Tuesday, June 26, 2012

Syarah Hadits Arba'in 4


Oleh : Idrus Abidin, Lc., MA.
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STIDA AL-MANAR) Jakarta.
HADITS KE -10.
PENGARUH KEHALALAN MAKANAN TERHADAP
TERKABULNYA DO’A

عن أبي هريرة –رضي الله عنه – قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم " إن الله تعالى طيب لا يقبل إلا طيبا ،وان الله أمر المؤمنين بما أمر به المرسلين ..فقال تعالى " يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا... " المؤمنون /51... وقال الله تعالى يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُم ..." البقرة/172 ... ثم ذكر رجل يطيل السفر أشعث اغبر يمد يده إلى السماء يا رب يا رب ، ومطعمه حرام ومشربه حرام وملبسة حرام وغذي بالحرام فإنى يستجاب له
TERJEMAHAN.
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anh, ia berkata : “Telah bersabda Rasululloh : “ Sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin (seperti) apa yang telah diperintahkan kepada para rasul, maka Allah telah berfirman: Wahai para Rasul, makanlah dari segala sesuatu yang baik dan kerjakanlah amal shalih. Dan Dia berfirman: Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa-apa yang baik yang telah Kami berikan kepadamu.’ Kemudian beliau menceritakan kisah seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, berambut kusut, dan berdebu menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhan, wahai Tuhan” , sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dikenyangkan dengan makanan haram, maka bagaimana orang seperti ini dikabulkan do’anya".
[Muslim no. 1015]

PENGANTAR.

            Pada bayak tempat dalam Al-Qur'an, Allah swt sering menegaskan kesucian-Nya dari berbagai aib dan kekurangan. Kadang menafikan kemungkinan adanya anak, kemungkinan adanya tindak kezhaliman terhadap hamba-hamba-Nya dan kemungkinan terserang rasa kantuk dan tidur. 
           
PENJELASAN.
           
            Pada hadits ini, Rasulullah saw juga menegaskan bahwa Allah swt maha suci. Allah swt thoyyib (baik) dan tentunya tidak menerima ibadah, khusunya do'a, kecuali jika bernilai thoyyib (baik) pula. Penolakan terhadap do'a di sini akibat dari komsumsi makanan dan minuman yang tidak bernilai thoyyib (halal). Disamping itu, pakaian yang tidak bernilai thoyyib serta penghasilan yang ditengarai berasal dari cara-cara yang haram, termasuk diantara faktor ditolaknya sebuah do'a. Padahal do'a di atas disertai dengan sebab-sebab kuat diterimanya do'a, seperti : sedang musafir, mengangkat ke dua tangan, meratap, berpenampilan kumal dan berdebu.
            Untuk memperjelas sebab-sebab diterimanya do'a dan sebagian adab-adabnya, di sini kita singgung secara singkat :


1.      Musafir. 
Rasulullah saw bersabda, "Tiga bentuk do'a diijabahi oleh Allah swt tanpa adanya keraguan : do'a orang-orang yang terzhalimi, do'a orang-orang yang sedang musafir dan do'a orang tua tehadap anaknya". Ulama beralasan bahwa dengan perjalanan jauh, seseorang akan merasakan beratnya tantangan hidup karena jauh dari sanak famili. Kondisi ini membuat seseorang merasa sangat membutuhkan bantuan Allah swt. Keadaan seperti inilah yang membuat do'anya mudah terkabulkan.
2.      Berpakaian kumal dan berdebu.
Rasulullah saw bersabda, "Mungkin saja ada orang yang berpakaian kumal dan berdebu, jika bertamu maka pasti kedatangnnya ditolak, tetapi jika bersumpah dengan nama Allah, maka Allah swt membenarkan sumpahnya (menerima permohonannya)".
3.      Mengangkat kedua tangan.
Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya Allah swt maha pemalu lagi maha pemurah. Ia malu jika hambanya-Nya menegadahkan kedua tangannya lalu kembali dengan tangan kosong sambil merasa sial"
4.      Memilih makanan, minuman, pakaian dan penghasilan yang halal. Rasulullah saw bersabda, "Perbaiki makananmu niscaya do'amu mudah  terkabulkan".
5.      Mengulang-ulang do'a sebanyak tiga kali dengan disertai kesungguhan. Ibnu Mas'ud bercerita, "Rasulullah saw sangat senang mengulang-ulang do'anya sebanyak tiga kali dan berisigfar sebanyak tiga kali pula".
            Kelima hal di atas merupakan intisari dari hadits yang sedang kita bahas. Selain sebab dan adab di atas, do'a juga memiliki sebab dan adab yang merupakan hasil perpaduan dari nash-nash lain, seperti :
·         Menghadap kiblat,
·         Memilih waktu-waktu yang tepat dan keadaan yang baik, seperti : hari arafah, waktu sahur, ketika sujud, ketika turun hujan dll,
·         Memulai do'a dengan memuji, memuliakan, dan mensucikan Allah swt kemudian bershalawat kapada nabi.
·         Khusyu' dengan suara yang tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu rendah.
·         Berdo'a dengan sesuatu yang tidak mengandung dosa atau pemutusan silatarahmi.
·         Tidak tergesa-gesa menunggu jawaban.
·         Yakin bahwa do'anya akan dikabulkan.
·         Memilih do'a yang singkat dan jelas.
·         Dll.
            Semoga kita bisa tetap menjaga makanan, minuman, pakaian dan penghasilan kita dari unsur-unyang haram sehingga do'a kita diterima oleh Allah swt. Amin. 



