SEMANGAT BERKOMPETISI DALAM KEBAIKAN
Penyusun: Idrus Abidin, Lc., M.A
1. Pengantar
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia dianjurkan untuk berlomba melakukan kebaikan. Perilaku tersebut dikenal dengan istilah fastabiqul khairat. Maka dari itu, hidup untuk berlomba-lomba dalam melakukan amal kebaikan merupakan keniscayaan yang musti dijalani. Tujuannya, yaitu agar manusia tidak merugi karena melakukan hal yang sia-sia. Berlomba dalam kebaikan tidak hanya mencakup melakukan amal saleh, tetapi juga melibatkan upaya untuk menyempurnakan amalan tersebut, melaksanakannya dengan cara yang paling sempurna, dan segera melakukannya tanpa menunda-nunda. Hal ini menunjukkan bahwa berlomba dalam kebaikan bukan hanya soal kuantitas, tetapi juga kualitas. Orang yang berlomba dalam kebaikan berusaha agar amalnya diterima dengan cara melakukan amalan tersebut sebaik mungkin, dengan penuh ikhlas, dan mengikuti tuntunan yang benar. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
احْرِصْ علَى ما يَنْفَعُكَ
“Bersemangatlah dalam menggapai hal yang bermanfaat untukmu.” (HR. Muslim no. 2664)
2. Pengertian.
Berlomba-lomba dalam kebaikan adalah bergegas melaksanakan kebaikan tanpa ragu dan tidak ditunda-tunda. Ia merpakan upaya maksimal seorang hamba untuk menjadi yang terdepan dalam segala bentuk amal kebaikan. Tentunya dengan berusaha melakukan kebaikan dengan kualitas terbaik, menjaga konsistensi dalam melakukannya, dan selalu berusaha lebih cepat dalam mengerjakan amal kebaikan dibandingkan orang lain.
Perintah berlomba dalam kebaikan lebih tinggi dari sekedar melakukan kebaikan. Karena berlomba dalam kebaikan mencakup mengerjakan, menyempurnakan, berusaha mengerjakannya (kebaikan) sebaik mungkin, dan bersegera terhadap sebuah kebaikan. Barangsiapa ketika di dunia gemar berlomba dalam kebaikan, maka kelak di akhirat ia akan mendapat kesempatan menjadi golongan terdepan masuk ke surga dan memiliki kedudukan yang lebih tinggi.” (Tafsir As-Sa’diy, hal. 72).[1]
3. Tingkatan Kaum Muslimin dalam hal kebaikan dan kompetisi di dalamnya:
A. Di bawah standar (Zalim) karena lalai dari amalan-amalan yang berkategori wajib apalagi yang sekedar sunnah
B. Standar (Adil) karena melaksanakan semua kewajiban dan menambahkan dengan amal-amal sunnah seadanya
C. Maksimal (Profesional/Ihsan) karena aktif melaksanakan amal wajib ditambah dengan amalan sunnah secara maksimal
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar (QS Fathir: 32)
4. Syarat kompetensi dalam kebaikan dan kompetisi di dalamnya
A. Syarat Standar/syarat mutlak
§ Ikhlas
§ Mengikuti Rasulullah (ittiba’)
B. Syarat kesempurnaan
§ Bersegera (mubadarah/musara’ah)
§ Berlomba (Musabaqah)
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS. Al-Mukminun: 60-61)
5. Keutamaan berlomba dan berkompetisi dalam kebaikan.[2]
A. Bukti kesungguhan iman dan baiknya level keyakinan.
"Sesungguhnya Allah telah menggambarkan orang-orang mukmin yang tulus sebagai orang-orang yang bersegera dalam kebaikan demi meraih kebaikan dan keberuntungan. Allah Ta'ala berfirman:
لَيْسُوا سَوَاءً مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُونَ آيَاتِ اللَّهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ وَمَا يَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ يُكْفَرُوهُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالْمُتَّقِينَ
‘Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berdiri (teguh), mereka membaca ayat-ayat Allah pada waktu malam, sedang mereka bersujud (dalam salat). Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, serta bersegera dalam (mengerjakan) berbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. Dan apa saja kebaikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali tidak akan diingkari (pahala)-nya oleh Allah; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa.’ (QS. Ali ‘Imran: 113–115)
B. Bukti kecintaan Allah kepada seorang hamba
"Maka bersegera dalam kebaikan juga merupakan tanda bahwa Allah Ta'ala mencintai seorang hamba, dan bahwa Dia telah memilihnya untuk menjadi salah satu kunci kebaikan di muka bumi. Allah Ta'ala berfirman:
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ
‘Dan Kami jadikan mereka sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan Kami wahyukan kepada mereka untuk melakukan kebajikan, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat, dan mereka hanya menyembah Kami.’ (QS. Al-Anbiya: 73)
وعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم:إِنَّ مِنَ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ ، مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ ، وَإِنَّ مِنَ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلشَّرِّ ، مَغَالِيقَ لِلْخَيْرِ ، فَطُوبَى لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الْخَيْرِ عَلَى يَدَيْهِ ، وَوَيْلٌ لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الشَّرِّ عَلَى يَدَيْهِ.
