Menuju Keluarga Ideologis.
Awalnya
kita secara alami berkembang bersama budaya dan ideologi keluarga.
Namun sering dengan lingkungan pergaulan, baik di dunia nyata maupun di
dunia maya, yang terus meluas; kita pun memiliki standar baru dalam
bersikap. Terutama hal-hal yang bersifat spiritual. Dalam lingkup
keislaman, bisa jadi awalnya kita tradisionalis. Islam yang kita pahami
hanya shalat 5 waktu dan perayaan hari-hari besar Islam. Tapi karena
pengaruh media sosial dan media realitas, akhirnya kita mendapat info
keagamaan baru yang lebih modernis. Bahwa Islam itu adalah apa kata
Allah, rasul-Nya dan teladan generasi terbaik.
Islam
yang diwarisi memang beda dengan Islam yang dipelajari. Islam hasil
belajar adalah Islam hasil usaha sendiri yang diperjuangkan dengan penuh
keringat. Sehingga jati diri kita menyatu dengan Islam normatif yang
memang ditradisikan oleh manusia terbaik; Rasulullah shalallahu alaihi
wasallam beserta sahabat, tabiin dan generasi pelanjut mereka yang
unggulan. Dengan itu, Islam kita memiliki afiliasi kekeluargaan di
tingkat ideologis dengan keluarga keimanan internasional (alamiah). Di
sana, yang ada hanya murni Islam. Adapun budaya yang berbeda antar
negara, suku, bangsa dan komunitas; hanyalah ciri alami yang tidak
melampaui identitas utama Islam.
Komunitas Duniawi, Gambaran Komunitas Ukhrawi.
Jika
pertemanan dalam keluarga ideologis ini terus diperjuangkan dengan
tingkat konsistensi tinggi, tidak mustahil kita masuk dalam kategori
pembaharu yang terlibat menawarkan solusi real bagi kehidupan kebangsaan
kita. Maka, tidak hanya lingkungan masjid yang diramaikan. Tapi terus
bergerak menawarkan kemakmuran iman, takwa dan ekonomi kepada
pasar-pasar, lembaga pendidikan, lembaga adat hingga ke tingkat politik.
Di titik ini, beragam tuduhan pasti akan berseliweran dari ideologi
berbeda yang tidak siap bersaing secara sehat. Bukan karena benarnya
mereka dibenci. Tapi karena mengancam keberadaan status quo yang
terlanjur nikmat di kursi kekuasaan.
Semua
teman, lingkungan dan keluarga kita adalah cerminan dari jati diri kita
yang sebenarnya. Mereka semua menentukan corak keberagamaan kita,
sebagai mana kita ikut terlibat mewarnai hidup dan keislaman mereka.
Maka tak salah, teman duniawi kita adalah cerminan teman ukhrawi kita.
Sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam suatu ketika, "Engkau akan
bertemu dan berkumpul di akhirat kelak dengan orang-orang yang engkau
cintai di dunia." Sudahkah cinta kita bersemi dengan pribadi-pribadi
yang potensial masuk surga?! Wallahu a'lam.
Depok, 6 April 2019.
Ikuti update status nasehat dari kami via :
1. FB : Idrus Abidin
2. Blog :http://idrusabidin.blogspot. com/?m=1
3. YouTube Channel : Gema Fikroh.
4. Telegram Channel : Gemah Fikroh.
0 komentar:
Post a Comment