Penulis : Syekh Shaleh al-‘Utsaimin Rahimahullah.
Sumber : Syarah Riyadhusshalihin
Alih Bahasa : Idrus Abidin
Allah ta'la berfirman
(QS.Al-Hujurat : 12).
(1581)[1]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّمَ قََالَ :
"إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ اْلحَدِيثِ". متفق
عليه.
(1581)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu
Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Tinggalkanlah
sikap mengira-ngira karena mengira-ngira adalah kebohongan yang nyata"
(HR.Bukhari dan Muslim).
PENJELASAN.
Hadits ini merupakan bagian dari
hadits-hadits yang di dalamnya mengungkap bahwa manusia tidaklah dibolehkan
memata-matai dan mencari-cari kelemahan sesamanya. Apa yang ditampakkan olehnya
haruslah disikapi sesuai dengan apa yang ada. Adapun yang tidak tampak maka
tidak boleh dicari-cari dan di mata-matai. Sebagaimana yang terdapat dalam
hadits Muawiyah Radhiyallahu Anhu, bahwa manusia jika
memata-matai kaum muslimin maka ia menghancurkan mereka atau hampir saja
menghancurkan mereka. Karena banyak sekali persolan yang terjadi antara
seseorang dengan Allah ta'ala yang tidak bisa diketahui selain oleh-Nya. Jika
tidak ada yang mengetahuinya dan Allah ta'ala tetap menutupi aibnya lalu ia
bertaubat dan kembali kepada Tuhannya maka keadaannya kembali baik dan tidak
ada seorang pun yang mengetahui aibnya. Tapi jika saja manusia –Nadzu billah-
selalu mencari-cari aib orang lain, apa yang dikatakan si fulan? Apa yang ia
kerjakan? Jika ada yang memberitahukan tentang aib seorang muslim maka ia pergi
memata-matainya. Kadang ia terus terang dan kadang ia sembunyi-sembunyi.
Misalnya ia mengatakan, "Orang-orang mengatakan bahwa fulan mengatakan
begini dan begitu atau melakukan ini dan itu" lalu ia menyebarkan hal itu
ditengah-tengah ditengah masyarakat –naudzu billah- sedang dalam hadits yang
berasal dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, beliau bersabda, "Wahai
sekalian orang-orang yang beriman dengan lisannya tapi hatinya tidaklah tersentuh
dengan iman. Janganlah kalian menyakiti dan mencari-cari kelemahan orang
muslim. Karena siapa pun yang mencari-cari kelemahan saudaranya maka Allah
ta'ala pun akan mencari-cari kelemahannya. Dan barang siapa yang dimata-matai
oleh Allah ta'ala kelemahannya maka ia akan ditemukan aibnya walau pun ia
sedang berada di rumah ibunya". kita minta kepada Allah ta'ala agar
kita dijauhkan dari hal demikian. Balasannya serupa dengan perbuatannya.
Orang-orang yang suka mencari-cari kelemahan orang lain dengan tujuan agar bisa
menyebarkan kejelekannya maka Allah ta'ala pun akan mencari-cari kelemahannya
hingga kejelekannya tersebar pula -kita minta kepada Allah ta'ala agar kita
dijauhkan dari hal demikian-. Maka dinding atau penutup apa pun tidak lagi
bermanfaat baginya. Demikian pula hadits Ibnu Mas'ud Radhiyallahu Anhu
bahwa ia dibawakan orang yang janggutnya meneteskan sisa-sisa khamer, tapi ia
meminumnya secara sembunyi-sembunyi, hanya saja orang-orang selalu
memata-matainya hingga mengantarkannya kepada beliau dalam kondisi demikian.
Ibnu Mas'ud menjelaskan bahwa siapa saja yang membuka aibnya atau kelemahannya
kepada kita maka akan dihukum dan barang siapa yang tetap sembunyi-sembunyi dan
tetap dibawah naungan hijab Allah ta'ala maka kita tidak menghukuminya. Hadits
ini menunjukkan bahwa memata-matai tidaklah dibolehkan, demikian pula hadits
Abu Hurairah pada bab selanjutnya dan sebelumnya telah dijelaskan bahwa
Rasulullah bersabda, Tinggalkanlah sikap mengira-ngira karena mengira-ngira
adalah kebohongan yang nyata" demikian pula ayat sebelumnya
(QS.Al-Hujurat : 12) kita telah membahasnya sebelumnya. Wallahu Al-Muwaffaq.
HARAMNYA MEMANDANG
ENTENG KAUM MUSLIMIN.
Allah ta'ala berfirman
(QS. Al-Hujurat : 11).
