Ust.
H. Idrus Abidin, Lc., MA.
Salah satu konsekwensi Rububiyah Allah Swt yang berawal dari
kehidupan (Al-Hayy) dan kesibukan-Nya (al-Qayyum) mengurus makhluk
adalah kemampuan-Nya menciptakan (al-Khaliq wa al-Khallaq) segala
hal di alam semesta ini.
Sebagai
nama dan sifat Allah, al-Khaliq mengandung salah satu kategori dari 2 makna
berikut :
1)
Zat yang
mengadakan dan menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan tanpa didahului oleh
hal atau bentuk serupa sebelumnya.
قَالَ كَذَلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَقَدْ خَلَقْتُكَ
مِن قَبْلُ وَلَمْ تَكُ شَيْئًا
Tuhan berfirman: "Demikianlah". Tuhan berfirman:
"Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesunguhnya telah Aku ciptakan kamu
sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali". (QS
Maryam : 9)
2)
Menetapkan
rancangan atau proyeksi (takdir) terhadap sesuatu sebelum diadakan atau
diproduksi/diciptakan.
Ayat-Ayat Yang
Semakna Dengan Kategori Pertama Dan Kedua Ini Seperti :
A. QS al-A'laa ayat 2-3.
الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّىٰ وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَىٰ
yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang
menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk,
B. QS al-Qomar 49
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍٍ
Sesungguhnya
Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
C. QS al-Anbiyaa 104
يَوْمَ
نَطْوِي السَّمَاءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ ۚ كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ
خَلْقٍ نُعِيدُهُ ۚ وَعْدًا عَلَيْنَا ۚ إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ
(Yaitu)
pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas.
Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan
mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah
yang akan melaksanakannya.
Sebenarnya,
penciptaan Allah terhadap segala sesuatu mencakup kedua makna tersebut di atas
sekaligus. Karena, penciptaan makhluk senantiasa terkait secara langsung dengan
proyeksi Allah (takdir) melalui empat
tahapan berikut ini :
1)
Tahapan perencanaan
(takdir)
Tahapan
ini berawal dari pengetahuan Allah secara mendasar ('ilm) yang maha
mengetahui segala hal dari yang meliputi masa lalu, masa depan dan masa yang
akan datang.
2)
Tahap penulisan
(kitabah) hasil proyeksi tersebut dengan pena di lauh Mahfudz. Mulai
dari modelnya, tabiat aslinya, potensi baik buruknya hingga jaminan hidayah dan
segala hal yang terkait dengannya secara utuh.
3)
Tahapan
kehendak Allah (masyi'ah). Yaitu bahwa di dunia ini, tidak ada mahluk
yang tercipta dan kejadian yang terjadi di luar kehendak dan keinginan Allah
SWT.
4)
Tahap
penciptaan (qadha) sesuai dengan proyeksi awal dan perwujudan semua
ketetapan takdir sesuai kehendak Allah, sebagaimana yang tercatat di lauh
Mahfudz.
Jadi,
penciptaan makhluk berdasarkan pada pengetahuan dan kekuasaan Allah yang maha
luas, disusul dengan penulisan proyeksi penciptaan itu di lauh Mahfudz.
Kemudian dilanjutkan dengan kehendak Allah (masyi'ah) yang memastikan
makhluk tersebut diadakan dan dicipta secara real dalam kehidupan nyata.
Demikianlah mekanisme dan makna penciptaan Allah terhadap segala sesuatu (al-Khaliq).
Makna Al-Khallaq
Dan Perbedaannya Dengan Al-Khaliq.
Secara
kebahasaan, al-Khallaq merupakan model kata yang bermakna lebih atau paling (sigah
mubalagah). Artinya, dengan nama al-Khallaq, Allah menunjukkan
diriNya sebagai yang lebih dan paling hebat dalam mencipta. Nama al-Khallaq
ini hanya ditemukan 2 x dalam Al-Qur'an. Yaitu pada surat al-Hijr ayat
86
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ
Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah Yang Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.
Dan surat Yasin ayat 81
بَلَى وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ
Dan Dialah Maha
Pencipta lagi Maha Mengetahui.
