Friday, November 9, 2018

Makna Penciptaan Allah Terhadap Alam Semesta (al-Khaliq wa al-Khallaq)


Ust. H. Idrus Abidin, Lc., MA.
Pendahuluan.
Salah satu konsekwensi Rububiyah Allah Swt yang berawal dari kehidupan (Al-Hayy) dan kesibukan-Nya (al-Qayyum) mengurus makhluk adalah kemampuan-Nya menciptakan (al-Khaliq wa al-Khallaq) segala hal di alam semesta ini.
Sebagai nama dan sifat Allah, ‌al-Khaliq mengandung salah satu kategori dari 2 makna berikut :

1)   Zat yang mengadakan dan menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan tanpa didahului oleh hal atau bentuk serupa sebelumnya.


قَالَ كَذَلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَقَدْ خَلَقْتُكَ مِن قَبْلُ وَلَمْ تَكُ شَيْئًا

Tuhan berfirman: "Demikianlah". Tuhan berfirman: "Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesunguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali". (QS Maryam : 9)
2)   Menetapkan rancangan atau proyeksi (takdir) terhadap sesuatu sebelum diadakan atau diproduksi/diciptakan.
Ayat-Ayat Yang Semakna Dengan Kategori Pertama Dan Kedua Ini Seperti :
A. QS al-A'laa ayat 2-3.
الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّىٰ وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَىٰ
yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk,
B. QS al-Qomar 49
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍٍ
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
C. QS al-Anbiyaa 104

يَوْمَ نَطْوِي السَّمَاءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِ ۚ كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ ۚ وَعْدًا عَلَيْنَا ۚ إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ

(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.
Sebenarnya, penciptaan Allah terhadap segala sesuatu mencakup kedua makna tersebut di atas sekaligus. Karena, penciptaan makhluk senantiasa terkait secara langsung dengan proyeksi Allah (takdir)  melalui empat tahapan berikut ini :
1)      Tahapan perencanaan (takdir)
Tahapan ini berawal dari pengetahuan Allah secara mendasar ('ilm) yang maha mengetahui segala hal dari yang meliputi masa lalu, masa depan dan masa yang akan datang.
2)      Tahap penulisan (kitabah) hasil proyeksi tersebut dengan pena di lauh Mahfudz. Mulai dari modelnya, tabiat aslinya, potensi baik buruknya hingga jaminan hidayah dan segala hal yang terkait dengannya secara utuh.
3)      Tahapan kehendak Allah (masyi'ah). Yaitu bahwa di dunia ini, tidak ada mahluk yang tercipta dan kejadian yang terjadi di luar kehendak dan keinginan Allah SWT.
4)      Tahap penciptaan (qadha) sesuai dengan proyeksi awal dan perwujudan semua ketetapan takdir sesuai kehendak Allah, sebagaimana yang tercatat di lauh Mahfudz.
Jadi, penciptaan makhluk berdasarkan pada pengetahuan dan kekuasaan Allah yang maha luas, disusul dengan penulisan proyeksi penciptaan itu di lauh Mahfudz. Kemudian dilanjutkan dengan kehendak Allah (masyi'ah) yang memastikan makhluk tersebut diadakan dan dicipta secara real dalam kehidupan nyata. Demikianlah mekanisme dan makna penciptaan Allah terhadap segala sesuatu (al-Khaliq).