Dan dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Sesungguhnya di antara manusia ada yang menjadi kunci-kunci kebaikan dan penutup keburukan. Dan sungguh, di antara manusia juga ada yang menjadi kunci-kunci keburukan dan penutup kebaikan. Maka beruntunglah orang yang Allah jadikan kunci-kunci kebaikan melalui tangannya, dan celakalah orang yang Allah jadikan kunci-kunci keburukan melalui tangannya.’ (HR. Ibnu Majah no. 237, dan dinilai sahih oleh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah 3/320)."
C. Sarana untuk meringankan ujian dan menutupi kekurangan dan sejumlah aib serta berbagai kelemahan
"Sesungguhnya orang mukmin yang sejati adalah mereka yang mencintai kebaikan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Bahkan, ia berusaha untuk meringankan kesulitan orang lain, agar ia memperoleh balasan yang baik dan limpahan karunia dari Rabb-nya, baik di dunia maupun di akhirat. Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الآخِرَةِ ، وَمَنْ سَتَرَ أَخَاهُ الْمُؤْمِنَ فِي الدُّنْيَا ، سَتَرَهُ اللهُ فِي الآخِرَةِ ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ.
‘Barang siapa yang meringankan satu kesulitan dari seorang Muslim di dunia, maka Allah akan meringankan satu kesulitan darinya di hari kiamat. Barang siapa menutupi (aib) saudaranya sesama Muslim di dunia, maka Allah akan menutupi (aib)-nya di akhirat. Dan Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya.’ (HR. Abu Dawud no. 4946, dan at-Tirmidzi no. 1425 dan 1930)
Dari Abu Sa’id al-Khudri r.a, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:
صَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئ غَضَبَ الرَّبِّ ، وَصِلَةُ الرَّحِمِ تَزِيْدُ فِي الْعُمرِ ، وَفِعلُ الْمَعْرُوف يَقِي مَصَارِعَ السُّوءِ
‘Sedekah secara diam-diam memadamkan murka Rabb, menyambung tali
silaturahmi menambah umur, dan perbuatan baik dapat menghindarkan dari kematian
yang buruk (akhir hidup yang buruk).’
(Diriwayatkan dalam Syu’abul Iman no. 3442, dan dinyatakan sahih dalam Shahih
al-Jami’ no. 3760)"
D. Sebab Diterimanya Doa dan Terkabulnya Harapan:
Mencintai kebaikan dan bersegera dalam melakukannya merupakan salah satu sebab diterimanya doa. Allah Ta‘ala berfirman:
وَزَكَرِيَّا إِذْ نَادَى رَبَّهُ رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ (89) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Zakariya, ketika ia menyeru Tuhannya: ‘Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan), dan Engkaulah pewaris yang paling baik.’ Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami sempurnakan istrinya untuknya (agar dapat melahirkan). Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam melakukan kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan takut, dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya: 89–90)
Maka dari itu, termasuk dalam doa Nabi ﷺ adalah:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ ، وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ ، وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ ، وَأَنْ تَغْفِرَ لِي وَتَرْحَمَنِي ، وَإِذَا أَرَدْتَ فِتْنَةَ قَوْمٍ ، فَتَوَفَّنِي غَيْرَ مَفْتُونٍ ، أَسْأَلُكَ حُبَّكَ ، وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ ، وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى حُبِّكَ ، قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : إِنَّهَا حَقٌّ ، فَادْرُسُوهَا ، ثُمَّ تَعَلَّمُوهَا
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu perbuatan-perbuatan baik, meninggalkan kemungkaran, dan mencintai orang-orang miskin. Aku memohon agar Engkau mengampuniku dan merahmatiku. Dan apabila Engkau menghendaki fitnah menimpa suatu kaum, maka wafatkanlah aku dalam keadaan tidak terkena fitnah. Aku memohon cinta-Mu, cinta orang-orang yang mencintai-Mu, dan cinta kepada amal yang mendekatkan aku kepada cinta-Mu.” Rasulullah ﷺ bersabda:"Sesungguhnya ini adalah kebenaran, maka pelajarilah ia dan ajarkanlah kepada orang lain." (HR. Ahmad 5/243 no. 22460, dan at-Tirmidzi no. 3235)
6. Beberapa Ayat-ayat terkait perintah berlomba dalam kebaikan
A. [Al-Baqarah: 148]
"Dan bagi tiap-tiap umat ada arah yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Al-Baqarah: 148)
Penjelasan:
Tinggalkanlah kesibukan dalam menghadapi bisikan, fitnah, dan syubhat yang disebarkan oleh Ahli Kitab. Jangan sampai hal itu menyibukkanmu dari beramal dan berlomba dalam kebaikan. Perintah untuk "berlomba-lomba (fastabiqū)" dalam kebaikan lebih kuat dari sekadar "bersegera (sāri‘ū)", karena menunjukkan keinginan untuk menang dan menjadi yang paling utama dalam amal kebaikan. Dia-lah yang memerintahkan kalian untuk menghadap Ka'bah dari berbagai arah; maka Dia pula yang akan mengumpulkan kalian dari segala penjuru bumi menuju padang Mahsyar pada hari kiamat.
