الخميس، 18 أبريل 2019

Saksi Kebenaran (Keadilan dan Keihsanan) Via Pencoblosan (Pilpres).



By. Idrus Abidin.

Jadilah saksi Allah yang adil dan jujur serta menjunjung tinggi kebenaran. Demikian salah satu pesan ketuhanan dlm Al-Qur'an. Kebenaran (tauhid) yang telah disaksikan sendiri oleh Allah kebenarannya. Lalu malaikat dan para ulama dijadikan saksi Kebenarannya pula. Termasuk kebenaran Islam. (QS Ali Imran : 18-19)

Kebenaran dan kesaksian terhadapnya itu telah diwariskan setiap generasi ke generasi berikutnya hingga saat ini di negeri kita, Indonesia. Pencoblosan hari ini adalah bagian dari persaksian atas kebenaran itu. Kebenaran yang banyak diselewengkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dengan istilah takwil dan beragam istilah lain yang subtansinya penyelewengan dari kebenaran. Banyak orang tertipu dengan istilah-istilah yang tampak keren, tapi sebenarnya adalah penipuan dari orang-orang blm merasa tertipu. Penyelewengan dari kebenaran ini minimal ada empat kategori : (1). Kufur, (2). Fasiq, (3). Maksiat, (4). Murni kesalahan. 

Kesaksian tentang kebenaran Allah dan keesaanNya serta kebenaran Islam, termasuk kemaslahatan Islam dalam pilpres kali ini mencakup empat makna sekaligus :

(1). Pengetahuan dan keyakinan tentang kebenaran objek persaksian. 

(2). Pernyataan dan ungkapan tentang kebenaran tersebut.

(3). Pengumuman kepada orang sekitar kita akan kebenaran yg telah diketahui, yakini dan nyatakan, baik dengan ucapan ataupun perbuatan (sikap)

(4). Menerima konsekuensi logis kebenaran dlm seluruh perangkat diri (jiwa, lidah dan raga) dan semua sektor kehidupan (ibadah, sosial, pendidikan, politik dll) demi terwujudnya kebenaran, keadilan dan Keihsanan. 

Artinya, segala iman dan Islam kita beserta semua ucapan dan perbuatan kita adalah kesaksian terhadap pengetahuan dan keyakinan, ungkapan dan pernyataan, ajakan dan seruan serta kesiapan menerima konsekuensi dari semua itu. 

Kini, pada hari ini, kesaksian tentang siapa diantara 2 calon presiden yang kita ketahui, yakini, nyatakan, hingga kita info dan kampanye kan via lisan, sikap, tulisan, di media sosial; cetak dan online, bahkan kita wajib dan haruskan untuk keluarga, teman dan seluruh jaringan yang ada, telah dilakukan. Wilayah kita hanyalah usaha dan ikhtiar. Hasilnya hanya dominasi Allah. Dan Allah maha jujur terhadap segala janji-janjinNya. Ketika kemenangan bukan di pihak kita artinya ada yg salah dengan usaha kita; bukan pada prinsip kita insya Allah. Atau karena kecurangan yang akan dipertanggungjawabkan oleh pihak pelaksana. Namun, keberpihakan kepada yang benar itulah yang utama. Semoga diridhai dan dimenangkan Allah sekalipun dengan usaha kita yang bisa jadi belum maksimal. Aamiin. 

Pasir putih, Depok, 17 April 2019.

🌷🌷🌷🌵🌵🌵🍄🍄🍄

Ikuti update status nasehat dari kami via :
1. FB : Idrus Abidin
3. YouTube Channel : Gema Fikroh.
4. Telegram Channel : Gemah Fikroh.

Allah Menunjukkan DiriNya Kepada Manusia.

 

By. Idrus Abidin.

Sekali pun suasana dlm masa tenang dan fitnah tiada henti  diproduksi kaum ahli hoax, namun kita tetap perlu mengasah prinsip keimanan kita. Terutama mengenal Allah (ma'rifatullah) sebagai mana Allah sendiri menjelaskan diriNya dlm 3 kategori besar :