Makna Al-Khallaq Dan Perbedaannya Dengan Al-Khaliq.
Secara kebahasaan, al-Khallaq merupakan model kata  yang bermakna lebih atau paling (sigah mubalagah). Artinya, dengan nama al-Khallaq, Allah menunjukkan diriNya sebagai yang lebih dan paling hebat dalam mencipta. Nama al-Khallaq ini hanya ditemukan 2 x dalam Al-Qur'an. Yaitu pada surat  al-Hijr ayat  86
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.
Dan surat Yasin ayat 81
بَلَى وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ
Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.
Keduanya menunjukkan kehebatan Allah dalam mencipta, terutama mengembalikan mahluk dari kematiannya menjadi hidup kembali pada hari kiamat kelak dalam bentuk sempurna, tanpa kekurangan apa pun. Bahkan, maknanya mencakup kemampuan Allah menciptakan makhluk baru yang jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Seperti, menciptakan penduduk surga dengan beragam kelebihan tanpa ada kekurangan sama sekali. Kelebihan yang dimaksud seperti manusia tidak lagi mengalami sakit, tidak berkeringat, tidak mati, tidak bau, tidak dll. Bahkan kehidupan di surga makin hari makin bagus tanpa mengenal kemunduran dan stagnasi.
Perbedaannya dengan al-Khaliq adalah bahwa al-Khaliq bermakna mengadakan dan menciptakan makhluk dari ketiadaan, tanpa ada yang serupa sebelumnya, dari mulai tahap pengetahuan ('Ilm) yang menghasilkan proyeksi (Qadr), lalu berlanjut ke tahap penulisan (kitabah), disusul dengan tahap kehendak  dan izin penciptaan (Masyi'ah), hingga tahap penciptaan secara real di alam nyata (qadha).
Sedang al-Khallaq berarti pencipta yang merancang ciptaanNya sesuai jumlah (kimmiyah) dan  model makhluk (kaifiyah) yang dikehendakiNya. Secara jumlah, Allah menciptakan makhluk sebanyak yang dikehendaki, mematikan makhluk lalu mengembalikannya lagi sesuai kehendakNya dll. 
إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ أَيُّهَا النَّاسُ وَيَأْتِ بِآخَرِينَ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى ذَلِكَ قَدِيرًا
Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu wahai manusia, dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai penggantimu). Dan adalah Allah Maha Kuasa berbuat demikian. (QS an-Nisaa 133)
وَرَبُّكَ الْغَنِيُّ ذُو الرَّحْمَةِ إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَسْتَخْلِفْ مِنْ بَعْدِكُمْ مَا يَشَاءُ كَمَا أَنْشَأَكُمْ مِنْ ذُرِّيَّةِ قَوْمٍ آخَرِينَ
Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain. (QS al-An'am :  133)
Sedang secara model, Allah menciptakan makhluk dalam bentuk yang paling ideal. Allah menegaskan
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah (QS as-Sajdah : 7)
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ
Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq. Dia membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kembali(mu). (QS at-Tagabun 3)
وَالْخَيْلَ وَالْبِغَالَ وَالْحَمِيرَ لِتَرْكَبُوهَا وَزِينَةً وَيَخْلُقُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. (QS an-Nahl : 81)
Dengan demikian, sebagai al-Khallaq, Allah menciptakan makhluk sesuai jumlah dan model yang dikehendakiNya  serta maha mampu mengembalikan makhlukNya seperti sedia kala di akhirat setelah melewati pase kematian. Bahkan, menciptakan makhluk baru yang jauh lebih bagus dari sebelumnya juga termasuk dalam kategori makna al-Khallaq ini. Sehingga orang-orang yang mengatakan bahwa ciptaan Allah yang ada sekarang sudah sampai ke tahap maksimal dan Allah tidak mampu lagi menciptakan yang jauh lebih bagus dari yang ada sekarang, terbantahkan secara langsung.
Manusia  Tidak Pantas Disebut Pencipta (Cukup Disebut Penemu)
Bagi manusia, sebenarnya tidak pantas disebut telah menciptakan sesuatu (pencipta). Misalnya, dlm tradisi dan budaya kita di Indonesia, siapapun yang menghasilkan produk baru disebut sebagai pencipta. Seperti, pencipta lagu, pencipta mesin uap, pencipta mobil dll. Padahal,  pencipta sesuatu dalam artian tanpa ada model dan bentuk serupa sebelumnya hanyalah murni dominasi Allah Swt. Manusia yang berhasil mengadakan produk baru yg belum ada sebelumnya hanya maksimal disebut penemu. Yaitu, menemukan cara merangkai sesuatu dengan yang lainnya, yang telah ada sebelumnya sehingga menjadi temuan unik, tanpa didahului oleh produk serupa. Namun, tidak berarti manusia mengadakannya secara spesifik dari hal-hal yang belum ada sama sekali menjadi ada, sebagaimana ciptaan Allah.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ ۚ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ فَأَنَّىٰ تُؤْفَكُونَ
Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)? (QS Fathir : 3)
Kalaupun manusia menciptakan sesuatu di luar kemampuan manusia secara umum, maka hal tersebut adalah mukjizat yang tidak mungkin terjadi selain pada diri nabi. Tentunya dengan izin Allah SWT. Pada diri nabi Isa alaihissalam hal ini pernah terjadi
أَخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ
Aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah (QS Ali Imran : 49)
Karena manusia hanya berkemampuan sebatas menemukan sesuatu tanpa menciptakannya, maka makhluk apa pun yang disembah selain Allah, pasti ditantang oleh Allah agar yg bersangkutan menunjukkan ciptaannya di kolong langit dan bumi ini 
هَٰذَا خَلْقُ اللَّهِ فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ ۚ بَلِ الظَّالِمُونَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah. Sebenarnya orang-orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata (QS Lukman : 11)
Karena, dalam Islam, yang berhak disembah hanyalah zat yang telah terbukti menciptakan semua hal di alam semesta ini.
