Tuesday, April 10, 2012

Syirik dan Tipu Daya Setan

SINOPSIS.

Syirik merupakan dosa yang menempati rating tertinggi dalam hirarki dosa-dosa bani adam. Bahkan karena dosa ini, manusia bisa keluar dari wilayah Islam menuju wilayah kekafiran. Wilayah yang manjadi dominasi setan yang terkutuk. Dalam wilayah inilah setan merancang berbagai system yang terpadu dengan dukungan sejumlah prangkat canggih, dilengkapi dengan sumber daya yang kompeten untuk mencari anggota baru dari kalangan bani adam dan kalangan jin. Karena memang kedua jenis terakhir itulah yang sedang menempuh perjalan menuju Allah swt. Dunia inilah yang menjadi tempat observasi mereka. Tempat di mana mereka berusaha mencari jalan yang lurus. Jalan yang telah direkomendasikan oleh sang pemilik kenikmatan dan siksaan (baca : Allah). Jalan yang telah dilewati oleh para nabi, syuhada, dan shalihin sebelumnya. Kelompok terakhir inilah yang telah berhasil menempuh sebuah perjalanan spiritual yang mencengangkan sehingga rival mereka dari kalangan setan tidak mampu membendung berbagai jurus yang mereka tampilkan selama dalam observasi mereka di dunia ini.
Ketika awal keluarnya dulu dari sorga, Adam dengan Hawwa serta iblis, harus terdampar di dunia ini. Pase pembelajaran awal pada laboratorium pertama yang bernama sorga itu telah mereka lewati. Iblis dengan segala tipu dayanya berhasil menggelincirkan Adam dan Hawwa untuk mendekati sebuah pohon yang telah diblack-list oleh Allah sebagai pohon terlarang. Berbagai cara yang dilakukan oleh Iblis untuk menundukkan musuhnya itu agar bisa memperdayanya. Sementara obyek yang bisa dimamfaatkan ketika itu hanyalah satu, yaitu sang pohon terlarang. Dengan kepiawaiannya dalam berargumen, Iblis mampu meyakinkan keduanya bahwa dibalik larangan Allah itu ada maksud yang sangat tidak berpihak kepada keduanya. Yaitu agar keduanya tidak bisa terdaftar dalam keaggotaan malaikat dan tetap berada dalam sorga. Artinya, Iblis berusaha meyakinkan Adam dan Hawa agar bisa memakan buah pohon tersebut agar keduanya tetap bisa tinggal di sorga dengan bergelimang kenikmatan yang tiada tara. Alasan yang sangat logis inilah yang menjerumuskannya, sehingga keduanya melanggar larangan Allah swt.
Sejenak setelah larangan itu dilabrak, hiasan sorga yang melekat pada diri mereka satu persatu lepas. Sehingga untuk menutupi aurat masing-masing, keduanya berusaha meraih daun pepohonan. Iblis bersorak penuh kebanggan sambil merayakan kemenanganya yang begitu mengesankan. Walaupun karena tipu dayanya itu ia harus hengkang pula dari sorga dan turun ke bumi bersama Adam dan Hawwa. Keduanya diproklamirkan sebagai musuh bebuyutan, karena arus yang mereka bawa berbeda. Satu mewakili hawa panas dengan kegelapannya, sementara yang lain membawakan cahaya dengan kesejukannya. Di bumi inilah serial pertempuran yang kedua, setelah babak pertama berakhir dengan keputusan Allah untuk mengeluarkan mereka ke bumi, kembali dilanjutkan. Pesan Allah ketika itu kepada Adam dan Hawwa hanya satu. Yaitu, bahwa jika petunjuk-Nya telah datang, maka siapa pun mengikuti petunjuk-Nya maka ia tidak akan merasa takut dalam menghadapi hidup dan tidak akan sedih karena dirundung berbagai masalah yang berkepanjangan (QS Al-Baqarah : 38).