1. Allah sebagai yang melakukan segala hal untuk seluruh makhluk; dari menciptakan mereka, mengurus, mengarahkan, mengatur, mendidik, dll.  Ini disebut rabbul a'lamiin. Konsekwensi Tuhan sebagai pendidik, maka Dia Mengutus orang khusus (nabi dan rasul) dengan bekal kitab suci untuk menjelaskan ketetapan/aturanNya. Ada yg bersifat ketetapan (takdir) alam yg bersifat pasti seperti siklus matahari dan bulan dsb. Ada pula yang bersifat ketetapan bersikap terhadap Tuhan (ibadah khusus seperti shalat dsb), sikap terhadap sesama manusia dan seluruh makhluk dengan maksud menyampaikan keadilan dan kebaikan (Ihsan) kepada mereka. Terhadap kehidupan sebagai ujian pengabdian kepada Nya. Terhadap alam semesta untuk dipelajari agar terlihat Bukti-bukti kehebatan dan kebesaranNya sekaligus menemukan prinsip utama untuk dijadikan pengetahuan sains dan teknologi. Ketetapan bersikap inilah yang disebut agama (takdir syari'at). Dari sisi ini, Allah dikenal dg istilah tauhid rububiyah. 

2. Allah yang memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang menjelaskan lebih detail tentang perbuatan-perbuatanNya sebagai Rabb (Asmaul Husna). Ini ada 2 kategori besar : (a) Allah dengan sifat zatNya yg maha hidup (Al Hayy), tanpa berawal dari sesuatu dan berakhir pada suatu masa. Kesempurnaan hidupNya terbukti bahwa Dia tidak mengantuk dan tidak tertidur. Dia melek terus dan senantiasa mengurusi seluruh makhlukNya tanpa kenal lelah. Krn hidup Allah sempurna, maka sifat zatNya yg lain sempurna. Seperti maha mengetahui segala hal; dulu, sekarang dan yg akan datang. Maha mendengar, maha melihat, dll. (b). Allah dengan perbuatanNya yang sibuk mengurus seluruh makhlukNya (qayyum). Ini tergantung kehendak Allah. Contoh, mengampuni jika Dia mau, menyiksa jika Dia mau dst. Kategori ini disebut tauhid asma wa sifaf dalam ilmu Tauhid.

3. Tuhan yang harus disembah (Allah). Sebagai konsekwensi dari Allah mengurus segala hal untuk makhluk, maka tentu makhluk harus berterima kasih dan bersyukur dlm bentuk memuji (Al-Hamdulillah) memahasucikan (subhanallah), meminta do'a, meminta bantuan dll. Inilah yang disebut ibadah. Dlm ilmu tauhid disebut tauhid uluhiyah.

Intinya, Allah sebagai subyek yang melakukan segala hal sebagai bentuk cinta dan kasihNya kepada seluruh makhlukNya, maka Dia akan menjadi obyek yang seharusnya dipuji, disucikan (disembah) dengan beragam Sikap hati yang jauh dari syirik, lidah dg pujian dan fisik dengan melaksanakan semu perintah Nya dan menjauhi segala laranganNya. Wallahu a'lam.

Grafik Perkembangan Iman dan Taqwa.



By. Idrus Abidin.

Sebagaimana fisik berkembang dengan pasti jika tercukupi menu dan kebutuhannya, seiring dengan perputaran  waktu, iman dan takwa pun demikian. Jiwa kita akhirnya terus akan bertanya, untuk apa kehidupan ini dan akan ke mana tempat berakhirnya?! Maka, jiwa pun memasuki petualangan spiritual untuk berusaha memastikan keamanan dan jaminan masa depannya. 

Awalnya Kupikir Hanya Cukup dengan Shalat.

Di awal masa-masa balig, kita mengira surga itu bisa digapai dan neraka bisa dihindari cukup dengan Shalat 5 waktu. Itulah garansi awal dan harga surga dalam benak kita ketika itu. Bahkan, sebagian saudara muslim kita menjaga identitas Islamnya hanya dengan Jum'atan tiap pekan. Tidak lebih. Surga dan neraka blm banyak mereka pertimbangkan seperti mereka yang menganggap shalat adalah jembatan menuju surga. Shalat pun diprioritaskan, walau dengan perjuangan yang tiada terkira. Namun, seiring dengan ceramah agama yang masih terbatas kita dengar; lewat mimbar-mimbar khutbah di hari Jum'at, radio-radio yang kebetulan kita dengar saat-saat setelah shalat subuh tiap ramadhan. Ditambah ceramah tarawih dan Khutbah Iedul Fitri dan Iedul Adha, sadarlah kita masih banyak amalan wajib yang belum kita amalkan sebagai tameng neraka dan sarana menuju surga. 