Keduanya menunjukkan kehebatan Allah dalam mencipta, terutama
mengembalikan mahluk dari kematiannya menjadi hidup kembali pada hari kiamat
kelak dalam bentuk sempurna, tanpa kekurangan apa pun. Bahkan, maknanya
mencakup kemampuan Allah menciptakan makhluk baru yang jauh lebih baik
dibanding sebelumnya. Seperti, menciptakan penduduk surga dengan beragam
kelebihan tanpa ada kekurangan sama sekali. Kelebihan yang dimaksud seperti
manusia tidak lagi mengalami sakit, tidak berkeringat, tidak mati, tidak bau,
tidak dll. Bahkan kehidupan di surga makin hari makin bagus tanpa mengenal
kemunduran dan stagnasi.
Perbedaannya dengan al-Khaliq adalah bahwa al-Khaliq bermakna mengadakan
dan menciptakan makhluk dari ketiadaan, tanpa ada yang serupa sebelumnya, dari
mulai tahap pengetahuan ('Ilm) yang menghasilkan proyeksi (Qadr), lalu
berlanjut ke tahap penulisan (kitabah), disusul dengan tahap kehendak dan izin penciptaan (Masyi'ah), hingga tahap
penciptaan secara real di alam nyata (qadha).
Sedang
al-Khallaq berarti pencipta yang merancang ciptaanNya sesuai jumlah (kimmiyah) dan model makhluk (kaifiyah) yang dikehendakiNya. Secara jumlah, Allah menciptakan
makhluk sebanyak yang dikehendaki, mematikan makhluk lalu mengembalikannya lagi
sesuai kehendakNya dll.
إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ أَيُّهَا
النَّاسُ وَيَأْتِ بِآخَرِينَ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى ذَلِكَ قَدِيرًا
Jika Allah menghendaki, niscaya Dia
musnahkan kamu wahai manusia, dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai
penggantimu). Dan adalah Allah Maha Kuasa berbuat demikian. (QS an-Nisaa 133)
وَرَبُّكَ الْغَنِيُّ ذُو الرَّحْمَةِ
إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَسْتَخْلِفْ مِنْ بَعْدِكُمْ مَا يَشَاءُ كَمَا
أَنْشَأَكُمْ مِنْ ذُرِّيَّةِ قَوْمٍ آخَرِينَ
Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia
menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang
dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu
dari keturunan orang-orang lain.
(QS al-An'am : 133)
Sedang secara model, Allah
menciptakan makhluk dalam bentuk yang paling ideal. Allah menegaskan
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ
خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya
dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah (QS as-Sajdah : 7)
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
بِالْحَقِّ وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ
Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq. Dia membentuk
rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kembali(mu). (QS at-Tagabun 3)
وَالْخَيْلَ وَالْبِغَالَ
وَالْحَمِيرَ لِتَرْكَبُوهَا وَزِينَةً وَيَخْلُقُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar
kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa
yang kamu tidak mengetahuinya. (QS an-Nahl : 81)
Dengan demikian, sebagai al-Khallaq, Allah menciptakan makhluk
sesuai jumlah dan model yang dikehendakiNya
serta maha mampu mengembalikan makhlukNya seperti sedia kala di akhirat
setelah melewati pase kematian. Bahkan, menciptakan makhluk baru yang jauh
lebih bagus dari sebelumnya juga termasuk dalam kategori makna al-Khallaq ini.
Sehingga orang-orang yang mengatakan bahwa ciptaan Allah yang ada sekarang sudah
sampai ke tahap maksimal dan Allah tidak mampu lagi menciptakan yang jauh lebih
bagus dari yang ada sekarang, terbantahkan secara langsung.
Manusia Tidak Pantas Disebut Pencipta (Cukup Disebut
Penemu)
Bagi manusia, sebenarnya tidak pantas disebut telah menciptakan
sesuatu (pencipta). Misalnya, dlm tradisi dan budaya kita di Indonesia,
siapapun yang menghasilkan produk baru disebut sebagai pencipta. Seperti,
pencipta lagu, pencipta mesin uap, pencipta mobil dll. Padahal, pencipta sesuatu dalam artian tanpa ada model
dan bentuk serupa sebelumnya hanyalah murni dominasi Allah Swt. Manusia yang
berhasil mengadakan produk baru yg belum ada sebelumnya hanya maksimal disebut
penemu. Yaitu, menemukan cara merangkai sesuatu dengan yang lainnya, yang telah
ada sebelumnya sehingga menjadi temuan unik, tanpa didahului oleh produk
serupa. Namun, tidak berarti manusia mengadakannya secara spesifik dari hal-hal
yang belum ada sama sekali menjadi ada, sebagaimana ciptaan Allah.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا
نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ ۚ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ
مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ فَأَنَّىٰ تُؤْفَكُونَ
Hai
manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang
dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan
selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?