Namun sebelum Iblis keluar dari sorga, ia meminta kepada Allah swt. agar diberi perpanjangan jata hidup di dunia hingga datangnya hari kiamat. Dengan Hikmah-Nya, Allah mengabulkan permintaannya tersebut (QS al-A’raf : 15). Setelah mendapat fasilitas umur, ia bersumpah serapah akan menempuh berbagai cara dan arah untuk menggelincirkan bani adam dari jalan-Nya yang lurus (QS al-A’raf : 16). Untuk sumpah serapah itu, Allah menegaskan kepadanya bahwa hamba-hamba-Nya yang ikhlas tidak akan mampu ditundukkan oleh tipu dayanya. Adapun yang tunduk kepada Iblis, nantinya akan menjadi temannya di neraka untuk menikmati berbagai panorama siksaan nan pedih lagi tak berketepian.

KEIKHLASAN VERSUS KESYIRIKAN.

Senjata kaum muikmin adalah keikhlasan yang lahir dari akumulasi keimanannya kepada Allah swt, malaikat-malaikat-Nya, para nabi-Nya, kitab-kitab-Nya, hari akhir dan qadha serta qadar-Nya. Keikhlasan ini memoles setiap ibadah murni (mahdah) yang dilakukan oleh sang hamba, seperti ; syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Begitu pun pada ibadah-ibadah ghairu mahdah, seperti ; berderma, mencari rezki, tidur, makan dan aktivitas lainnya, keikhlasan tetap mengalir dan menguatkan sendi-sendinya. Sehingga setan merasa tidak ada pelung untuk menggugat dan menorobosnya. Terhadap hamba demikian, setan hanya bisa gigit jari penuh penyesalan.

Tetapi bukan setan namanya kalu tidak punya nyali untuk mencari berbagai larangan untuk dijadikan umpan. Kesyirikanlah menjadi media paling ampuh untuk menggiring manusia agar ikut pada jalur salahnya. Dengan nama ini, iblis bisa membuka berbagai lorong untuk manusia agar bisa menjabak mereka dalam praktek kemusyrikian. Kemisyrikan ini dikemas oleh Iblis dalam beragam bentuk. Ada kemusyrikan yang terjadi katika berdo’a, ada pula yang terjadi ketika bersumpah, dan berbagai bentuk kesyirikan lainnya.

RAGAM KESYIRIKAN.

Pada perkembagannya, syirik yang telah dirancang Iblis semenjak awal kehadirannya di pentas dunia hingga saat ini terbagi atas tiga bagian besar. Pembagian ini berdasarkan pada bahaya yang ditimbulkannya terhadap keyakinan seseorang. Ketiganya adalah :
       Syirik pada masalah rububiyah Allah swt.
Syirik jenis ini terjadi ketika seseorang meyakini adanya peran serta pihak lain selain Allah dalam mencipta, menjaga dan mengatur kejadian di alam semesta ini. Seperti seseorang yang meyakini adanya kekuatan pada benda keramat yang bisa menolak bala dan mendatangkan rezqi. Seperti pula orang yang meyakini bahwa berhala bisa memberi manfaat berupa rezqi dan menolak bahaya.
       Syirik pada masalah nama dan sifat-sifat Allah
Syirik seperti inilah yang terjadi pada zaman jahiliyah, ketika masyarakat jahiliah menamakan berhala mereka dengan nama dan sifat yang pada hakikatnya hanya pantas untuk Allah Swt. Contohnya adalah berhala yang dinamai Uzza yang terambil dari kata Aziz yang berarti Maha Perkasa. Juga seperti Manat yang terambil dari kata Mannan yang berarti Pemberi Rezki. Jika sebuah masyarakat menamakan berhala mereka dengan nama atau pun sifat yang mengidikasikan pengagungan dan pujian yang serupa dengan asma dan sifat Allah maka mereka akan terindikasi dengan syirik seperti ini. Walau pun bisa jadi bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa da’erah, tetapi kandungan maknanya sama dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah Swt.
       Syirik pada masalah uluhiyyah Allah swt. (Ibadah).
Syirik ini terjadi ketika seseorang melakukan ibadah yang nota bene disyariatkan oleh Allah swt., tetapi ia meniyatkan untuk Allah dan untuk selain-Nya. Sebagai contoh ; seseorang yang berdo’a kepada selain Allah atau seseorang yang menyembelih hewan untuk dipersembahkan kepada jin atau tempat-tempat yang dianggap keramat. Bahkan orang yang berpuasa mutih dengan tujuan untuk kekebalan juga masuk dalam kategori ini. Syirik jenis ini juga terbagi dua, yaitu :