Juga Allah berfirnman
(QS. Al-Humazah : 1).
PENJELASAN.
Penulis Rahimahullah mengatakan dalam kitabnya
Riyadhusshalihin "Bab diharamkannya memAndang enteng kaum muslimin".
MemAndang enteng kaum muslim adalah dengan menghina, merendahkan, dan
mengecilkan peranannya serta hal-hal yang serupa dengan itu. Tindakan seperti
ini diharamkan karena mengandung permusuhan terhadap saudaramu sesama muslim
yang seharusnya engkau hargai dan kamu hormati. Karena ia adalah saudaramu,
seperti sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Kemudian penulis
berhujjah dengan firman Allah ta'ala
(QS. Al-Hujurat : 11). Di sini, Allah ta'ala mengarahkan pembicaraan-Nya
kepada orang-orang yang beriman (wahai orang-orang yang beriman) dengan
mengarahkan pembicaraan kepada orang mukmin menunjukkan bahwa apa yang
dibacakan kepadanya merupakan tuntunan keimanan dan dengan kehilangan serta
menyalahi tuntunan tersebut maka merupakan wujud kelemahan iman. Juga dengan
mengawali sebuah hukum dengan panggilan menunjukkan bahwa hal tersebut perlu
diberi perhatian khusus. Karena panggilan maksudnya adalah mengingatkan lawan
bicara tentang pentingnya hal yang disampaikan kepadanya. Allah ta'ala
berfirman, "Janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang
lain" mereka adalah kaum laki-laki. "Dan jangan pula sekumpulan
perempuan merendahkan kumpulan lainnya". Ayat ini untuk kaum wanita. MemAndang
enteng bisa terjadi karena penampilan. Ia memAndang enteng penampilan laki-laki
itu. Bisa juga terjadi akibat bentuk tubuh. Seseorang merendahkan orang lain karena terlalu pendek atau terlalu
tinggi, terlalu kurus atau terlalu gemuk atau hal-hal yang semisalnya. Juga
terjadi dengan merendahkan perkataannya. Ia mengulang-ulang perkataannya sambil
merendahkan dan memAndang enteng, seperti yang sering dilakukan oleh orang
bodoh. Ia mengikuti ucapan sebagian Qori' atau sebagian ulama. Ia menirukan
suaranya dengan maksud melecehkan dan merendahkan –wal iyadzu billah-. Juga
kadang terjadi akibat caranya bermuamalah. Ia merendahkan caranya bermuamalah
dengan orang lain. Demikian pula sikap merendahkan terjadi dengan menirukan
cara berjalan seseorang. Yang penting bahwa semua hal yang mengandung sikap
merendahkan dan memAndang enteng saudara Anda maka tentu masuk dalam kategori
ayat ini "Janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan
yang lain. Bisa jadi yang diolok-olok itu lebih baik dibanding
yang mengolok-olok. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya. Karena bisa jadi yang diolok-olok itu lebih baik dibanding yang
mengolok-olok" Allah ta'ala menjelaskan bahwa bisa jadi pihak yang dipAndang
enteng, bisa jadi lebih baik dibanding mereka di sisi Allah ta'ala maupun di
tengah-tengah manusia. Karena itulah, Ia berfirman, "Bisa jadi yang
diolok-olok itu lebih baik dibanding yang mengolok-olok" ini bagi kaum
laki-laki. "Bisa jadi yang diolok-olok itu lebih baik dibanding yang
mengolok-olok" dan ini bagi kaum wanita. "Dan janganlah suka
mencela dirimu sendiri" maksudnya, jangan merendahkan dirimu
sendiri. Dan perkataan "Dirimu sendiri". Telah diketahui
bersama bahwa seseorang tentu tidak mencela dirinya sendiri, tetapi ketika
orang muslim saling bersaudara maka saudara Anda sama dengan diri Anda sendiri.
Maka firman Allah ta'ala, "Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri" maksudnya
jangan mencela saudaramu. Hanya saja Allah ta'ala mengungkapkannya dengan
dirimu sendiri agar lebih jelas bahwa saudaramu itu sama dengan dirimu.
