Thursday, April 18, 2019

Grafik Perkembangan Iman dan Taqwa.



By. Idrus Abidin.

Sebagaimana fisik berkembang dengan pasti jika tercukupi menu dan kebutuhannya, seiring dengan perputaran  waktu, iman dan takwa pun demikian. Jiwa kita akhirnya terus akan bertanya, untuk apa kehidupan ini dan akan ke mana tempat berakhirnya?! Maka, jiwa pun memasuki petualangan spiritual untuk berusaha memastikan keamanan dan jaminan masa depannya. 

Awalnya Kupikir Hanya Cukup dengan Shalat.

Di awal masa-masa balig, kita mengira surga itu bisa digapai dan neraka bisa dihindari cukup dengan Shalat 5 waktu. Itulah garansi awal dan harga surga dalam benak kita ketika itu. Bahkan, sebagian saudara muslim kita menjaga identitas Islamnya hanya dengan Jum'atan tiap pekan. Tidak lebih. Surga dan neraka blm banyak mereka pertimbangkan seperti mereka yang menganggap shalat adalah jembatan menuju surga. Shalat pun diprioritaskan, walau dengan perjuangan yang tiada terkira. Namun, seiring dengan ceramah agama yang masih terbatas kita dengar; lewat mimbar-mimbar khutbah di hari Jum'at, radio-radio yang kebetulan kita dengar saat-saat setelah shalat subuh tiap ramadhan. Ditambah ceramah tarawih dan Khutbah Iedul Fitri dan Iedul Adha, sadarlah kita masih banyak amalan wajib yang belum kita amalkan sebagai tameng neraka dan sarana menuju surga. 

Ternyata Harus Melaksanakan Semua Amalan Wajib.

Puasa ramadhan termasuk amalan wajib itu. Umumnya, bagi mereka yang shalat 5 waktu, puasa Ramadhan pasti ikut dijaga. Walaupun, banyak yang  puasa ramadhan, tapi belum tentu shalat 5 waktu. Dengan ilmu seadanya, terkadang jiwa ini bertanya, kenapa banyak orang rajin shalat tarawih tiap malam dengan rakaat maksimal hingga 23, siangnya dihiasi dengan puasa, tapi orangnya tidak shalat 5 waktu?! Bukankah tarawehan hanya sunnah sementara shalat 5 waktu bersifat wajib? Begitulah pertanyaan sederhana timbul di benakku, saat belum mengerti banyak seputar keislaman, di masa lalu. 

Selain puasa, zakat pun termasuk kewajiban. Walaupun hanya zakat fitrah. Zakat harta dari penghasilan belum banyak dimengerti. Pajak bumi dan bangunan lebih sering ditunaikan dibanding zakat penghasilan ini. Sebab utamanya adalah minimnya pengetahuan keislaman. Bagitulah pemahaman seputar Islam berkembang dengan sangat lambat di jiwa kita. Namun, petualangan hidup belum berhenti di sini. Semakin hari, informasi seputar Islam masih terus memanjakan telinga kita. Bahwa surga yang seluas langit dan bumi itu masih perlu amalan tambahan; ibadah Sunnah namanya. 

Amalan Wajib Saja Belum Cukup.

Merasa surga itu makin menarik, sementara neraka makin terasa menakutkan, padahal amalan wajib telah dirutinkan. Maka, amalan sunnah pun direncanakan. Shalat rawatiblah yang diharapkan bisa menutupi borok-borok shalat wajib.  Namun, berasa itu pun belum cukup. Masih perlu puasa Sunnah, terutama Senin atau Kamis atau Senin dan Kamis sekalian. Bahkan, kalau kuat juga puasa ayamul bidh di setiap tgl 13, 14, 15 tiap bulan hijriah. 

Infaq berupa uang atau pun tenaga dan pikiran (keahlian) tak lupa diamalkan demi memuaskan semangat iman dan gelora ketakwaan. Sampai-sampai perlu sedikit memaksakan diri agar tilawah harian menjadi budaya keislaman, walau hanya 1, 2, dan 3 halaman. Apalagi jika masih kuat sesekali baca do'a pagi dan petang (Ma'tsurat). 

Ternyata Butuh Ilmu yang Cukup. 

Dengan sejumlah amalan itu, kita mengira bahwa rasa khawatir akan ancaman neraka dan peluang untuk menjadi penduduk surga sudah sedikit terjamin. Namun ternyata, kita sadar bahwa butuh ilmu keislaman yang cukup untuk bisa memastikan amalan-amalan kita sesuai standar diterimanya amal; ikhlas dan sesuai petunjuk dan pengarahan Rasulullah. Sesuai syahadat yang telah kita persaksikan. Sumpah yang telah kita ucapkan dan janji setia yang pernah kita ungkapkan. 

Ilmu inilah yang mengarahkan kita kepada kemandirian dlm banyak hal. Termasuk mandiri masuk surga dan terhindar dari neraka. Ilmu yang merubah kita dari sekedar muslim biasa menjadi mukmin berdaya. Bahkan potensial menjadi Muhsin yang penuh pesona. Ilmu yang menguatkan Azam kita untuk lebih baik dari sebelumnya. Ilmu yang mengajarkan bahwa amalan tidak sekedar berharap nikmatnya fasilitas surga dan terjauhkan dari amukan siksa neraka, tapi lebih dari itu. Bahwa keridhaan dan kecintaan Allah perlu dinomorsatukan sehingga Allah Ridha dan mencintai kita; agar amalan-amalan itu benar-benar berfungsi sebagai tameng (takwa) dari keburukan dan sarana (wasilah) menuju kebaikan.

Demikianlah grafik Perkembangan Iman dan Taqwa kita. Semoga terus bertumbuh secara maksimal; terutama di saat-saat kita memang sedang berada diambang jemputan ajal. Aamiin. 

Stasiun Manggarai, 9 April 2019. 

๐ŸŒท๐ŸŒท๐ŸŒท๐ŸŒต๐ŸŒต๐ŸŒต๐Ÿ„๐Ÿ„๐Ÿ„

Ikuti update status nasehat dari kami via :
1. FB : Idrus Abidin
3. YouTube Channel : Gema Fikroh.
4. Telegram Channel : Gemah Fikroh.

0 komentar:

Post a Comment

Categories

About Us

There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form.

Contact Form