HADITS  KE-11.
MENINGGALKAN PERKARA YANG MERAGUKAN STATUSNYA

عن أبي محمد الحسن بن علي بن أبي طالب سبط رسول الله صلى الله عليه وسلم وريحانته رضي الله عنهما قال حفظت من رسول الله صلى الله عليه وسلم " دع ما يريبك إلى ما لا يريبك " رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح
TERJEMAHAN.
Dari Abu Muhammad, Al Hasan bin ‘Ali bin Abu Thalib, cucu Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan kesayangan beliau radhiallahu 'anhuma telah berkata : “Aku telah menghafal (sabda) dari Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “Tinggalkanlah apa-apa yang meragukan kamu, bergantilah kepada apa yang tidak meragukan kamu“.(HR. Tirmidzi dan berkata Tirmidzi : Ini adalah Hadits Hasan Shahih)
[Tirmidzi no. 2520, dan An-Nasa-i no. 5711]

PENGANTAR.

            Keraguan dalam perkara agama merupakan inti dari syubhat. Sedang syubhat dapat dihilangkan dengan belajar. Tapi ketika kondisi menghendaki kita untuk memilih antara melakukan sesuatu atau tidak, sedang hal tersebut masih tidak jelas status halal haramnya, maka hatilah yang menjadi pemutus. Jika hati tidak merasakan keraguan tentang status sesuatu, maka tidaklah mengapa melakukannya. Tapi jika hati merasakan keraguan, tentu meniggalkannya lebih tepat, mengingat melakukan sesuatu yang tidak jelas biasanya mendatangkan keresahan.
            Di sini, hati memiliki peranan besar. Hati yang memiliki stok keimanan yang begitu lumayan dapat mendeteksi status sesuatu. Jika sesuai dengan aturan umum Islam maka biasanya hati tidak memberontak. Tapi jika memang bermasalah, hati terkadang memunculkan keraguan. Karenanya, ungkapan Rasulullah saw yang berbunyi, "Mintalah nasehat dari hatimu" sangatlah pantas dilakukakan pada kondisi demikian.

PENJELASAN.

            "Tinggalkanlah yang meragukanmu menuju apa yang tidak meragukan" keyakinan adalah lawan dari keraguan. Keyakinan biasanya lahir dari ilmu yang baik. Dalam Islam, ilmu secara umum terbagi dua. Pertama, ilmu yang berkaitan dengan apa yang dapat memunculkan keyakinan. Ilmu ini sering disebut Iman.  Kedua, ilmu tentang cara Rasulullah saw memberlakukan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Baik pada tingkat pribadi, keluarga maupun masyarakat. Ilmu ini disebut Amal.
            Keraguan yang dimaksud dalam hadits ini adalah keraguan yang menyangkut perkara halal dan haram. Ragu pada kedua hal tersebut menyebabkan seseorang susah menentukan sikap terhadap sebuah masalah. Tapi Rasulullah saw memberikan rumusan umum, berupa hal-hal yang meragukan seharusnya ditinggalkan. Karena dengan keraguan seperti itu, manusia rentan terjatuh dalam perkara haram. Selain itu, sebelumnya dijelaskan bahwa meningalkan perkara syubhat dapat menyelamatkan agama dan kehormatan seseorang. Bahkan bukan itu saja, dengan meningalkan perkara syubhat, manusia dapat menghindarkan dirinya dari kesempitan jiwa, perasaan kalut dan penyesalan.
            Selain syubhat, syahwat juga menjadi penyakit manusia dalam beragama. Dengan syubhat dan syahwat, setan berusaha mengelabui manusia. Karena dengan syubhat, setan dapat menjerumuskan seseorang kedalam lembah haram dan perkara-perkara bid'ah. Sedang dengan syahwat, setan dapat menggelincirkan manusia ke dalam lorong gelap larangan.
            Dengan meninggalkan perkara yang meragukan, manusia bisa terpola dalam sifat wara'. Yaitu sifat yang menggambarkan kehati-hatian dalam berbuat. Wara' adalah ciri khas kaum beriman. Karenanya, banyak kisah yang menggambarkan wara'nya sahabat, tabiin dan genarasi setelahnya.
            Sebagai contoh, Abu Bakar ra pernah memakan sesuatu dari pajak yang diberikan oleh hamba sahanyanya. Setelah beliau makan, sahaya tersebut berkata kepada Abu Bakar, "Tahukah anda asal makanan yang anda makan tadi ? Abu Bakar balik bertanya, "Dari mana asalnya ? Sahaya tersebut menjawab bahwa itu adalah hasil perdukunan yang dilakukannya pada zaman jahiliah. Abu bakar lalu memasukkan jarinya ke dalam tenggorokannya hingga memuntahkan semua isi perutnya.
            Namun demikian, sikap wara' hanya cocok bagi orang yang istiqomah dalam berislam. Adapun orang-orang yang masih terkadang berlumur dosa-dosa besar tentu tidak layak baginya. Bahkan tidak sedikit orang yang terlihat memaksakan diri dalam hal ini. Mereka sangat selektif ketika makan daging sembelihan, tapi tanpa sadar sering memakan daging sesamanya sendiri melalui praktek ghibah yang digelutinya. Karena itulah, ketika ada penduduk Iraq menanyakan status hukum darah nyamuk, beliau berkata, "Mereka bertanya kepadaku tentang darah nyamuk, sementara mereka telah membunuh cucu nabi, Husain. Padahal Husain diklaim oleh Rasulullah saw sebagai penduduk sorga".  Wallahu a'lam.
            Semoga Allah swt menganugrahkan ilmu-Nya kepada kita supaya kita terbebas dari keraguan dalam berbuat. Amin.
           


