الأربعاء، 7 مارس 2012

LARANGAN BERPERASANGKA BURUK TERHADAP KAUM MUSLIM TANPA ADANYA DARURAT.


Penulis : Syekh Shaleh al-‘Utsaimin Rahimahullah.
Sumber : Syarah Riyadhusshalihin

Alih Bahasa : Idrus Abidin

Allah ta'la berfirman (QS.Al-Hujurat : 12).

(1581)[1] عَنْ أَبِي هُرَيْرَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ قََالَ  : "إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ اْلحَدِيثِ". متفق عليه.

(1581)   Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Tinggalkanlah sikap mengira-ngira karena mengira-ngira adalah kebohongan yang nyata" (HR.Bukhari dan Muslim).

PENJELASAN.

      Hadits ini merupakan bagian dari hadits-hadits yang di dalamnya mengungkap bahwa manusia tidaklah dibolehkan memata-matai dan mencari-cari kelemahan sesamanya. Apa yang ditampakkan olehnya haruslah disikapi sesuai dengan apa yang ada. Adapun yang tidak tampak maka tidak boleh dicari-cari dan di mata-matai. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits Muawiyah Radhiyallahu Anhu, bahwa manusia jika memata-matai kaum muslimin maka ia menghancurkan mereka atau hampir saja menghancurkan mereka. Karena banyak sekali persolan yang terjadi antara seseorang dengan Allah ta'ala yang tidak bisa diketahui selain oleh-Nya. Jika tidak ada yang mengetahuinya dan Allah ta'ala tetap menutupi aibnya lalu ia bertaubat dan kembali kepada Tuhannya maka keadaannya kembali baik dan tidak ada seorang pun yang mengetahui aibnya. Tapi jika saja manusia –Nadzu billah- selalu mencari-cari aib orang lain, apa yang dikatakan si fulan? Apa yang ia kerjakan? Jika ada yang memberitahukan tentang aib seorang muslim maka ia pergi memata-matainya. Kadang ia terus terang dan kadang ia sembunyi-sembunyi. Misalnya ia mengatakan, "Orang-orang mengatakan bahwa fulan mengatakan begini dan begitu atau melakukan ini dan itu" lalu ia menyebarkan hal itu ditengah-tengah ditengah masyarakat –naudzu billah- sedang dalam hadits yang berasal dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, beliau bersabda, "Wahai sekalian orang-orang yang beriman dengan lisannya tapi hatinya tidaklah tersentuh dengan iman. Janganlah kalian menyakiti dan mencari-cari kelemahan orang muslim. Karena siapa pun yang mencari-cari kelemahan saudaranya maka Allah ta'ala pun akan mencari-cari kelemahannya. Dan barang siapa yang dimata-matai oleh Allah ta'ala kelemahannya maka ia akan ditemukan aibnya walau pun ia sedang berada di rumah ibunya". kita minta kepada Allah ta'ala agar kita dijauhkan dari hal demikian. Balasannya serupa dengan perbuatannya. Orang-orang yang suka mencari-cari kelemahan orang lain dengan tujuan agar bisa menyebarkan kejelekannya maka Allah ta'ala pun akan mencari-cari kelemahannya hingga kejelekannya tersebar pula -kita minta kepada Allah ta'ala agar kita dijauhkan dari hal demikian-. Maka dinding atau penutup apa pun tidak lagi bermanfaat baginya. Demikian pula hadits Ibnu Mas'ud Radhiyallahu Anhu bahwa ia dibawakan orang yang janggutnya meneteskan sisa-sisa khamer, tapi ia meminumnya secara sembunyi-sembunyi, hanya saja orang-orang selalu memata-matainya hingga mengantarkannya kepada beliau dalam kondisi demikian. Ibnu Mas'ud menjelaskan bahwa siapa saja yang membuka aibnya atau kelemahannya kepada kita maka akan dihukum dan barang siapa yang tetap sembunyi-sembunyi dan tetap dibawah naungan hijab Allah ta'ala maka kita tidak menghukuminya. Hadits ini menunjukkan bahwa memata-matai tidaklah dibolehkan, demikian pula hadits Abu Hurairah pada bab selanjutnya dan sebelumnya telah dijelaskan bahwa Rasulullah bersabda, Tinggalkanlah sikap mengira-ngira karena mengira-ngira adalah kebohongan yang nyata" demikian pula ayat sebelumnya (QS.Al-Hujurat : 12) kita telah membahasnya sebelumnya. Wallahu Al-Muwaffaq.