Tantangan seperti ini tentu hanyalah tantangan retoris, karena dipastikan Manusia tidak akan mampu menciptakan apa pun, walau hanya sekedar lalat. Sekalipun semua ahli di bidang itu berkumpul untuk merancang proyek penciptaan tersebut sekuat tenaga.  Bahkan, jangankan menciptakan lalat. Ketika lalat mencuri makanan manusia saja, lalu mereka dituntut mengembalikan makanan itu ke posisi semula, mereka pasti tidak bisa melakukannya. 
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ ۚ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ ۖ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ۚ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ
Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. (QS al-Hajj : 73-74) 
Ini Allah lakukan untuk menunjukkan ketidakpantasan makhluk dijadikan sesembahan selain Allah. 
Setiap Ciptaan Mengandung Hikmah dan Tujuan Tertentu.
Selain Allah mampu menciptakan seluruh makhluk, Allah juga mencipta dengan tujuan yang jelas. Tidak ada makhluk Allah yang dicipta sia-sia, tanpa arah dan tujuan. 
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS al-Mukminun : 115). 
Tujuan penciptaan makhluk adalah agar manusia dan jin mengenal Allah dan menyembahNya dg penuh cinta, harapan yg tinggi untuk memperoleh rahmatNya dan supaya terhindar dari azabNya. 
{اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْماً}
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS at-Thalaq : 12)
Namun, manusia banyak yang lalai dari tujuan ini. Mereka mengakui Rububiyah Allah dalam penciptaan ini, tapi tidak menyembah Allah sebagaimana mestiNya. Mereka mengakui Rububiyah Allah tapi mengingkari uluhiyyahNya. Padahal, Rububiyah Allah itu konsekwensinya adalah ketundukan secara penuh kepada uluhiyahNya. 
Inilah makna firman Allah 
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللّهِ إِلاَّ وَهُم مُّشْرِكُونَ
Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain). (QS Yusuf : 106)
Artinya, dalam hal Rububiyah, manusia dianggap beriman dan bertauhid. Tapi dalam hal tauhid uluhiyah banyak yang justru melakukan kesyirikan. Banyak sekali pernyataan Allah dalam Al-Qur'an menyoroti kesalahan sikap manusia ini. Contohnya, firman Allah
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ۖ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ
Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka. (QS al-An'am : 1),  
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). (QS al-Ankabut : 61), 
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۚ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah: "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS Lukman : 25)
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ۖ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَفْعَلُ مِنْ ذَٰلِكُمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. (QS ar-Rum : 40)
Bahkan, terkadang Allah menggunakan pertanyaan retoris dalam masalah ini agar fitrah manusia bisa tergugah dan menyadari kesalahan mereka ini : 
قُلْ لِمَنِ الْأَرْضُ وَمَنْ فِيهَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah". Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?"
قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah". Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?"
قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ فَأَنَّىٰ تُسْحَرُونَ
Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah". Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?" (QS al-Mukminun : 84 - 89)
Contoh lain
قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسَلَامٌ عَلَىٰ عِبَادِهِ الَّذِينَ اصْطَفَىٰ ۗ آللَّهُ خَيْرٌ أَمَّا يُشْرِكُونَ
Katakanlah: "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia?"
أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُنْبِتُوا شَجَرَهَا ۗ أَإِلَٰهٌ مَعَ اللَّهِ ۚ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ
Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran). (QS an-Naml : 59-60)
Pantaslah ketika Allah menunjukkan keherananNya terhadap penomena dan kebodohan manusia ini
أَيُشْرِكُونَ مَا لَا يَخْلُقُ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ
Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhada-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang.
وَلَا يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا وَلَا أَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُونَ
Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiripun berhala-berha]a itu tidak dapat memberi pertolongan.
وَإِنْ تَدْعُوهُمْ إِلَى الْهُدَىٰ لَا يَتَّبِعُوكُمْ ۚ سَوَاءٌ عَلَيْكُمْ أَدَعَوْتُمُوهُمْ أَمْ أَنْتُمْ صَامِتُونَ
Dan jika kamu (hai orang-orang musyrik) menyerunya (berhala) untuk memberi petunjuk kepadamu, tidaklah berhala-berhala itu dapat memperkenankan seruanmu; sama saja (hasilnya) buat kamu menyeru mereka ataupun kamu berdiam diri.
إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ عِبَادٌ أَمْثَالُكُمْ ۖ فَادْعُوهُمْ فَلْيَسْتَجِيبُوا لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah berhala-berhala itu lalu biarkanlah mereka mmperkenankan permintaanmu, jika kamu memang orang-orang yang benar.
أَلَهُمْ أَرْجُلٌ يَمْشُونَ بِهَا ۖ أَمْ لَهُمْ أَيْدٍ يَبْطِشُونَ بِهَا ۖ أَمْ لَهُمْ أَعْيُنٌ يُبْصِرُونَ بِهَا ۖ أَمْ لَهُمْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۗ قُلِ ادْعُوا شُرَكَاءَكُمْ ثُمَّ كِيدُونِ فَلَا تُنْظِرُونِ
Apakah berhala-berhala mempunyai kaki yang dengan itu ia dapat berjalan, atau mempunyai tangan yang dengan itu ia dapat memegang dengan keras, atau mempunyai mata yang dengan itu ia dapat melihat, atau mempunyai telinga yang dengan itu ia dapat mendengar? Katakanlah: "Panggillah berhala-berhalamu yang kamu jadikan sekutu Allah, kemudian lakukanlah tipu daya (untuk mencelakakan)-ku. tanpa memberi tangguh (kepada-ku)" (QS  al-A'raf : 191 - 195)