(QS Fathir : 3)
Kalaupun manusia menciptakan sesuatu di luar kemampuan
manusia secara umum, maka hal tersebut adalah mukjizat yang tidak mungkin
terjadi selain pada diri nabi. Tentunya dengan izin Allah SWT. Pada diri nabi
Isa alaihissalam hal ini pernah terjadi
أَخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّينِ
كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ
Aku membuat untuk kamu dari tanah
berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan
seizin Allah (QS Ali Imran : 49)
Karena manusia hanya berkemampuan
sebatas menemukan sesuatu tanpa menciptakannya, maka makhluk apa pun yang
disembah selain Allah, pasti ditantang oleh Allah agar yg bersangkutan
menunjukkan ciptaannya di kolong langit dan bumi ini
هَٰذَا خَلْقُ اللَّهِ فَأَرُونِي
مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ ۚ بَلِ الظَّالِمُونَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku
apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah. Sebenarnya
orang-orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata (QS Lukman : 11)
Karena, dalam Islam, yang berhak
disembah hanyalah zat yang telah terbukti menciptakan semua hal di alam semesta
ini.
Tantangan seperti ini tentu hanyalah
tantangan retoris, karena dipastikan Manusia tidak akan mampu menciptakan apa
pun, walau hanya sekedar lalat. Sekalipun semua ahli di bidang itu berkumpul
untuk merancang proyek penciptaan tersebut sekuat tenaga. Bahkan,
jangankan menciptakan lalat. Ketika lalat mencuri makanan manusia saja, lalu
mereka dituntut mengembalikan makanan itu ke posisi semula, mereka pasti tidak
bisa melakukannya.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ
فَاسْتَمِعُوا لَهُ ۚ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ
يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ ۖ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ
شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ۚ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ
Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah
olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah
sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu
menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah
mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah
dan amat lemah (pulalah) yang disembah.
(QS al-Hajj : 73-74)
Ini Allah lakukan untuk menunjukkan
ketidakpantasan makhluk dijadikan sesembahan selain Allah.
Setiap
Ciptaan Mengandung Hikmah dan Tujuan Tertentu.
Selain Allah mampu menciptakan
seluruh makhluk, Allah juga mencipta dengan tujuan yang jelas. Tidak ada
makhluk Allah yang dicipta sia-sia, tanpa arah dan tujuan.
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا
خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
Maka
apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main
(saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS al-Mukminun : 115).
Tujuan
penciptaan makhluk adalah agar manusia dan jin mengenal Allah dan menyembahNya
dg penuh cinta, harapan yg tinggi untuk memperoleh rahmatNya dan supaya
terhindar dari azabNya.
{اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ
مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْماً}
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula
bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar
meliputi segala sesuatu. (QS at-Thalaq
: 12)
Namun, manusia banyak yang lalai dari tujuan ini. Mereka
mengakui Rububiyah Allah dalam penciptaan ini, tapi tidak menyembah Allah
sebagaimana mestiNya. Mereka mengakui Rububiyah Allah tapi mengingkari
uluhiyyahNya. Padahal, Rububiyah Allah itu konsekwensinya adalah ketundukan
secara penuh kepada uluhiyahNya.
