Ilmu dalam Islam tidak mengenal dikotomi; dunia akhirat, lahir batin, teks konteks, normatif historis dll. Islam selalu melihat fakta secara komprehensif. Terutama fakta akhirat dan dunia, jiwa dan raga, langit dan bumi. Kesan dikotomis ilmu pengetahuan berawal dari pandangan sekuler yang melihat segala hal dari sisi material dan kekinian semata (duniawi). Maka tak heran, ilmu hasil racikan dunia sekuler hanya sebatas pada Persfektif duniawi. Termasuk dalam ilmu jiwa. Psikologi adalah ilmu modern terkait dengan jiwa. Masuk dalam ranah ilmu sosial yang banyak digunakan untuk terapi mental. Bahkan hingga ke tahap pendekatan klinis (psikiater).
Sakit dan Sehat Jiwa antara Tazkiyatunnafs dan Psikologi Modern.
Sehat versi psikologi modern adalah adanya kesadaran bagi manusia ketika berkata dan berbuat. Adapun kesadaran yg dimaksud tentu murni duniawi. Kesadaran ukhrawi tidak masuk dalam ranah psikologi modern, layaknya dalam tazkiyatunnafs. Sehingga kesehatan jiwa versi psikologi dan tazkiyatunnafs jauh berbeda. Dalam tazkiyatunnafs, kesehatan jiwa diukur berdasarkan pada keimanan kepada Allah, akhirat, malaikat, kitab suci, nabi dan rasul serta qadha dan qadar (rukun iman). Sehingga mereka yg tidak memenuhi kategori itu sudah layak disebut sebagai orang yang sakit jiwa. Walaupun mereka sadar apa yang diucapkan dan dilakukan.
Gila versi psikologi adalah hilangnya kesadaran dalam beraktivitas karena akalnya tidak berfungsi sebagaimana seharusnya. Karena tidak berfungsi, Islam memberi ruang toleransi bagi orang gila. Mereka tidak dibebani taklif (tanggung jawab, ibadah, dosa dan pelanggaran) hingga mereka sadar dan sehat kembali secara kejiwaan.
Hidup dan Mati.
Mati pun sama. Dalam psikologi, kematian adalah berpisahnya ruh dan jasad secara biologis. Sedang versi tazkiyatunnafs, kematian adalah berpisahnya hati dari keislaman, keimanan dan keihsanan.
Klinik Psikologis dan Klinik Tazkiyatunnafs.
Karena berbeda secara Persfektif dan standar, maka baik psikologi maupun tazkiyatunnafs sama-sama memberikan terapi bagi pengidap penyakit jiwa. Sakit jiwa yang ditangani tazkiyatunnafs seperti; kekafiran, kemunafikan, kurang syukur, kurang sabar, kurang cinta Allah plus kurang optimis dunia akhirat, kurang jiwa besar dan pemikiran besar. Selain itu, Tazkiyatunnafs juga memberikan terapi penyembuhan bagi penyakit mental lain seperti cinta dunia, cinta popularitas, cinta jabatan dan lain2. Inilah makna Qur'an sebagai obat sekaligus terapi ruqyah.
وَنُنزلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلا خَسَارًا
Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS al-Israa : 18).
Maka, tazkiyatunnafs sebagai upaya membersihkan jiwa dari dosa dan maksiat dengan mengembangkan fitrah suci dalam ketaatan kepada Allah agar bisa istiqomah hingga mencapai derajat Ihsan adalah ilmu yang komprehensif. Karena standarnya memenuhi unsur sehat secara duniawi sekaligus sehat secara ukhrawi sekaligus. Maka surga itu hanyalah kompleks perumahan dan Negeri indah orang-orang yang sehat jiwanya. Firman Allah :
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Pada hari kiamat; saat harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (QS Asy-Syuara : 88-89)
Semoga hati dan jiwa ini bersih sehingga berhak menempati kapling surgaNya kelak insya Allah. Amiiiin.
Depok, 17 Februari 2019
Refleksi Kajian Duhaa masjid al-Mukminin, Rawamangun, Jakarta Timur.
0 komentar:
إرسال تعليق