1. Syirik Besar.

Syirik jenis ini akan menyebabkan pelakunya keluar dari Islam. Karena dengan melakukannya dengan penuh kesadaran akan menghancurkan sendi Kalimat yang menghendaki orang yang meyakininya tunduk dan patuh terhadap konsekwensi yang dikandungnya. Konsekwensi yang dimaksud adalah seperti : (1) Ilmu yang yang dapat menghilangkan kebodohan tentang Allah swt, (2) Keyakinan kepada Allah yang akan menghilangkan keraguan kepada-Nya, (3) Menerima konsekwensi kalimat tauhid dengan hati dan lisannya yang dapat menghilamgkan sikap penolakan terhadap-Nya, (4) Tunduk dan patuh terhadap kandungan kalimat tauhid yang nantinya akan menghilangkan sikap acuh tak acuh kepada-Nya, (5) Jujur terhadan kalimat tauhid sehingga hilang darinya sikap munafik, (6) Ikhlas yang akan menghilangkan riya dan kesyirikan, dan (7) Kecintaan terhadap kalimat tauhid yang akan menghapus kebenciannya kepadanya.-sendi akidah tauhid yang berbasis pada kalimat La Ilaha Illallah.
Dengan kepiawaiannya, iblis berusaha menghancurkan manusia dan jin dengan mengalihkan mereka kepada lawan dari konsekwensi kalimat tauhid di atas. Yang mana, lawan dari konsekwensi tauhid itu adalah ketidaktahuan tentang Allah yang mengakibatkan kepada pencarian tuhan lain yang bisa dainggap memiliki kemampuan untuk mendatangkan kebaikan dan menjauhkan bahaya. Akibat dari ketidaktahuan ini, manusia kemudian ragu terhadap Allah dan meyakini selain-Nya (berhala) sebagai pemegang manfaat dan dianggap mampu melindungai merka dari bahaya. Dengan keraguan terhadap Allah swt, manusia kemudian menolak aturan Allah dan lebih senang dengan aturan tuhan-tuhan yang disembah selain Allah. Dengan penolakan ini, manusia acuh tak acuh lagi terhadap hukum Allah dan makin meningkatkan ketaatan mereka terhadap selain Allah. Karena sikap acuh tak acuh terhadap Allah swt ini, mereka lalu menjadi munafik. Lalu dari kemunafikan ini mereka beranjak menjadi musyrik kepada Allah swt. Kemusyrikaan inilah yang membuat mereka benci kepada aturan Allah dan membuat mereka mencintai aturan tuhan-tuhan selain Allah. Dengan demikian, mereka berada seratus persen di bawah kerajaan iblis dan lepas dari wilayah Islam. Naudzu billah.

Jika dielaborasi lebih jauh, maka kita bisa memetakan hal-hal yang bisa menghancurkan keislaman seseorang. Dalam penelitian ulama, terdapat sepuluh hal yang bisa membatalkan keislaman seseorang. Kesepuluh hal tersebut adalah sebagai berikut :
1)  Syirik dalam beribadah kepada Allah swt. firman Allah swt. : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) yang menyekutukan-Nya dan mengampuni dosa-dosa selain itu bagi siapa yang dikehendakinya”. (QS. An-Nisaa’ : 116).
2) Mengambil perantara antara Allah dengan dirinya. Misalnya mengambil berhala sebagai perantara antara dirinya dengan Allah swt.
3)  Tidak mengkafirkan orang kafir, atau meragukan kekafiran mereka, atau cendrung membenarkan kekafiran mereka.
4)  Meyakini bahwa hukum yang tidak islami lebih sempurna dan integral dibanding dengan hukum Islam.
5)  Memandang remeh beberapa ajaran Islam atau pahala yang dijanjikan oleh Allah, serta memandang kecil siksaan Allah.
6)      Melakukan praktek perdukunan dan amalan sihir.
7)      Membantu kaum kafir dan musyrik dalam memusuhi kaum muslimin.
8)   Meyakini bahwa ada pihak tertentu yang tidak wajib mengikuti ajaran Rasulullah saw.
9) Acuh terhadap agama Allah swt. ia tidak memepelajarinya dan tidak mengamalkannya
10)      Berpaling dari ajaran Allah Swt.