Ternyata Harus Melaksanakan Semua Amalan Wajib.

Puasa ramadhan termasuk amalan wajib itu. Umumnya, bagi mereka yang shalat 5 waktu, puasa Ramadhan pasti ikut dijaga. Walaupun, banyak yang  puasa ramadhan, tapi belum tentu shalat 5 waktu. Dengan ilmu seadanya, terkadang jiwa ini bertanya, kenapa banyak orang rajin shalat tarawih tiap malam dengan rakaat maksimal hingga 23, siangnya dihiasi dengan puasa, tapi orangnya tidak shalat 5 waktu?! Bukankah tarawehan hanya sunnah sementara shalat 5 waktu bersifat wajib? Begitulah pertanyaan sederhana timbul di benakku, saat belum mengerti banyak seputar keislaman, di masa lalu. 

Selain puasa, zakat pun termasuk kewajiban. Walaupun hanya zakat fitrah. Zakat harta dari penghasilan belum banyak dimengerti. Pajak bumi dan bangunan lebih sering ditunaikan dibanding zakat penghasilan ini. Sebab utamanya adalah minimnya pengetahuan keislaman. Bagitulah pemahaman seputar Islam berkembang dengan sangat lambat di jiwa kita. Namun, petualangan hidup belum berhenti di sini. Semakin hari, informasi seputar Islam masih terus memanjakan telinga kita. Bahwa surga yang seluas langit dan bumi itu masih perlu amalan tambahan; ibadah Sunnah namanya. 

Amalan Wajib Saja Belum Cukup.

Merasa surga itu makin menarik, sementara neraka makin terasa menakutkan, padahal amalan wajib telah dirutinkan. Maka, amalan sunnah pun direncanakan. Shalat rawatiblah yang diharapkan bisa menutupi borok-borok shalat wajib.  Namun, berasa itu pun belum cukup. Masih perlu puasa Sunnah, terutama Senin atau Kamis atau Senin dan Kamis sekalian. Bahkan, kalau kuat juga puasa ayamul bidh di setiap tgl 13, 14, 15 tiap bulan hijriah. 

Infaq berupa uang atau pun tenaga dan pikiran (keahlian) tak lupa diamalkan demi memuaskan semangat iman dan gelora ketakwaan. Sampai-sampai perlu sedikit memaksakan diri agar tilawah harian menjadi budaya keislaman, walau hanya 1, 2, dan 3 halaman. Apalagi jika masih kuat sesekali baca do'a pagi dan petang (Ma'tsurat). 

Ternyata Butuh Ilmu yang Cukup. 

Dengan sejumlah amalan itu, kita mengira bahwa rasa khawatir akan ancaman neraka dan peluang untuk menjadi penduduk surga sudah sedikit terjamin. Namun ternyata, kita sadar bahwa butuh ilmu keislaman yang cukup untuk bisa memastikan amalan-amalan kita sesuai standar diterimanya amal; ikhlas dan sesuai petunjuk dan pengarahan Rasulullah. Sesuai syahadat yang telah kita persaksikan. Sumpah yang telah kita ucapkan dan janji setia yang pernah kita ungkapkan. 

Ilmu inilah yang mengarahkan kita kepada kemandirian dlm banyak hal. Termasuk mandiri masuk surga dan terhindar dari neraka. Ilmu yang merubah kita dari sekedar muslim biasa menjadi mukmin berdaya. Bahkan potensial menjadi Muhsin yang penuh pesona. Ilmu yang menguatkan Azam kita untuk lebih baik dari sebelumnya. Ilmu yang mengajarkan bahwa amalan tidak sekedar berharap nikmatnya fasilitas surga dan terjauhkan dari amukan siksa neraka, tapi lebih dari itu. Bahwa keridhaan dan kecintaan Allah perlu dinomorsatukan sehingga Allah Ridha dan mencintai kita; agar amalan-amalan itu benar-benar berfungsi sebagai tameng (takwa) dari keburukan dan sarana (wasilah) menuju kebaikan.

Demikianlah grafik Perkembangan Iman dan Taqwa kita. Semoga terus bertumbuh secara maksimal; terutama di saat-saat kita memang sedang berada diambang jemputan ajal. Aamiin. 

Stasiun Manggarai, 9 April 2019. 

🌷🌷🌷🌵🌵🌵🍄🍄🍄

Ikuti update status nasehat dari kami via :
1. FB : Idrus Abidin
3. YouTube Channel : Gema Fikroh.
4. Telegram Channel : Gemah Fikroh.