Inilah makna firman Allah
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللّهِ
إِلاَّ وَهُم مُّشْرِكُونَ
Dan sebahagian besar dari mereka
tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah
(dengan sembahan-sembahan lain). (QS Yusuf : 106)
Artinya, dalam hal Rububiyah, manusia dianggap beriman dan
bertauhid. Tapi dalam hal tauhid uluhiyah banyak yang justru melakukan
kesyirikan. Banyak sekali pernyataan Allah dalam Al-Qur'an menyoroti kesalahan
sikap manusia ini. Contohnya, firman Allah
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ۖ ثُمَّ الَّذِينَ
كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ
Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan
bumi dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir
mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka. (QS al-An'am : 1),
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
ۖ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka:
"Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan
bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", maka betapakah
mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). (QS al-Ankabut : 61),
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۚ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ ۚ بَلْ
أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka:
"Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan
menjawab: "Allah". Katakanlah: "Segala puji bagi Allah";
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS Lukman : 25)
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ
رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ۖ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ
يَفْعَلُ مِنْ ذَٰلِكُمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا
يُشْرِكُونَ
Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki,
kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang
kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian
itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. (QS
ar-Rum : 40)
Bahkan, terkadang Allah menggunakan pertanyaan retoris dalam
masalah ini agar fitrah manusia bisa tergugah dan menyadari kesalahan mereka ini
:
قُلْ لِمَنِ الْأَرْضُ وَمَنْ فِيهَا
إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua
yang ada padanya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab:
"Kepunyaan Allah". Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak
ingat?"
قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ
السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ أَفَلَا
تَتَّقُونَ
Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh
dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan
Allah". Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?"
قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ
شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ فَأَنَّىٰ تُسْحَرُونَ
Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada
kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang
dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan
menjawab: "Kepunyaan Allah". Katakanlah: "(Kalau demikian), maka
dari jalan manakah kamu ditipu?" (QS al-Mukminun : 84 - 89)
Contoh lain
قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسَلَامٌ
عَلَىٰ عِبَادِهِ الَّذِينَ اصْطَفَىٰ ۗ آللَّهُ خَيْرٌ أَمَّا يُشْرِكُونَ
Katakanlah: "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan
atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah
apa yang mereka persekutukan dengan Dia?"
أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا بِهِ
حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُنْبِتُوا شَجَرَهَا ۗ أَإِلَٰهٌ
مَعَ اللَّهِ ۚ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ
Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan
yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu
kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu
menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)?
Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).
(QS an-Naml : 59-60)
Pantaslah ketika Allah menunjukkan keherananNya terhadap
penomena dan kebodohan manusia ini
أَيُشْرِكُونَ مَا لَا يَخْلُقُ
شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ
Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhada-berhala
yang tak dapat menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri
buatan orang.
وَلَا يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا
وَلَا أَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُونَ
Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan
kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiripun berhala-berha]a itu
tidak dapat memberi pertolongan.
وَإِنْ تَدْعُوهُمْ إِلَى الْهُدَىٰ
لَا يَتَّبِعُوكُمْ ۚ سَوَاءٌ عَلَيْكُمْ أَدَعَوْتُمُوهُمْ أَمْ أَنْتُمْ
صَامِتُونَ
Dan jika kamu (hai orang-orang musyrik) menyerunya (berhala)
untuk memberi petunjuk kepadamu, tidaklah berhala-berhala itu dapat
memperkenankan seruanmu; sama saja (hasilnya) buat kamu menyeru mereka ataupun
kamu berdiam diri.
إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ
اللَّهِ عِبَادٌ أَمْثَالُكُمْ ۖ فَادْعُوهُمْ فَلْيَسْتَجِيبُوا لَكُمْ إِنْ
كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu
adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah
berhala-berhala itu lalu biarkanlah mereka mmperkenankan permintaanmu, jika
kamu memang orang-orang yang benar.
أَلَهُمْ أَرْجُلٌ يَمْشُونَ بِهَا ۖ
أَمْ لَهُمْ أَيْدٍ يَبْطِشُونَ بِهَا ۖ أَمْ لَهُمْ أَعْيُنٌ يُبْصِرُونَ بِهَا ۖ
أَمْ لَهُمْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۗ قُلِ ادْعُوا شُرَكَاءَكُمْ ثُمَّ
كِيدُونِ فَلَا تُنْظِرُونِ
Apakah berhala-berhala mempunyai kaki yang dengan itu ia
dapat berjalan, atau mempunyai tangan yang dengan itu ia dapat memegang dengan
keras, atau mempunyai mata yang dengan itu ia dapat melihat, atau mempunyai
telinga yang dengan itu ia dapat mendengar? Katakanlah: "Panggillah
berhala-berhalamu yang kamu jadikan sekutu Allah, kemudian lakukanlah tipu daya
(untuk mencelakakan)-ku. tanpa memberi tangguh (kepada-ku)" (QS
al-A'raf : 191 - 195)
Karena, dalam logika sederhana, menyamakan Allah dengan
mahlukNya dalam hal penyembahan merupakan sikap kebodohan, penuh kontradiktif.