Sebagaimana engkau tidak suka mencela dirimu sendiri maka engkau seharusnya
juga membenci untuk mencela saudaramu. "Dan jangan memanggil dengan
gelaran yang mengandung ejekan". Sebagain kalian menggelari sebagian
lainnya dengan gelar buruk, sebagai bentuk ejekan. Baik dengan cara
menisbatkan gelar-gelar jelek kepada kelompok tertentu. Ia menisbatkan kepada
kelompok lain gelar-gelar yang mengandung hal-hal yang membuat seseorang
tertawa, lalu itu ia nisbatkan kepadanya. Begitu pula ha-hal yang serupa
dengannya yang merupakan perwujudan dari adanya gelar-gelar jelek. "Seburuk-buruk
panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman". Maksudnya jika
kalian melakukan prilaku demikian maka kalian termasuk golongan orang fasiq.
dan "Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah
iman". Jadi manusia jika menisbatkan gelar jelek kepada saudaranya
atau meremehkannya atau sikap apa pun yang sama denga itu, maka dengan itu ia
menjadi orang fasik. Ini menunujukkan bahwa sikap meremehkan orang-orang
beriman, mengejek mereka dan menggelari mereka dengan gelar-gelar yang jelek merupakan
bagian dari dosa besar "Dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka
mereka Itulah orang-orang yang zalim". Maksudnya barang siapa yang
terus menerus bersikap demikian dan tidak mau bertobat kepada Allah ta'ala maka
ia adalah orang yang zhalim. Kemudian penulis Rahimahullah
menyebutkan ayat yang lain, yaitu "Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat
lagi pencela" kalimat "wailun" ini merupakan kata
ancaman yang muncul dalam Al-Qur'an pada beberapa tempat, kesemuannya menunjukkan
ancaman terehadap orang yang melakukan perbuatan demikian " bagi setiap
pengumpat lagi pencela" yaitu orang yang mencela orang lain, kadang
dengan lidah dan kadang dengan anggota badan. Maka orang yang suka mencela
dengan lidah atau pun dengan anggota tubuh, diancam dengan ancaman ini, yaitu
dengan "Al-wail" -wal iyadzu billah-. Kemudian penulis
menyebutkan beberapa hadits yang nantinya akan dibicarakan insya Allah.
(1582)[2]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : بِحَسَبِ امْرِإٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ
اْلُمُسْلِمِ". رواه مسلم .
(1582) Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Cukuplah
seseorang dianggap berbuat jelek jika ia menghina saudaranya sesama
muslim" (HR.Muslim) sebelumnya telah disebutkan haditsnya secara panjang
lebar.
(1583)[3]
عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ : "لَايَدْخُلُ اْلجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ"،
فَقَالَ رَجُلٌ : إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا
وَنَعْلُهُ حَسَنَةً، فَقَالَ : "إِِنَّ اللهَ جَمِيْلٌ يُحِبُّ اْلجَمَالَ.
الكِبْرُ بَطَرُ اْلحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ". رواه مسلم.
(1583) Dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu Anhu dari Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam beliau bersabda, "Tidaklah akan masuk
sorga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan, walau hanya sebesar
atom". Ada
seseorang yang bertanya, "ada orang yang suka jika pakaiannya bagus dan
sepatunya juga bagus", beliau menjawab, "kesombongan adalah menolak
kebenaran dan memAndang enteng manusia" (HR.Muslim)
(1584)[4]
وَعَنْ جُنْدُبِ بِنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : "قَالَ رَجُلٌ : وَاللهِ لَا
يَغْفِرُ اللهُ لِفُلَانٍ، فَقَالَ اللهُ عَزَّوَجَلَّ : مَنْ ذَا الَّذِي
يَتَأَلى عَلَي أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ ، إٍنِّي قََدْ غَفَرْتُ لَهُ
وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ" رواه مسلم.
(1584) Dari Jundub Bin Abdullah Radhiyallahu Anhu ia
berekata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Ada seseorang berkata :
Demi Allah ! Allah tidak akan mengampuni si fulan. Allah ta'ala mengatakan,
"siapa yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak mengampuni si fulan.
Saya telah mengampuninya serta membuat amalmu hancur". (HR.Muslim).
PENJELASAN.
Hadits-hadits
ini menjelaskan tentang haramnya menghina seorang muslim. Pembahasan dua ayat
yang diutarakan oleh penulis rahimahullah telah diketengahkan
sebelumnya. Adapun hadits-hadits ini maka hadits Abu Hurairah Radhiyallahu
Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam bersabda, "cukuplah seseorang dianggap berbuat
jelek jika ia menghina saudaranya sesama muslim". Maksudnya cukuplah
seorang mukmin dianggap berbuat jahat jika merendahkan saudaranya sesama
muslim. Ini adalah penegasan tentang besarnya bahaya merendahkan seorang
muslim. Itu juga menunjukkan bahwa ia
merupakan kejelekan besar. Jika saja seseorang tidak melakukan kejelekan selain
ini maka itu pun sudah dianggap cukup. Maka janganlah merendahkan saudara Anda
sesama muslim. Baik karena tampilannya atau karena pakaiannya atau karena
pembicaraannya atau karena bentuk tubuhnya atau karena sebab lainnya. Saudaramu
sesama muslim memiliki hak yang sangat besar pada dirimu. Maka hendaknya engkau
menghargai dan menghormatinya. Adapun sikap memAndang rendah dirinya maka itu
adalah perbuatan haram. Tidaklah dihalalkan bagi Anda untuk menghinanya.
