Rahasia Takdir dan Sikap Manusia padanya
By. Idrus Abidin.
Takdir
adalah ketetapan Allah di zaman azali, berdasarkan ilmuNya yg mencakup
masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Dicatat di lauhin Mahfudz.
Terjadi sesuai waktu dan cara yg diizinkan oleh Allah; tanpa bisa
dihalangi oleh siapa pun. Takdir ini tidak menghilangkan kebebasan
manusia, tapi menunjukkan keluasan ilmu Allah tentang masa depan.
Sehingga Allah sudah mengetahui siapa hambaNya di surga atau di neraka.
Tapi masuk surga dan neraka tidak ditetapkan Allah berdasarkan ilmuNya
semata; tapi didukung oleh bukti-bukti perbuatan makhluk itu. Karena
ilmu Allah mungkin ditolak, sedang bukti langsung berupa rekaman canggih
membungkam makhluk di akhirat secara langsung. Jadinya, surga dan
neraka adalah pilihan; bukan takdir semata. Wallahu a'lam.
Ragam Takdir dan Sikap Manusia padanya.
Ada
hukum kausalitas (sebab akibat) yang telah ditetapkan oleh Allah,
terutama terkait dengan alam semesta (takdir kauni). Umumnya terjadi
secara pasti atas izin Allah.
Ada
pula ketetapan syariat yang mengatur hal-hal yg dicintai Allah dan
rasulNya dan hal-hal yang dibenci oleh mereka. Inilah kategori taat dan
maksiat.
Setiap manusia
menghadapi kedua takdir ini. Namun, orang kafir hanya ikut takdir alam
semesta (takdir kauni) sehingga terjadi maksiatnya sesuai pilihannya
sendiri dg izin Allah (dibiarkan oleh Allah sebagai bentuk kebebasan,
sekalipun dibenci olehNya).
Sedang
orang mukmin menyatukan ketetapan alam semesta (takdir kauni) dengan
mewujudkan amalan shaleh; dengan mengikuti takdir syar'i (ibadah) yang
membuat Allah Ridha padanya.
Jadi,
dipanjangkannya umur, ditambahnya rezeki dengan ikhtiar dll masuk
kategori usaha dan upaya manusia. Demikian pula taubat dari maksiat dan
beralih dari keislaman kepada kekafiran (murtad). Itu semua perubahan
sikap manusia sesuai pilihan dan kebebasan yg diberikan Allah. Di sisi
Allah tidak ada yang berubah Krn Allah maha mengetahui apa yang akan
dipilih oleh hambaNya di masa depan. Istilah "berubah" itu hanya pantas
untuk makhluk yang tidak mengetahui masa depan. Sedang Allah yang maha
mengetahui; tidak tunduk pada "perubahan". Wallahu a'lam.
0 komentar:
Post a Comment