Tuesday, June 25, 2019

Ramadhan, Puasa dan Nilai-Nilai Sosial.

Ramadhan, Puasa dan Nilai-Nilai Sosial. 

By. Idrus Abidin.

Siklus tahunan berupa ramadhan dan puasa sebentar lagi membersamai kita. Rindu untuk mendapatkan peluang ampunan, kesempatan memperbanyak pundi-pundi amal dan membebaskan diri dari ancaman neraka kian terbuka. Tak lupa do'a dan harapan untuk bertemu kembali ramadhan sudah sejak lama dilantunkan. "Berkahi kami ya Allah di bulan Rajab dan sya'ban dan sampaikan kami ke bulan ramadhan." Itulah lafaz do'a yang banyak dipanjatkan sebagai wujud dari kerinduan iman.

Momen Penguatan Hablun Minallah.

Ramadhan adalah peluang emas untuk kokohnya ikatan cinta dengan sang maha penguasa alam semesta. Semua hidayah berupa kitab suci; dari lembaran-lembaran suhuf nabiyullah Ibrahim, Taurat nabiyullah Musa, Zabur, Injil nabiyullah Isa dan Qur'annya nabiyullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam turun di bulan Ramadhan. Maka, surat cinta Allah ini mengajak setiap hamba agar senantiasa terkoneksi secara langsung dengan Allah Ta'ala. Pada bulan ini, Manusia diminta membangun keakraban dan  kedekatan khusus dengan Al-Qur'an. Sehingga bisa mengokohkan rasa cinta dan ketaatan mereka pada sang ilahi. Rasa syukur atas karunia petunjuk diwujudkan dengan ibadah total. Puasa di siang hari dan taraweh di malam hari; termasuk qiyamullail beserta lantunan tilawah. Semua itu bermuara; selain pada rasa syukur, juga pada takwa yang kian mekar. 

Dengan kedekatan kepada Allah, manusia diharapkan makin merasakan nilai tanggung jawab. Bahwa sebagai hamba, ia harus berkontribusi besar terhadap keislaman dan kemanusiaan. Berusaha untuk hidup mandiri penuh tawakkal dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar tanpa kenal lelah; selama itu memang murni lillah. 

Kesempatan Besar Mewujudkan Hablun Minannas. 

Dengan modal semangat dan harapan akan keridhaan Allah, kedekatan dengan sesama manusia kian diwujudkan. Tidak rela jika lingkungan keluarga besar dan lingkungan sekitar terjauhkan dari ketaatan dan hidayah. Tidak puas sebelum kaum lemah dan semua yang termarjinalkan mendapatkan kepedulian. Walau tidak selamanya dalam bentuk materi dan keuangan. Tapi cukup dengan distribusi zakat dari komunitas kompleks sendiri ditambah infaq dari mereka yang memang serba berkecukupan. 

Ukhuwah Kian Erat Ikatannya.

Di ramadhan seperti ini, nuansa kebersamaan begitu nyata. Di masjid ketika jama'ah dan tarawehan bersama. Juga ketika ngumpul di sore hari demi untuk berbuka dengan sesama rekan kerja atau dengan keluarga di rumah sendiri. Bahkan, di setiap masjid-masjid, tak jarang adanya memobilisasi buka puasa rutin bersama dengan kolak, kurma dan penganan khas Indonesia. Ketika musim  i'tikaf datang, remaja dan kalangan dewasa meramaikan masjid-masjid besar di ibukota dan kota-kota besar lainnya. Beragam kegiatan bersama dilakukan. Ada pembentukan kelompok, tilawah bersama, sip-sipan mengambil jatah makan sahur atau makan malam dan bahkan tausiyah atau Taujih rutin setelah duhur dan Azhar selain taklim dan kajian resmi mesjid pelaksana i'tikaf. Semua itu tentu menciptakan jejaring ukhuwah dan siklus kerja sama demi masa depan diri dan jama'ah yang diharapkan jauh lebih baik. 

Empati Terhadap Kaum Marjinal Meninggi.

Puasa adalah praktek secara langsung demi merasakan beratnya lapar dan haus, selain bentuk ketaatan kepada aturan Allah Ta'ala. Dengan lapar dan haus, setiap pribadi muslim merasakan betapa perlunya berempati kepada mereka yang lapar dan hausnya tidak dibatasi oleh waktu subuh hingga magrib, seperti layaknya muslim  yang berkecukupan. Tapi rasa haus dan lapar itu berlangsung sepanjang tidak adanya makan dan minum yang halal. Seperti yang dialami oleh mereka yang hidup di gerobak-gerobak kardus dengan istri serta anak-anaknya. Pemandangan yang tak pernah terlihat di wilayah pedesaan terpencil sekalipun. Tapi di ibu kota seperti Jakarta dan kota-kota besar lainnya, hal itu adalah pemandangan lazim harian. Bahkan, deretan gerobak itu seolah serentak meramaikan trotoar di ibu kota; terutama saat musim i'tikaf telah tiba. Mereka berderet di tengah malam dengan penyinaran seadanya dari pendar lampu jalan. Sesekali tampak adanya orang-orang yang mengulurkan bantuan; ada yang berupa makanan siap saji, sejumlah uang hingga lembaran pakaian. Itulah yang memancing mereka memenuhi jalan-jalan besar ibu kota; tingginya empati muslim perkotaan di ramadhan, terutama musim i'tikaf. 

Egaliter Makin Terasa.

Sikap kebersamaan menjadi sesuatu yang tampak, khususnya saat distribusi zakat fitrah kepada mereka yang memenuhi standar maksimal. Di pagi hari ketika takbir iedul Fitri menggema, dipastikan tidak ada yang bersedih; karena kebutuhan pokok berupa makan untuk beberapa hari dan pakaian baru sudah terjamin.  Anak yatim-piatu bahkan terkadang mendapatkan voucher belanja yang disponsori oleh lembaga zakat dari para Muhsinin dan donatur tetap masing-masing yayasan. Dengan itu semua,  egoisme yang biasanya menjangkiti kaum kaya seolah luntur oleh kepedulian dan empati. Kesombongan menjadi masa lalu yang telah ditangisi karena taubat telah dimengerti. Bahwa nilai kemuliaan tak selalu pada pangkat dan materi, tapi utamanya pada takwa yang sudah mulai dipelajari. 

Saat Kaum Papa Merasa Tak Sendiri Lagi.

Ramadhan akhirnya betul-betul menghubungkan tali kasih dan kepedulian terhadap sesama manusia atas nama Allah Ta'ala. Keadilan sosial dengan penuh ketulusan diwujudkan melalui ibadah ritual bernama puasa dan zakat fitrah disertai infaq dengan beragam bentuknya. Sehingga setiap hara raya berarti hari bahagia untuk semua komponen ummat Islam. Semoga semua itu merupakan perkembangan yang menggambarkan bahwa ramadhan tidak lagi sekedar ritual tahunan; namun juga rasa syukur dan ketakwaan yang dirasakan pula manfaatnya oleh mereka yang termarjinalkan. Aamiin.

Stasiun Manggarai, 30 April 2019.

🌷🌷🌷🌵🌵🌵🍄🍄🍄

Ikuti update status nasehat dari kami via :
1. FB : Idrus Abidin
3. YouTube Channel : Gema Fikroh.
4. Telegram Channel : Gemah Fikroh.

0 komentar:

Post a Comment

Categories

About Us

There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form.

Contact Form