B. [Ali 'Imran: 114]
"Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan mereka bersegera dalam melakukan berbagai kebajikan. Mereka itu termasuk orang-orang yang saleh." (QS. Ali ‘Imran: 114)
Penjelasan:
Semakin sempurna keimanan seseorang, maka semakin besar peran dan andilnya dalam amar ma'ruf dan nahi mungkar. Beginilah kebiasaan orang-orang saleh: mereka bersegera dalam kebaikan, karena mereka menginginkannya dan mengetahui nilainya. Mereka tidak malas dan tidak berat melakukannya. Iman, amal, dan dakwah—itulah tiga ciri utama hamba-hamba Allah yang saleh. Derajat kesalehan manusia pun berbeda-beda sesuai dengan kadar tiga hal ini.
C. [Ali 'Imran: 133]
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa." (QS. Ali ‘Imran: 133)
Penjelasan:
Lihatlah bagaimana ampunan Allah disebut lebih dahulu sebelum surga—karena betapa butuhnya kita terhadap ampunan-Nya. Bukankah tak seorang pun akan masuk surga hanya dengan amalnya? Renungilah betapa luasnya surga yang Allah siapkan bagi orang-orang bertakwa. Maka jadilah bagian dari mereka, agar kau bisa memperoleh kebaikannya dan kenikmatannya.
D. [Al-Ma’idah: 48]
"Dan Kami telah menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dengan benar, yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan sebagai penjaga terhadap kitab-kitab itu. Maka putuskanlah perkara di antara mereka menurut apa yang telah diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka terhadap kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah dalam kebaikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu Dia akan memberitahukan kepadamu apa yang kamu perselisihkan." (QS. Al-Ma’idah: 48)
Penjelasan:
Lihatlah betapa banyak makna kebenaran yang terdapat dalam Al-Qur’an—karena ia diturunkan dari Allah yang Maha Benar. Jika Al-Qur’an saja menjadi penjaga (muhayminan) atas kitab-kitab suci terdahulu, maka pastilah ia lebih layak mengungguli segala pendapat, akal, tulisan, dan hasil pemikiran manusia. Menjadikan syariat sebagai pedoman hidup bukan untuk menyenangkan hawa nafsu, atau menyatukan semua pendapat yang saling bertentangan. Tapi untuk menegakkan kebenaran, meskipun ada yang suka atau tidak suka. Orang-orang yang berpaling dari syariat disebut mengikuti "hawa", karena penyimpangan mereka berasal dari nafsu. Jika Nabi ﷺ yang ma’shum saja dilarang mengikuti hawa nafsu manusia, maka bagaimana lagi dengan kita yang terancam oleh hawa dan syahwat?
7. Kesimpulan
§ Perbedaan di antara manusia adalah sunnatullah. Mereka akan terus berselisih, dan tidak mungkin disatukan seluruhnya dalam satu jalan.
§ Dalam jalan kebaikan, jangan pasang rem, dan jangan berhenti meski melihat banyak orang diam. Tapi bergegaslah, manfaatkan waktu, dan bersainglah dalam amal.
§ Di dunia, kebenaran telah dijelaskan melalui para rasul dan hujah. Namun di akhirat, akan tampak jelas siapa yang berada di atas kebenaran dan siapa yang di atas kebatilan.
0 komentar:
Post a Comment