Berteman Dengan Calon Penduduk Surga.



By. Idrus Abidin.

Lingkungan adalah area di mana seseorang terlibat sebagai bagian komunitas. Setiap lingkungan memiliki hukum dan budayanya sendiri-sendiri. Hukum dan budaya yang dibentuk oleh sponsor atau pribadi yang memiliki daya tarik sosial dan keunggulan leadership. Yaitu orang-orang yang memiliki kemampuan manajerial berupa perhatian, kesetiaan, sikap supel dalam bergaul dan kesiapan untuk saling menanggung. Intinya, seorang sosok yang membuat nyaman orang-orang sekitarnya dg sejumlah kepribadian unggulan. 

Kita Adalah Hasil Lingkungan dan Komunitas Kecil Keluarga. 

Keluarga adalah komunitas awal tempat kita bertumbuh dan belajar mengenal banyak hal. Dengan perangkat pengetahuan yang kita miliki, sejumlah adat istiadat dan cara bersikap ikut menjadi bagian kepribadian kita. Maka,  kata seorang ahli, kita adalah anak biologis dan ideologis lingkungan dan komunitas keluarga. 

Dari lingkungan Biologis Menuju Keluarga Ideologis. 

Awalnya kita secara alami berkembang bersama budaya dan ideologi keluarga. Namun sering dengan lingkungan pergaulan, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, yang terus meluas; kita pun memiliki standar baru dalam bersikap. Terutama hal-hal yang bersifat spiritual. Dalam lingkup keislaman, bisa jadi awalnya kita tradisionalis. Islam yang kita pahami hanya shalat 5 waktu dan perayaan hari-hari besar Islam. Tapi karena pengaruh media sosial dan media realitas, akhirnya kita mendapat info keagamaan baru yang lebih modernis. Bahwa Islam itu adalah apa kata Allah, rasul-Nya dan teladan generasi terbaik.
Islam yang diwarisi memang beda dengan Islam yang dipelajari. Islam hasil belajar adalah Islam hasil usaha sendiri yang diperjuangkan dengan penuh keringat. Sehingga jati diri kita menyatu dengan Islam normatif yang memang ditradisikan oleh manusia terbaik; Rasulullah shalallahu alaihi wasallam beserta sahabat, tabiin dan generasi pelanjut mereka yang unggulan. Dengan itu, Islam kita memiliki afiliasi kekeluargaan di tingkat ideologis dengan keluarga keimanan internasional (alamiah). Di sana, yang ada hanya murni Islam. Adapun budaya yang berbeda antar negara, suku, bangsa dan komunitas; hanyalah ciri alami yang tidak melampaui identitas utama Islam. 

Komunitas Duniawi, Gambaran Komunitas Ukhrawi. 

Jika pertemanan dalam keluarga ideologis ini terus diperjuangkan dengan tingkat konsistensi tinggi, tidak mustahil kita masuk dalam kategori pembaharu yang terlibat menawarkan solusi real bagi kehidupan kebangsaan kita. Maka, tidak hanya lingkungan masjid yang diramaikan. Tapi terus bergerak menawarkan kemakmuran iman, takwa dan ekonomi kepada pasar-pasar, lembaga pendidikan, lembaga adat hingga ke tingkat politik. Di titik ini, beragam tuduhan pasti akan berseliweran dari ideologi berbeda yang tidak siap bersaing secara sehat. Bukan karena benarnya mereka dibenci. Tapi karena mengancam keberadaan status quo  yang terlanjur nikmat di kursi kekuasaan. 

Semua teman, lingkungan dan keluarga kita adalah cerminan dari jati diri kita yang sebenarnya. Mereka semua menentukan corak keberagamaan kita, sebagai mana kita ikut terlibat mewarnai hidup dan keislaman mereka. Maka tak salah, teman duniawi kita adalah cerminan teman ukhrawi kita. Sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam suatu ketika, "Engkau akan bertemu dan berkumpul di akhirat kelak dengan orang-orang yang engkau cintai di dunia." Sudahkah cinta kita bersemi dengan pribadi-pribadi yang potensial masuk surga?! Wallahu a'lam. 

Depok, 6 April 2019. 

🌷🌷🌷🌵🌵🌵🍄🍄🍄

Ikuti update status nasehat dari kami via :
1. FB : Idrus Abidin
3. YouTube Channel : Gema Fikroh.
4. Telegram Channel : Gemah Fikroh.


