الاثنين، 6 يوليو 2020

Indra dan Akal sebagai Sarana dan Referensi Pengetahuan.

Indra dan Akal sebagai Sarana dan Referensi Pengetahuan.
(Ringkasan Mata Kuliah Efistemologi Islam Semester VIII STIS al-Manar Jakarta)

Oleh : Idrus Abidin.

Hasil perkuliahan jarak jauh akibat covid-19. Dishare agar bisa dimanfaatkan masyarakat umum. Semoga bermanfaat.

----------------------

Indra dianggap oleh aliran empirisme sebagai sarana pengetahuan paling utama. Indra berfungsi juga sebagai alat survival

Kelemahan Indra :

Apa yang dilihat atau didengar dll seringkali tidak sesuai kenyataan sebenarnya. Contoh, bulan terlihat kecil, padahal diameternya jauh lebih besar dari kesan mata. Telinga ketika mendengar dentuman bom, butuh waktu untuk sampai ke telinga sesuai jauhnya jarak kita dari sumber suara.
Agar kelemahan indra bisa diminimalisir, dibutuhkan alat pengetahuan lain, yaitu akal.

Kelebihan akal :

A. Membantu Indra untuk mengetahui objek lebih utuh. Contoh, bulan yang terlihat hanya sebelah bisa tampak utuh seperti bola dengan bantuan akal.

B. Ukuran sesuatu secara real bisa diukur berdasarkan nilai matematis atau logika tertentu. Seperti ukuran bumi, matahari, planet dll. Sehingga penggaris yang tampak bengkok pada kedalaman air, bisa diketahui lurus oleh akal ketika berada di luar air. Untuk melengkapi kerja akal, juga dibutuhkan Indra batin. Indra batin ini memiliki kecakapan yang memudahkan akal dalam merekam pengetahuan. Termasuk diantaranya :

1. Indra bersama (al-Hiss al-Musytarak)

Fungsinya, menyatukan data yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, diraba oleh kulit, dicium oleh hidung, dirasa oleh lidah. Dengan Indra batin, data parsial setiap Indra itu disatukan sehingga menjadi data utuh yang memberikan pengetahuan konfrehensif.

2. Daya imajinasi (khayal).

Mata, telinga, hidung, kulit, lidah dll bisa menangkap objek apa adanya tetapi tidak mampu merekam objek tersebut. Dengan daya imajinasi, kesan objek-objek tersebut bisa terekam baik dalam ingatan. Sehingga kita bisa mengenal/mengingat wajah anak dan pasangan
Contoh, kamera bisa mencerap objek gambar, sekaligus merekam dan menyimpan objek tersebut dg recorder-nya.

3. Daya estimasi (wahm). 
Daya estimasi ini membantu untuk memahami "maksud" dari suatu objek. Sehingga sesuatu tersebut bisa dinilai bermanfaat atau berbahaya. Jadinya, manusia bisa bertindak sesuai Indra batin yg disebut daya estimasi ini.

4. Daya imajinasi (mutakhayyilah) plus. 
Sebuah kemampuan Indra batin yang mampu mengkhayalkan model-model beragam yang ada dalam khayalan, walaupun tidak ada dlm kenyataan. Seperti imajinasi tentang buraq yang merupakan gabungan antara kuda yang berkepala manusia disertai beberapa sayap. Juga seperti gunung emas, sekalipun tidak ada di dunia nyata. Murni khayalan....

5. Daya Memori (al-Hafidzah).

Imajinasi yang ada di bagian 4 di atas direkam oleh memori kita agar bisa lestari. Sebagaimana imajinasi di dunia nyata direkam utuh oleh daya khayal kita. Dengan memori ini, kita tidak saja mengingat objek real, tetapi juga bisa mengingat objek abstarak seperti teori dalam ilmu pengetahuan manusia. Atau, imajinasi tidak real seperti gunung emas

Akal sebagai sumber pengetahuan.

Akal ada 2 macam :
A. Akal teoretis.
B. Akal praktis.

Akal teoretis berkait dengan ilmu pengetahuan. Sedang akal praktis terkait dengan etika. Pembahasan lebih fokus ke akal sebagai sumber dan sarana pengetahuan (akal teoretis). 

Bagaimana akal menyempurnakan pengetahuan indrawi? 

Kelebihan lain akal yang tidak dimiliki Indra lahir dan Indra batin adalah kemampuan bertanya secara kritis berdasarkan kategori-kategori tertentu, seperti : 

1. Ruang,
2. Waktu,
3. Substansi,
4. Kausalitas,
5. Kuantitas 
6. Relasi.

Namun kekuatan utama akal ada pada kemampuannya memahami esensi atau kuiditas. Yaitu kemampuan akal memahami  konsep esensi dari sebuah objek. Seperti memahami manusia secara esensial (secara umum); bukan lagi manusia secara khusus yang ada di dunia realitas seperti Idrus, Yahya, Arif dll. Tetapi sifat dasar kemanusiaan universal. Demikian pula ketika berbicara tentang meja, bukan lagi meja makan dengan beragam model dll, tetapi meja secara universal (konsep). Dengan kemampuan akal ini, manusia bisa memiliki ilmu tentang banyak konsep yang tidak membutuhkan ruangan fisik yang luas. Mirip seperti bisnis online hari ini yang hanya menampilkan gambar barang di toko maya, sekalipun barangnya tidak harus ada di toko real.

Kamis, 26 Maret 2020.

_____________________

Sumber Referensi :

  • 1. Pengantar Epistemologi Islam, Dr. Mulyadhi Kartanegara.
  • 2. Filsafat Ilmu, Perspektif Barat dan Islam, Dr. Adian Husaini, et. al.
  • 3.Nashariyatul Ma'rifah Baina al Qur'an wa al-Falsafah, Dr. Rajih al-Kurdi.

0 komentar:

إرسال تعليق

Categories

About Us

There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form.

نموذج الاتصال