2. Syirik Kecil.

Syirik jenis ini tidaklah membuat pelakunya keluar dari Islam. Hanya saja, amalan yang terkait dengan syirik ini ikut terhapus pahalanya. Riya termasuk dalam jenis ini. Jika seseorang melakukan suatu ibadah dengan disertai riya maka amalan tersebut tidak berpahala.

Iblis pun tidak pernah lupa untuk berkonstribusi penuh unutk merancang syirik jenis ini agar dilakoni oleh orang yang berilmu. Dengan demikian, pahala yang dapat diperoleh dari ibadahnya berkurang ataupun hilang tanpa bekas. Ada banyak pertimbangan kenapa iblis juga berkepentingan dengan syirk jenis ini. Jika ia merasa bahwa orang-orang yang menempuh jalur ilmu tidak bisa dikibuli dengan syirik besar maka syirik kecillah yang menjadi umpan. Dengan inilah iblis bisa merugikan orang-orang berilmu tanpa mereka menyadarinya.

BAHAYA SYIRIK BESAR.

Syirik besar tak diragukan lagi melemparkan seseorang ke lorong gelap kekafiran. Jika seseorang melakukan syirik besar maka segala pahala amalannya akan hancur lebur. Karena sejatinya adalah bahwa pahala itu dari Allah swt. Jika seseorang berbuat syirik kepada-Nya maka Ia tentu tidak lagi menjamin pahala yang selama ini mereka peroleh karena beribadah kepada-Nya. Tentang hancurnya pahala pelaku kemusyrikan, Allah swt berfirman : “Sesungguhnya jika engkau (hai Muhammad) berbuat syirik niscaya batallah amalmu. Dan pasti engkau termasuk golongan orang-orang yang merugi”. Jika seseorang meninggal dunia dalam keadaan demikian maka dosanya tidak akan diampuni. Firman Allah swt : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) yang menyekutukan-Nya dan mengampuni dosa-dosa selain itu bagi siapa yang dikehendakinya”. (QS. An-Nisaa’ : 116) Bahkan syirik besar menyebabkan pelakunya kekal dalam neraka. Firman Allah swt. “Sesunggunya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah maka Allah pasti mengharamkan kepadanya sorga. Dan tempatnya adalah neraka”. (QS. Al-Ma’idah : 72).

AL-WALA’ DAN AL-BARA SEBAGAI SOLUSI.

Jika kita merujuk kembali penyebab terjadinya keikhlasan kepada Allah swt dengan menelusuri kembali syarat-sayarat kalimat tauhid dan lawannya, maka sesunguhnya kita membutuhkan konsep al-wala dan al-bara. Al-wala adalah pernyataan yang lahir secara murni dari orang yang beriman unutk mencintai Allah dan membenci tuhan-tuhan selain-Nya. Sedangkan al-bara adalah sikap berlepas diri yang diseratai dengan perasaan benci dari semua thoghut besarta segala hukum yang lahir darinya.