Karena, dalam logika sederhana, menyamakan Allah dengan mahlukNya dalam hal penyembahan merupakan sikap kebodohan, penuh kontradiktif. Apakah makhluk yang dipertuhankan selain Allah itu mampu melakukan dan megijabah do'a-do'a makhluk?! Tentu tidak, karena semua itu hanyalah wilayah khusus dan dominasi Allah semata
إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ عِبَادٌ أَمْثَالُكُمْ فَادْعُوهُمْ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لَكُمْ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah berhala-berhala itu lalu biarkanlah mereka memperkenankan permintaanmu, jika kamu memang orang-orang yang benar. (QS al-A'raf : 194)
Bukti-Bukti Penciptaan (Dalil Al-Ikhtira' Wa Al-Insya) Sebagai Dasar Ibadah Dan Sikap Takwa.
Dari beragam argumen yang kita sebutkan, bisa disimpulkan bahwa Allah menyuruh mengenal, menyembah dan bertakwa kepadaNya karena alasan penciptaan  (Dalil al-Ikhtira' wa al-Insya) dan bukti-bukti perhatian Allah (dalil al-Inayah wa al-Himah) yang senantiasa aktual kepada seluruh makhluk. 
Argumen-argumen seperti ini begitu beragam dalam al-Qur'an. Walaupun terangkum secara sederhana dalam firmaNya 
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُون
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (QS Al-Baqarah : 21-22)
Argumen Serupa Ditemukan Pada Beberapa Ayat Berikut :
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ ۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْأَنْهَارَ
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.
وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ ۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. (QS Ibrahim : 32-33)
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS Al-Baqarah 164)
Artinya, jika semua hal itu dilakukan oleh Allah semata, lalu kenapa kalian tidak menyembah Dia saja?! Kenapa kalian menyembah yang lain, padahal tidak ada diantara mereka yang mampu melakukan hal yang sama?!  Demikianlah makna penciptaan Allah terhadap segala sesuatu, sebatas yang bisa dipahami oleh manusia. 
Sebagai penutup, seorang kaum sekuler pernah menepuk dada dan mengaku bisa menciptakan makhluk. Ketika ditanya, "Mana ciptaanmu?!," Maka dia mengambil seonggok daging lalu dimasukkan ke wadah tertutup selama 3 hari. Setelah itu, terlihatlah banyak ulat di dalamnya. Lalu dia berkata, "Inilah ciptaannku."
Berkatalah beberapa orang yang hadir di situ, "Betul ini ciptaanmu?!," Dengan bangga  ia menjawab, "Ia. Betul." "Berapa jumlahnya?!, Berapa yang berjenis kelamin laki-laki?!, Berapa yang berjenis kelamin perempuan?!, Maka dia terlihat bingung tanpa jawaban. "Apakah engkau bisa menjamin rezekinya?!," Dia tampak makin gusar. Akhirnya, kaum sekuler itu diam tanpa kata-kata lagi. Wallahu a'lam

Makkah al-Mukarramah,selasa, 28 Agustus 2018 (19 Zulhijjah 1439 H)

Sumber :

1. Fiqh al-Asma al-Husnaa, Dr. Abdul Razzaq bin Abdul Muhsin al-Badr.
2. Makna Ismu al-Khaliq wa al-Khallaq, Wahid Bali, http://www.alukah.net
3. Syarah al-Asma al-Husnaa, 15 al-Khaliq http://alrashedoon.com/?p=2058

0 komentar:

Post a Comment

Categories

About Us

There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form.

Contact Form