HADITS KE-12.
TOLAK UKUR KUALITAS KEISLAMAN SESEORANG

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم " من حسن إسلام المرء ترك ما لا يعنيه " حديث حسن رواه الترمذي وغيره هكذا
TERJEMAHAN.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata : "Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : "Sebagian dari kebaikan keislaman seseorang ialah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya"
[Tirmidzi no. 2318, Ibnu Majah no. 3976]

PENGANTAR.

            Muslim adalah orang yang menjadikan hidupnya sebagai ladang amal. Sikap dan tingkah lakunya diperioritaskan pada hal-hal yang dapat mendatangkan manfaat, baik pada skala pribadi, keluarga maupun masyarakat. Hidup yang terbatas dengan amanah da'wah yang begitu berat tentu menghendaki setiap pribadi muslim melakukan amal-amal terbaik sebagai sahamnya kelak ketika menghadap kepada sang pencipta. Kontribusinya dalam mewujudkan kehidupan yang lebih beradab sangat nyata. Sehingga apapun yang berkategori sia-sia, termasuk di dalamnya canda tawa yang tidak mengandung hikmah, sangat ia hindari.
            Lidah termasuk nikmat Allah swt yang harus dijaga aktifitasnya. Tidak sedikit orang yang terjerumus dalam kubangan dosa akibat lidah yang tidak mengenal batas. Nauzubillah. Bahkan terkadang menyerempet hal-hal yang tidak terkait dengan dirinya. Karena itulah, statemen Rasulullah saw bahwa diantara indikasi utama baik tidaknya keislaman seseorang terlihat dari kemampuannya meninggalkan hal-hal yang tidak penting dan tidak terkait dengannya, sangat penting untuk diresapi dan dijadikan pedoman.

PENJELASAN.

            "Diantara indikasi baiknya keislaman seseorang adalah meningalkan sesuatu yang tidak berguna baginya". Inilah sabda Rasulullah saw yang menerangkan bahwa muslim yang baik adalah muslim yang memiliki perioritas hidup yang matang. Hal yang berada di luar targetnya dan tidak memiliki keterkaitan dengan fokus utamanya tidaklah memalingkan perhatiannya.
            Terkait dengan ucapan, Allah swt berfirman :
"Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang selalu hadir". (QS.Qaaf : 18).
            Dengan demikian, kehati-hatian dalam berucap perlu menjadi perhatian. Karena betapa banyak orang yang menganggap bahwa berbicara bukanlah merupakan aktifitas yang nantinya akan dihadapkan pada timbangan akhirat. Hal seperti ini yang pernah menimpa salah seorang sahabat Rasulullah saw yang bernama Muaz bin Jabal Radhiyallahu Anhu. Ia pernah bertanya kepada Beliau, "Wahai Nabi Allah ! Apakah kita disiksa akibat ucapan kita ? Rasulullah saw menjawab, "Semoga ibumu menyusahkanmu ! Bagaimana mungkin manusia terjuangkal ke dalam api neraka dengan wajah tertelungkup kalau bukan karena ucapan mereka ?!". (HR……………)
            Di samping itu, manusia tampak lebih berwibawa jika membiasakan dirinya dengan ucapan-ucapan yang baik atau banyak diam. Mengobral ucapan tanpa target yang jelas menunjukkan rendahnya kwalitas peribadi seseorang. Mungkin pribahasa yang berbunyi "Tong kosong nyaring bunyinya" pantas disematkan kepada orang demikian.
            Dengan menjauhkan diri dari komentar yang tidak berguna maka seseorang akan terlepas dari beban yang mungkin saja akan menghimpitnya, terutama jika berkaitan dengan kehormatan orang lain.
            Semoga kita dianugrahi oleh Allah swt lidah yang selalu bersyukur dan berzikir, sehingga kita terhindar dari ucapan rendahan. Amin.        

  




0 komentar:

Post a Comment

Categories

About Us

There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form.

Contact Form