Agar Kita Dimudahkan Berislam.



By. Idrus Abidin.

Susah mudahnya sesuatu sangat dipengaruhi oleh iman dan taqwa. Karena iman dan taqwa adalah semangat dan keinginan yang dipicu oleh janji-janji pasti Allah Ta'ala. Apalagi kalau hal tersebut terkait dengan praktek dan kegiatan keislaman. Masjid adalah tempat paling jauh dan serba susah dikunjungi oleh orang yang lemah iman. Sekali pun masjid tersebut tepat berada di samping gang atau persis dekat rumahnya. Orang yang kekurangan stok  iman merasa dekat ke tempat kerja dibanding ke tempat  ibadah. Karena semangat duniawi lebih dominan daripada harapan akhirat.

Banyak Mendengar, Membaca dan Menyimak Masalah Keislaman.

Awal kemudahan itu terbuka apabila rasa ingin tahu terhadap sesuatu mulai berkecambah dalam benak dan naluri kita. Maka, tergeraklah jiwa untuk berpetualang demi untuk mendapatkan selentingan informasi dan pemahaman. Makin terstruktur dan terkumpul pengetahuan terhadap sesuatu, semakin terbuka peluang kemudahan untuk mengarahkan, menguasai dan memilikinya.

Jika keislaman kita tercelup oleh upaya mencari pemahaman tentangnya tentu Islam itu lama-lama akan menjadi bagian dari pemikiran, Keyakinan, ucapan dan perbuatan kita. Maka upaya untuk menjadi lebih islami adalah bentuk dan usaha untuk senantiasa bercermin kepada Islam setiap saat. 

Menumbuhkan Kemauan.

Azam dan semangat (ruhiyah) adalah produk pemahaman Islam orisinil. Karenanya, motivasi dan motivator ulung itu sebenarnya memang Islam. Jika banyak orang yang sering ikut motivasi bisnis di hotel-hotel mewah; maka pecinta sejati Islam lebih hobby mengikuti motivator ulung di mimbar-mimbar masjid yang menampilkan bisnis akhirat yang jauh lebih menjanjikan. 

Tak sedikit orang yang tadinya cuek terhadap keislamannya. Namun, seiring dengan umur dan pengalaman hidup. Apalagi ditambah dengan beragam cobaan dan ujian. Maka, hiburan yang paling dirindukan adalah nasehat kesabaran dan pengarahan agar makin dekat dan melekat dengan Allah Ta'ala.

Mudah karena Terbiasa.

Mudahnya sesuatu umumnya karena telah menjadi budaya dan rutinitas. Jadi, apa yang mudah bagi kita sebenarnya adalah kebiasaan yang kita bentuk sendiri sebagai bagian dari diri kita. Sehingga, merutinkan sesuatu berarti melatih kemudahan dan keahlian kita tentang hal tersebut. Tak salah apa yang dikatakan oleh kaum bijak Bestari, ala bisa karena biasa. Atau nasehat orang pengalaman, bikinlah kebiasaan baik nanti kebiasaan itu membuatmu jauh lebih baik. 

Mudah Karena Bersama.

Selain faktor keahlian, keinginan kuat dan rutinitas kebiasaan, kemudahan juga terjadi karena adanya kebersamaan dalam keislaman. Di tengah komunitas non muslim, berasa sekali susahnya kita berislam. Bahkan ketika kita berada di lingkungan muslim yang tidak berbudaya Islam saja hal demikian terjadi. Maka, ketika kita berafiliasi kepada komunitas yang berislam dengan baik, tentu kita seolah ketarik oleh gravitasi keshalehan itu untuk bersama-sama menuju Allah dalam suasana penuh kemudahan.

Mendapat Dukungan Allah. 

Segala sesuatu terjadi karena izin Allah Ta'ala. Termasuk kebaikan yang diharapkan. Perlu terus membina sel-sel keimanan kita agar dukungan Allah atas semua keinginan baik kita terealisasi dengan mudah. Ketika Allah berbicara soal kemudahan hamba-hamba-Nya dalam berislam, Dia membocorkan rahasianya, "Barangsiapa memberi kontribusi disertai dengan takwa (keikhlasan), juga disertai keyakinan penuh adanya surga yang sangat menarik; maka Allah akan mudahkan dia menempuh jalur menuju kepadaNya (Islam)". (QS.  Al-lail : 5-7)

Jika pepatah mengatakan, di mana ada kemauan di situ ada jalan. Maka, di mana ada keimanan dan ketakwaan, di situ ada pula kemudahan. Wallahu a'lam. 