Demikian pula hadits Ibnu Mas'ud Radhiyallahu Anhu dan hadits
Jundub Bin Abdullah Radhiyallahu Anhu. keduanya menunujukkan
haramnya menghina seorang muslim dan bahwa itu adalah sikap yang tidak halal ia
lakukan. Bahkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ketika
membicarakan hadits Ibnu Mas'ud bahwa "tidaklah akan masuk sorga orang
yang di dalam hatinya terdapat kesombongan, walau hanya sebesar atom". Ada seseorang yang bertanya, "Ada orang yang suka jika pakaiannya bagus dan
sepatunya juga bagus", para sahabat Radhiyallahu Anhum mengira
bahwa manusia jika memakai pakaian bagus dan memakai sAndal bagus termasuk
dalam kategori menyombongkan diri dan berbangga-banggahan. Lalu Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam menjelaskan kepada mereka bahwa permasalahan tidaklah
demikian. Beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai
keindahan" indah zat, perbuatan dan sifatnya-Nya. Demikian pula Ia
mencintai keindahan. Maksudnya
Ia mencintai penampilan yang
indah. Makin indah seseorang maka makin dicintai oleh Allah ta'ala, selama
keindahan itu masih sebatas kemampuannya. Maksudnya ia bukanlah orang fakir
yang memaksakan dirinya untuk tampil dengan pakaian indah atau dengan sAndal
yang indah. Tetapi Allah ta'ala memberikan karunia kepadanya dan ia berusaha
untuk tampil indah. Sesungguhnya Allah ta'ala suka melihat bekas-bekas nikmat
yang diberikan kepada hamba-Nya. Demikian pula hadits Jundub Bin Abdullah Radhiyallahu
Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
mengimformasikan bahwa ada seseorang yang mengatakan, "Demi Allah ! Allah
tidak akan mengampuni si fulan". orang yang mengatakan demikian adalah
orang yang ahli ibadah dan kagum terhadap amalannya serta merendahkan sesamanya
yang ia anggap berlebih-lebihan dalam berbuat dosa. Maka ia bersumpah bahwa
Allah ta'ala tidak akan mengampuninya. Allah ta'ala lalu mengatakan, "Siapa
yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak mengampuni si fulan".
Maksudnya, siapa yang bersumpah bahwa Aku tidak Akan mengampuni si fulan.
Keutamaan hanyalah milik Allah ta'ala yang Ia karuniakan kepada siapa pun yang
dikehendaki-Nya. "Saya telah mengampuninya serta membuat amalmu
hancur". Audzu Billah- Ia hanya berbicara dengan satu kata yang
membuat dunia dan akhiratnya hancur, karena ia mengatakan ungkapan itu dalam
keadaan berbangga diri dan memAndang rendah sesamanya, hingga ia bersumpah
bahwa Allah ta'ala tidak akan mengampuni dosanya. Allah ta'ala lalu mengampuni
orang yang bersangkutan karena kemaksiatannya masih di bawah level kesyirikan,
atau karena Allah ta'ala mengaruniakan nikmat kepadanya lalu mengampuninya.
Adapun yang lain, maka Ia hancurkan amalannya karena ia membanggakan amalannya
itu –wal iyazu billah-. Ia bersumpah atas nama Allah ta'ala bahwa Ia tidak akan
mengampuni si fulan padahal Allah ta'ala memiliki kekuasaan yang sempurna.
Tidak ada seorang pun yang dapat bersumpah dengan nama-Nya. Tapi jika seorang
hamba berperasangka baik kepada Allah ta'ala, lalu bersumpah atas nama Allah
ta'ala, tapi bukan pada masalah yang mengandung permusuhan terhadap orang lain,
maka Raulullah bersabda, "Mungkin saja orang yang berdebu dan kusut
yang jika datang bertamu maka pasti kedatangannya ditolak, tapi jika ia
bersumpah atas nama Allah ta'ala maka Alah ta'ala akan memenuhi
sumpahnya". Wallahu Al-Muwaffaq.
0 komentar:
Post a Comment