HARAMNYA MEMANDANG ENTENG KAUM MUSLIMIN.

Allah ta'ala berfirman (QS. Al-Hujurat : 11).
Juga Allah berfirnman (QS. Al-Humazah : 1).

PENJELASAN.

Penulis Rahimahullah mengatakan dalam kitabnya Riyadhusshalihin "Bab diharamkannya memAndang enteng kaum muslimin". MemAndang enteng kaum muslim adalah dengan menghina, merendahkan, dan mengecilkan peranannya serta hal-hal yang serupa dengan itu. Tindakan seperti ini diharamkan karena mengandung permusuhan terhadap saudaramu sesama muslim yang seharusnya engkau hargai dan kamu hormati. Karena ia adalah saudaramu, seperti sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Kemudian penulis berhujjah dengan firman Allah ta'ala  (QS. Al-Hujurat : 11). Di sini, Allah ta'ala mengarahkan pembicaraan-Nya kepada orang-orang yang beriman (wahai orang-orang yang beriman) dengan mengarahkan pembicaraan kepada orang mukmin menunjukkan bahwa apa yang dibacakan kepadanya merupakan tuntunan keimanan dan dengan kehilangan serta menyalahi tuntunan tersebut maka merupakan wujud kelemahan iman. Juga dengan mengawali sebuah hukum dengan panggilan menunjukkan bahwa hal tersebut perlu diberi perhatian khusus. Karena panggilan maksudnya adalah mengingatkan lawan bicara tentang pentingnya hal yang disampaikan kepadanya. Allah ta'ala berfirman, "Janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain" mereka adalah kaum laki-laki. "Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya". Ayat ini untuk kaum wanita. MemAndang enteng bisa terjadi karena penampilan. Ia memAndang enteng penampilan laki-laki itu. Bisa juga terjadi akibat bentuk tubuh. Seseorang merendahkan  orang lain karena terlalu pendek atau terlalu tinggi, terlalu kurus atau terlalu gemuk atau hal-hal yang semisalnya. Juga terjadi dengan merendahkan perkataannya. Ia mengulang-ulang perkataannya sambil merendahkan dan memAndang enteng, seperti yang sering dilakukan oleh orang bodoh. Ia mengikuti ucapan sebagian Qori' atau sebagian ulama. Ia menirukan suaranya dengan maksud melecehkan dan merendahkan –wal iyadzu billah-. Juga kadang terjadi akibat caranya bermuamalah. Ia merendahkan caranya bermuamalah dengan orang lain. Demikian pula sikap merendahkan terjadi dengan menirukan cara berjalan seseorang. Yang penting bahwa semua hal yang mengandung sikap merendahkan dan memAndang enteng saudara Anda maka tentu masuk dalam kategori ayat ini "Janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain. Bisa jadi yang diolok-olok itu lebih baik dibanding yang mengolok-olok. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya. Karena bisa jadi yang diolok-olok itu lebih baik dibanding yang mengolok-olok" Allah ta'ala menjelaskan bahwa bisa jadi pihak yang dipAndang enteng, bisa jadi lebih baik dibanding mereka di sisi Allah ta'ala maupun di tengah-tengah manusia. Karena itulah, Ia berfirman, "Bisa jadi yang diolok-olok itu lebih baik dibanding yang mengolok-olok" ini bagi kaum laki-laki. "Bisa jadi yang diolok-olok itu lebih baik dibanding yang mengolok-olok" dan ini bagi kaum wanita. "Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri" maksudnya, jangan merendahkan dirimu sendiri. Dan perkataan "Dirimu sendiri". Telah diketahui bersama bahwa seseorang tentu tidak mencela dirinya sendiri, tetapi ketika orang muslim saling bersaudara maka saudara Anda sama dengan diri Anda sendiri. Maka firman Allah ta'ala, "Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri" maksudnya jangan mencela saudaramu. Hanya saja Allah ta'ala mengungkapkannya dengan dirimu sendiri agar lebih jelas bahwa saudaramu itu sama dengan dirimu. Sebagaimana engkau tidak suka mencela dirimu sendiri maka engkau seharusnya juga membenci untuk mencela saudaramu. "Dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan". Sebagain kalian menggelari sebagian lainnya dengan gelar buruk, sebagai bentuk ejekan. Baik dengan cara menisbatkan gelar-gelar jelek kepada kelompok tertentu. Ia menisbatkan kepada kelompok lain gelar-gelar yang mengandung hal-hal yang membuat seseorang tertawa, lalu itu ia nisbatkan kepadanya. Begitu pula ha-hal yang serupa dengannya yang merupakan perwujudan dari adanya gelar-gelar jelek. "Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman". Maksudnya jika kalian melakukan prilaku demikian maka kalian termasuk golongan orang fasiq. dan "Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman". Jadi manusia jika menisbatkan gelar jelek kepada saudaranya atau meremehkannya atau sikap apa pun yang sama denga itu, maka dengan itu ia menjadi orang fasik. Ini menunujukkan bahwa sikap meremehkan orang-orang beriman, mengejek mereka dan menggelari mereka dengan gelar-gelar yang jelek merupakan bagian dari dosa besar "Dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim". Maksudnya barang siapa yang terus menerus bersikap demikian dan tidak mau bertobat kepada Allah ta'ala maka ia adalah orang yang zhalim. Kemudian penulis Rahimahullah menyebutkan ayat yang lain, yaitu "Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela" kalimat "wailun" ini merupakan kata ancaman yang muncul dalam Al-Qur'an pada beberapa tempat, kesemuannya menunjukkan ancaman terehadap orang yang melakukan perbuatan demikian " bagi setiap pengumpat lagi pencela" yaitu orang yang mencela orang lain, kadang dengan lidah dan kadang dengan anggota badan. Maka orang yang suka mencela dengan lidah atau pun dengan anggota tubuh, diancam dengan ancaman ini, yaitu dengan "Al-wail" -wal iyadzu billah-. Kemudian penulis menyebutkan beberapa hadits yang nantinya akan dibicarakan insya Allah.