Stasiun Citayam, 26 Maret 2019. 

🌷🌷🌷🌵🌵🌵🍄🍄🍄

Ikuti update status nasehat dari kami via :
1. FB : Idrus Abidin
3. YouTube Channel : Gema Fikroh.
4. Telegram Channel : Gemah Fikroh.

Manfaat Tadabbur dengan Penciptaan Langit

Manfaat Tadabbur dengan Penciptaan Langit

➖➖➖➖➖➖➖📒

(Serial ke-7 Fenomena Keagungan dan Kehebatan Rububiyah Allah di Alam Raya)

By. Idrus Abidin.

♻♻♻♻♻♻♻♻♻

Area langitMu yang sangat luas memancing nalarku untuk terus bertanya penuh rasa penasaran, hikmah apa yang bisa kupetik dari langit yang serba mewah? Kutemukan bahwa hikmah mulia yang memberiku rasa puas dan nilai spiritual adalah : 

1⃣ Penciptaan Langit Jauh lebih Unik Dibanding penciptaan Manusia. 

Sebagai manusia, kami sering kali lalai dan ogah untuk taat dan patuh kepadaMu. Padahal, langit dengan sejumlah kerumitannya tetap saja patuh sepenuhnya pada aturan dan takdirMu. (QS al-Mukmin [40] : 57) Walaupun kuakui, takdirMu terhadap langit murni sebagai takdir kauni (alam dan sistem yang tak memiliki kehendak dan pilihan). Sedang takdirMu padaku berpadu antara takdir kauni dan takdir syar'i. Takdir yang mengatur syari'at dan tata aturan kehambaanku padaMu sebagai makhluk dengan kemampuan memilih; antara taat penuh cinta dan maksiat tak tahu diri. Maka dengan nada penuh pertanyaan retoris, Engkau menegur kami penuh ketegasan, "Apakah engkau Merasa wahai manusia sebagai makhluk yang paling sulit dicipta ataukah langit justru jauh lebih susah ?! Allah Ta'ala telah meninggikan langit dan menyempurnakan kejadiannya. Malamnya dibuat gelap gulita, sedang siangnya berbalut dengan terang benderang (QS an-Nazi'at [79] : 27-29)

2⃣ Argumentasi langit merupakan langkah ke-2 para nabi setelah berargumen dengan fitrah dalam tugas dakwah mereka. 

Karena begitu agungnya penciptaan langitMu, para nabi dan rasul pun berargumen dengannya dalam dakwah mereka. Argumentasi langit mereka tempuh setelah fitrah kami tertutupi oleh noda pekat dosa dan maksiat. Dengan harapan, fakta-fakta keunikan langit itu menembus kesadaran spiritual kami dan menyentak kelalaian berkepanjangan jiwa kami yang telah lama ditimpa kemarau panjang kesyirikan, keringnya kemunafikan dan lumpur kekafiran. Maka pantaslah, ketika kami tak mengerti dan tak sadar pula, Engkau menceritakan argumen nabi dalam kitab suciMu, "Apakah Allah Ta'ala pantas diragukan?! Bukankah Dia pencipta langit dan bumi? Yang senantiasa mengajak kalian agar kalian mendapatkan pengampunan dari dosa-dosa kalian?! Bahkan Dialah yang menunda (azabNya dari kalian sekalipun dosa kalian sudah menggunung) dan memberi kesempatan (umur) kepada kalian hingga masa tertentu. (QS Ibrahim [14] : 10)

3⃣ Langit Mencerminkan nasehat dan karenanya Allah Ta'ala menyuruh manusia mentadabburinya.

Karena nasehat adalah substansi Islam, maka semua hal yang memberi taujih, ta'dib dan pendidikan; termasuk fenomena langit Engkau arahkan kami untuk banyak-banyak mencari nasehat dan cerminan darinya. Dengan penuh pengarahan, Engkau menuntun kami, "Lihatlah apa yang ada di langit dan di bumi !!! (Sebagai bukti kekuasaan dan kebesaranKu). Walaupun nasehat dan bukti-bukti tersebut tidak berbekas dalam jiwa orang-orang yang tidak berbekal iman". (QS Yunus [10] : 101)

4⃣ Orang-Orang yang aktif memperhatikan penciptaan langit dan bumi agar imannya terus bertumbuh (Ulul Albab), dipuji terus oleh Allah Ta'ala. 