Apakah makhluk yang dipertuhankan selain Allah itu mampu melakukan dan
megijabah do'a-do'a makhluk?! Tentu tidak, karena semua itu hanyalah wilayah
khusus dan dominasi Allah semata
إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ
اللّهِ عِبَادٌ أَمْثَالُكُمْ فَادْعُوهُمْ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لَكُمْ إِن كُنتُمْ
صَادِقِينَ
Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu
adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah
berhala-berhala itu lalu biarkanlah mereka memperkenankan permintaanmu, jika
kamu memang orang-orang yang benar. (QS al-A'raf : 194)
Bukti-Bukti Penciptaan (Dalil
Al-Ikhtira' Wa Al-Insya) Sebagai Dasar Ibadah Dan Sikap Takwa.
Dari beragam argumen yang kita sebutkan, bisa disimpulkan
bahwa Allah menyuruh mengenal, menyembah dan bertakwa kepadaNya karena alasan
penciptaan (Dalil al-Ikhtira' wa al-Insya) dan bukti-bukti perhatian
Allah (dalil al-Inayah wa al-Himah) yang senantiasa aktual kepada seluruh
makhluk.
Argumen-argumen seperti ini begitu beragam dalam al-Qur'an.
Walaupun terangkum secara sederhana dalam firmaNya
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ
فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ
مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا
وَأَنْتُمْ تَعْلَمُون
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan
langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena
itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu
mengetahui. (QS Al-Baqarah : 21-22)
Argumen Serupa Ditemukan Pada Beberapa Ayat Berikut :
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ
مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ
وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ ۖ وَسَخَّرَ
لَكُمُ الْأَنْهَارَ
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan
menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan
itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan
bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan
Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.
وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ ۖ
وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan
yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam
dan siang. (QS Ibrahim : 32-33)
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي
الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ
مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ
دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ
وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih
bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu
dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di
bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran
Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS Al-Baqarah 164)
Artinya, jika semua hal itu dilakukan oleh Allah semata,
lalu kenapa kalian tidak menyembah Dia saja?! Kenapa kalian menyembah yang
lain, padahal tidak ada diantara mereka yang mampu melakukan hal yang
sama?! Demikianlah makna penciptaan Allah terhadap segala sesuatu,
sebatas yang bisa dipahami oleh manusia.
Sebagai penutup, seorang kaum sekuler pernah menepuk dada
dan mengaku bisa menciptakan makhluk. Ketika ditanya, "Mana
ciptaanmu?!," Maka dia mengambil seonggok daging lalu dimasukkan ke wadah
tertutup selama 3 hari. Setelah itu, terlihatlah banyak ulat di dalamnya. Lalu
dia berkata, "Inilah ciptaannku."
Berkatalah beberapa orang yang hadir di situ, "Betul
ini ciptaanmu?!," Dengan bangga ia menjawab, "Ia.
Betul." "Berapa jumlahnya?!, Berapa yang berjenis kelamin
laki-laki?!, Berapa yang berjenis kelamin perempuan?!, Maka dia terlihat
bingung tanpa jawaban. "Apakah engkau bisa menjamin
rezekinya?!," Dia tampak makin gusar. Akhirnya, kaum sekuler itu diam
tanpa kata-kata lagi. Wallahu a'lam.
Makkah al-Mukarramah,selasa, 28 Agustus 2018 (19 Zulhijjah
1439 H)
Sumber
:
1. Fiqh
al-Asma al-Husnaa, Dr. Abdul Razzaq bin Abdul Muhsin al-Badr.
2. Makna
Ismu al-Khaliq wa al-Khallaq, Wahid Bali, http://www.alukah.net
3. Syarah
al-Asma al-Husnaa, 15 al-Khaliq http://alrashedoon.com/?p=2058
0 komentar:
Post a Comment