(1582)[2] عَنْ أَبِي هُرَيْرَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : بِحَسَبِ امْرِإٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ اْلُمُسْلِمِ". رواه مسلم .

(1582)   Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Cukuplah seseorang dianggap berbuat jelek jika ia menghina saudaranya sesama muslim" (HR.Muslim) sebelumnya telah disebutkan haditsnya secara panjang lebar.

(1583)[3] عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : "لَايَدْخُلُ اْلجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي  قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ"، فَقَالَ رَجُلٌ : إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً، فَقَالَ : "إِِنَّ اللهَ جَمِيْلٌ يُحِبُّ اْلجَمَالَ. الكِبْرُ بَطَرُ اْلحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ". رواه مسلم.

(1583)   Dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu Anhu dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam beliau bersabda, "Tidaklah akan masuk sorga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan, walau hanya sebesar atom". Ada seseorang yang bertanya, "ada orang yang suka jika pakaiannya bagus dan sepatunya juga bagus", beliau menjawab, "kesombongan adalah menolak kebenaran dan memAndang enteng manusia" (HR.Muslim)

(1584)[4] وَعَنْ جُنْدُبِ بِنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : "قَالَ رَجُلٌ : وَاللهِ لَا يَغْفِرُ اللهُ لِفُلَانٍ، فَقَالَ اللهُ عَزَّوَجَلَّ : مَنْ ذَا الَّذِي يَتَأَلى عَلَي أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ ، إٍنِّي قََدْ غَفَرْتُ لَهُ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ" رواه مسلم.

(1584)   Dari Jundub Bin Abdullah Radhiyallahu Anhu ia berekata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Ada seseorang berkata : Demi Allah ! Allah tidak akan mengampuni si fulan. Allah ta'ala mengatakan, "siapa yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak mengampuni si fulan. Saya telah mengampuninya serta membuat amalmu hancur". (HR.Muslim).

PENJELASAN.