Karena diriMu bisa kukenal melalui tulisan dan bacaan (Qur'an) serta pengamatan terhadap fenomena ciptaanMu seperti langit dll, maka pujianMu terus Engkau tunjukkan kepada mereka yang aktif meneliti, sering-sering mengamati, terus meneropong bentuk-bentuk rububiyahMu di alam sekitar. Sehingga mereka menjadi manusia yang sensitif hatinya terhadap petunjuk, ketaatan dan kecintaan padaMu (Ulul Albab). Yaitu kalangan kami yang senantiasa mengingatMu dalam segala kondisi, pada setiap jengkal ruang, di segala bidang kehidupan. Tatkala mereka berdiri, duduk dan saat mereka berbaring. Namun, terus terpikir olehnya hikmah di balik penciptaan langit, bumi, siklus pergantian siang dan malam. Hingga mereka berkesimpulan, sungguh tidak ada kekurangan dalam setiap detil ciptaanMu ya Allah. Maha suci diriMu dari kekurangan. Maka, jauhkanlah kami dari api neraka akibat lalai dariMu. (QS. Ali Imran [3] : 191)

5⃣ Celaan terhadap orang-orang kafir yang tidak memahami nilai argumentasi dan nasehat yang terdapat di langit dan semua struktur alam semesta. 

Mereka yang bebal hati, indera dan semua perangkat pengetahuannya, sehingga tidak memahami maksud dan tujuan langitMu dicipta, bumiMu diadakan dan kehidupan ini terjadi Engkau cela sebagai orang buta, tuli, bebal, bisu bahkan mati suri. Dengan tegas Engkau berondong mereka dengan pertanyaan penuh selidik. Pertanyaan teguran yang tak butuh jawaban. Tapi hanya butuh pengakuan salah ; taubat dan istighfar. "Tidakkah orang kafir memperhatikan secara seksama langit yang ada di atas mereka ?! ; bagaimana kami menciptakannya dengan posisi  serba tinggi, dilengkapi dengan beragam hiasan indah menarik hati layaknya planet, bintang, matahari dan bulan. Kami lengkapi pula dengan fitur-fitur canggih seperti penerangan tanpa ada sedikitpun celah dan kekurangan. Bumi dihamparkan sedemikian rupa agar cocok untuk ditempati hidup tanpa sesak napas dan himpitan cuaca ekstrim. Dikuatkan dengan paku raksasa seperti gugusan pegunungan. Bahkan, tetumbuhan yang beragam jenis menghiasi bumi dengan warna warni menarik nan alami. Semua itu bisa membuka mata, menjewer telinga bebal dan menyentuh hati orang-orang yang berhati lembut. (QS Qaaf [50] : 6-8)

6⃣ Penegasan bahwa langit dan bumi diciptakan dengan tujuan dan maksud yang jelas. Sekaligus penolakan terhadap anggapan bahwa langit dan bumi tercipta tanpa kesengajaan, tak bertujuan serta tanpa alasan yang bisa dipertanggungjawabkan.

Untuk menegaskan tujuan di balik setiap unit ciptaanMu, Engkau menggunakan 2 metode. Keduanya adalah ciri khas argumentasi wahyuMu yang kami kenal lewat tuturMu dalam kitab suci. Pertama, Metode penegasan (kalimat positif) tanpa diawali oleh kata tidak atau bukan. Seperti penegasanMu, "Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang jelas dan dengan penuh kesengajaan. Dan, pada penciptaan langit dan bumi itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang beriman". (QS al-Ankabut [29] : 44)
Kedua, metode penafian (nafy) dengan kata tidak atau bukan. Engkau menafikan dengan tegas bahwa, "Tidaklah kami ciptakan langit dan bumi beserta isinya kecuali dengan tujuan yang jelas dan dengan penuh kesengajaan. Sungguh hari kiamat pasti datang, maka maafkanlah orang-orang yang bersalah (seperti kamu berharap dimaafkan Allah di hati kiamat nanti)." (QS al-Hijr [15] : 85)

Artinya, alam semesta ini beserta setiap perangkat dan semua fasilitasnya tidaklah Engkau adakan sekedar sebagai mainan; tanpa maksud dan tujuan. Seolah semuanya ada sekedar hiburan dan senda gurau semata. Padahal, semuanya dicipta dengan tujuan maksimal. Melalui proses :