Al-wala’ dan al-bara ini sejatinya merupakan hakikat kalimat tauhid, la ilaha illallah. karena kalimat la Ilaha sesungguhnya merupakan bentuk berlepas diri atau meniadakan semua tuhan-tuhan yang disembah selain Allah swt. sedangkan kalimat illallah merupakan penegasan tentang al-wala’ kepada Allah swt dengan segala aturan yang ditetapkan-Nya.
Banyak ayat menegaskan tentang prinsip ini. Misalnya, firman Allah swt : “Siapa pun yang mengingkari para thogut, lalu beriman kepada Allah swt maka sungguh ia telah berpegang teguh dengan tali yang kokoh”. (QS.al-Baqarah : 256). Pada ayat lain disebutkan, “Barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah sedang ia berbuat baik (muhsin) maka sungguh ia telah berpegang teguh pada tali yang kokoh”. (QS.Lukman : 22). Ayat ini merupakan bentuk wala’ kepada Allah, sedang bentuk baro’nya dijelaskan oleh ayat lain seperti : “Barang siapa yang mengikuti agama selain Islam maka amalnya tiadk akan diterima dan ia termasuk orang yang merugi di akhirat kelak”. (QS.Ali Imran : 85).
Bahkan seluruh nabi yang diutus oleh Allah di bumi membawa missi besar ini. Lihatlah Nabi Ibrahim AS. yang denga tegas menyatakan kepada kaumnya yang berkomitmen kepada selain Allah : “Sungguh aku berlepas diri dari tuhan-tuhan yang kalian sembah, kecuali Tuhan yang menciptakan Aku”. Yakni bahwa semua yang kalian sembah selain Allah tidak sama sekali saya gubris. Kecuali jika yang anda sembah adalah Allah maka akulah orang pertama yang menyatakan komitmen kepada-Nya (wala). Demikian pula nabi Hud, terhadap kaumnya ia bertetiak lantang dengan penuh ketegasan, “Sembahlah Allah. Tidak ada tuhan bagi kalian selain-Nya”. Demikian pula nabi dan rasul lainnya.

WALI ALLAH VERSUS WALI SETAN.

Dari prinsip inilah lahir dua golongan besar manusia yang selalu mengisi kehidupan dunia dengan berbagai kreatifitas yang dikembangkannya. Golongan pertama adalah para wali Allah yang sering menyebut dirinya hizbullah. Sedangkan golongan kedua menjadi rival yang disebut sebagai hizbussyaitan. Keduanya unjuk kebolehan dalam menata nilai masing-masing dengan berusaha menyingkirkan berbagai bentuk nilai yang dibangun oleh pihak lain. Keduanya berusaha membangun supermasi hukum dengan mengembangkan sayap dalam bentuk intitusi, lembaga, perusahaan, partai politik dan organisasi massa. Bahkan pada skala nasional, mereka berusaha hadir dalam level kenegaraan. Kemudian berusaha tampil di perhelatan internasional dengan memamerkan tekhnologi persenjataan super canggih sebagai bukti keperkasaan mereka.

Sebenarnya tidak ada yang salah denga semua bentuk demikian. Karena dalam aktualisasi diri dan kelompok, semua manusia membutuhkan wadah sosial yang bernama perkumpulan Kesalahan terjadi ketika yang menjadi dasar semuanya adalah setan. Sehingga sadar atau tidak nilai-nilai Allah dikerdilkan. Ini jauh berbeda dengan lembaga, atauapapun namanya, yang dikembangkan dengan prinsip kecintaan kepada Allah. Pada bingkai demikian, aturan-aturan Allah-lah yang menjadi acuan. Sehingga jika terjadi kesalah maka kesalahan itu murni akibat kecerobohan personal yang tidak sama sekali tidak terkait dengan Islam sebagi produk Allah swt.

Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, di mana posisi kita dari sekian banyak lembaga yang bekerja di lapangan. Apakah kita, secara tidak sadar, berada dalam bingkai sebuah lembaga yang tidak menjadikan Allah sebagai landasan dalam berbuat. Sehingga mau tidak mau, sedikit demi sedikit, kita merasa memiliki sikap dualisme. Pada satu sisi, kita hendak menjadikan semua aktifitas kita sebagai ibadah, sedang di sisi yang lain kita terjebak pada mekanisme yang tidak mendukung, bahkan cendrung memusuhi nilai yang kita yakini. Ya Allah ! berikanlah kami jalan keluar dari kesyirikin, apa pun bentuknya. Dan tempatkanlah kami dalam jajaran hamba-Mu yang bekerja untuk-Mu. Amin.

0 komentar:

Post a Comment

Categories

About Us

There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form.

Contact Form