            Hadits-hadits ini menjelaskan tentang haramnya menghina seorang muslim. Pembahasan dua ayat yang diutarakan oleh penulis rahimahullah telah diketengahkan sebelumnya. Adapun hadits-hadits ini maka hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu  bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "cukuplah seseorang dianggap berbuat jelek jika ia menghina saudaranya sesama muslim". Maksudnya cukuplah seorang mukmin dianggap berbuat jahat jika merendahkan saudaranya sesama muslim. Ini adalah penegasan tentang besarnya bahaya merendahkan seorang muslim. Itu  juga menunjukkan bahwa ia merupakan kejelekan besar. Jika saja seseorang tidak melakukan kejelekan selain ini maka itu pun sudah dianggap cukup. Maka janganlah merendahkan saudara Anda sesama muslim. Baik karena tampilannya atau karena pakaiannya atau karena pembicaraannya atau karena bentuk tubuhnya atau karena sebab lainnya. Saudaramu sesama muslim memiliki hak yang sangat besar pada dirimu. Maka hendaknya engkau menghargai dan menghormatinya. Adapun sikap memAndang rendah dirinya maka itu adalah perbuatan haram. Tidaklah dihalalkan bagi Anda untuk menghinanya. Demikian pula hadits Ibnu Mas'ud Radhiyallahu Anhu dan hadits Jundub Bin Abdullah Radhiyallahu Anhu. keduanya menunujukkan haramnya menghina seorang muslim dan bahwa itu adalah sikap yang tidak halal ia lakukan. Bahkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ketika membicarakan hadits Ibnu Mas'ud bahwa "tidaklah akan masuk sorga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan, walau hanya sebesar atom". Ada seseorang yang bertanya, "Ada orang yang suka jika pakaiannya bagus dan sepatunya juga bagus", para sahabat Radhiyallahu Anhum mengira bahwa manusia jika memakai pakaian bagus dan memakai sAndal bagus termasuk dalam kategori menyombongkan diri dan berbangga-banggahan. Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menjelaskan kepada mereka bahwa permasalahan tidaklah demikian. Beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan" indah zat, perbuatan dan sifatnya-Nya. Demikian pula Ia mencintai keindahan. Maksudnya Ia mencintai penampilan yang indah. Makin indah seseorang maka makin dicintai oleh Allah ta'ala, selama keindahan itu masih sebatas kemampuannya. Maksudnya ia bukanlah orang fakir yang memaksakan dirinya untuk tampil dengan pakaian indah atau dengan sAndal yang indah. Tetapi Allah ta'ala memberikan karunia kepadanya dan ia berusaha untuk tampil indah. Sesungguhnya Allah ta'ala suka melihat bekas-bekas nikmat yang diberikan kepada hamba-Nya. Demikian pula hadits Jundub Bin Abdullah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengimformasikan bahwa ada seseorang yang mengatakan, "Demi Allah ! Allah tidak akan mengampuni si fulan". orang yang mengatakan demikian adalah orang yang ahli ibadah dan kagum terhadap amalannya serta merendahkan sesamanya yang ia anggap berlebih-lebihan dalam berbuat dosa. Maka ia bersumpah bahwa Allah ta'ala tidak akan mengampuninya. Allah ta'ala lalu mengatakan, "Siapa yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak mengampuni si fulan". Maksudnya, siapa yang bersumpah bahwa Aku tidak Akan mengampuni si fulan. Keutamaan hanyalah milik Allah ta'ala yang Ia karuniakan kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya. "Saya telah mengampuninya serta membuat amalmu hancur". Audzu Billah- Ia hanya berbicara dengan satu kata yang membuat dunia dan akhiratnya hancur, karena ia mengatakan ungkapan itu dalam keadaan berbangga diri dan memAndang rendah sesamanya, hingga ia bersumpah bahwa Allah ta'ala tidak akan mengampuni dosanya. Allah ta'ala lalu mengampuni orang yang bersangkutan karena kemaksiatannya masih di bawah level kesyirikan, atau karena Allah ta'ala mengaruniakan nikmat kepadanya lalu mengampuninya. Adapun yang lain, maka Ia hancurkan amalannya karena ia membanggakan amalannya itu –wal iyazu billah-. Ia bersumpah atas nama Allah ta'ala bahwa Ia tidak akan mengampuni si fulan padahal Allah ta'ala memiliki kekuasaan yang sempurna. Tidak ada seorang pun yang dapat bersumpah dengan nama-Nya. Tapi jika seorang hamba berperasangka baik kepada Allah ta'ala, lalu bersumpah atas nama Allah ta'ala, tapi bukan pada masalah yang mengandung permusuhan terhadap orang lain, maka Raulullah bersabda, "Mungkin saja orang yang berdebu dan kusut yang jika datang bertamu maka pasti kedatangannya ditolak, tapi jika ia bersumpah atas nama Allah ta'ala maka Alah ta'ala akan memenuhi sumpahnya". Wallahu Al-Muwaffaq.


[1]  Shahih Bukhari (5144, 6066) Shahih Muslim (2563).
[2]  Shahih Muslim (2563, 2564) sebelumnya ada pada No. 1578.
[3]  Shahih Muslim (91) sebelumnya ada pada No. 617.
[4]  Shahih Bukhari (2621).

0 komentar:

إرسال تعليق

Categories

About Us

There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form.

نموذج الاتصال