📝‌ Perencanaan matang (qadar) berdasarkan pengetahuanMu  yang maha sempurna.
📝 ‌Pencatatan secara seksama oleh pena khususMu di papan istimewa (lauh Mahfudz)
📝 ‌Perizinan dariMu sendiri.
📝‌ Penciptaan secara real di dunia nyata dengan tanganMu dan firmanMu (Kun fayakun)

Sebuah proses kesengajaan yang mendasari keberadaan setiap makhlukMu, kesengajaan dan maksud dan tujuan khusus yang terus mengawal keberlangsungannya hingga tetap fokus pada tujuan, maksud dan kebenaran yang dituju. 

✒ ‌Kebenaran yang menjadi pencetus awalnya adalah kesengajaanMu dalam menciptakannya dengan pengetahuanMu yang mencakup segala hal dan hikmahMu yang tak diragukan kecuali orang-orang yang miskin kemanusiaan.

✒‌ Sedang kebenaran yang terus mengawal proses keberlangsungan dan menyertai setiap langkahnya adalah hikmah, maslahat dan manfaat yang Engkau benamkan padanya dan semua isyarat dan tanda-tanda yang menunjukkan diriMu dengan segala sifat dan karakter keagunganMu. 

✒ ‌Sedang tujuan utamaMu dalam penciptaan alam semesta adalah : 

📌 1. Tujuan awal bagi hambaMu : agar mereka mengenalMu sebagai penciptanya dan tunduk patuh padaMu dengan penuh kecintaan. 
📌 2. Tujuan akhir untuk hambaMu pula  adalah : agar Engkau memberikan mereka nikmat tak terkira dan tak berbatas dengan penuh kasih sayangMu bagi mereka yang berkembang sesuai dengan tujuan penciptaan. Dan, mengadili mereka yang melenceng dan tersesat dari tujuan; dengan keadilanMu yang berpadu terus dengan kebijaksanaan dan kasih sayangMu.

Maka, Engkau selalu menegaskan tujuan, hikmah dan manfaat ini secara mutlak pada 3 kategori :

♻ A. Tujuan penciptaan langit dan bumiMu adalah dalam rangka mengesakan diriMu. "Allah menciptakan langit dan bumi dengan sengaja dan untuk sebuah tujuan yang jelas. Sungguh Allah maha tinggi dari sekutu rendah yang disandingkan manusia denganNya." (QS. an-Nahl [16] : 3)

♻ B. Hari kiamat, keadilan dan balasan. "Allah menciptakan langit dan bumi dengan sengaja dan tujuan yang benar agar semua manusia dan jin diberikan penghargaan dan balasan sesuai dengan perbuatan mereka tanpa ada sedikitpun yang dirugikan." (QS al-Jatsiyah [45] : 22)

♻ C. Makhluk menunjukkan DiriMu sebagai penciptanya.  "Sungguh pada Penciptaan langit dan bumi serta perputaran siang dan malam;  terdapat bukti-bukti keagungan Allah bagi orang-orang yang berhati bersih". (QS Ali Imran [3] : 290)

Maka, kesimpulan besarMu untuk kami  dengan nada pertanyaan retoris yang berpadu dengan teguran kerasMu adalah

أفَحَسِبْتُمْ أَنَّما خَلَقْناكُمْ عَبَثاً وَ أَنَّكُمْ إِلَيْنا لا تُرْجَعُونَ    فَتَعالَى اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لا إِلهَ إِلاَّ هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَريمِ

Apakah kamu menyangka bahwa itu semua Kami ciptakan dengan sia-sia, dan  kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami ?! Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenamya. Tidak ada Tuhan yang pantas disembah melainkan Dia. Tuhan penguasa 'Arsy yang mulia. (QS. al-Mukminun [23] : 115)

Semoga kami terus Engkau jaga dengan syari'atMu ya Allah. Sebagaimana para nabi, Shiddiqin, syuhada dah orang-orang shaleh Engkau jaga dengan baik. Aamiin. 

Jakarta, 20 Maret 2019.

🌷🌷🌷🌵🌵🌵🍄🍄🍄

Ikuti update status nasehat dari kami via :

1. FB : Idrus Abidin
3. YouTube Channel : Gema Fikroh.
4. Telegram Channel : Gemah Fikroh.

Categories

About Us

There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form.

نموذج الاتصال