MERAWAT DAN MEMBINA KONSISTENSI (ISTIQOMAH) DI JALAN ALLAH
Ust. H. Idrus Abidin, Lc., M.A
1. Pengertian:
§ Ibnu Rajab al-Hambali, “Istiqomah adalah meniti jalan yang lurus, yaitu Islam, dengan tanpa membelok ke kanan atau ke kiri. Istiqomah mencakup semua ketaatan yang lahir dan yang batin dan meninggalkan semua perkara yang dilarang.[1]
§ Idrus Abidin, “Menetapi jalan yang diridhai dan dicintai oleh Allah, yang mencakup ucapan dan perbuatan; lahir dan batin dengan penuh kejujuran (sidq) dan sikap teguh memenuhi segala janji setia (wafa’ bil ahdi) kepada Allah.
2. Ragam Istiqomah:
§ Hati
§ Lisan
§ fisik
![]() |
Sumber istiqomah adalah hati yang telah istiqomah kepada Allah, takut kepada-Nya, mengagungkan-Nya, mencintai-Nya, menjadikan-Nya tujuan, tumpuan harapan, objek do’a, tawakkal kepada-Nya dan berpaling dari yang selain-Nya. Rasulullah Saw. bersabda: "Ketahuilah, bahwa di dalam badan terdapat segumpal darah. Jika ia baik, maka semua aggota badan akan baik. Jika ia rusak, maka semua anggota badan akan rusak. Segumpal darah tersebut adalah hati" [H.R. Ibnu Majah].[2]
Disebutkan dalam Tirmidzi (no. 2407) dari Abu Sa’id al-Khudri secara marfuu’ dan mauqûf:
إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الْأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُولُ اتَّقِ اللَّهَ فِينَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ فَإِنْ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا وَإِنْ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا
Jika anak Adam memasuki pagi hari sesungguhnya semua anggota badannya berkata merendah kepada lisan: “Takwalah kepada Allâh di dalam menjaga hak-hak kami, sesungguhnya kami ini tergantung kepadamu. Jika engkau istiqomah, maka kami juga istiqomah, jika engkau menyimpang (dari jalan petunjuk), kami juga menyimpang. [HR Tirmidzi, no. 2407; dihasankan oleh Syaikh Salim al-Hilali dalam Bahjatun-Nazhirin 3/17,[3]
3. Basis Argumen
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Maka istiqomahlah (tetaplah kamu pada jalan yang benar), sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan. [Hûd/11:112].
وَّاَنْ لَّوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَاَسْقَيْنٰهُمْ مَّاۤءً غَدَقًاۙ
Dan sekiranya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), niscaya Kami akan mencurahkan kepada mereka air yang cukup. (QS. al-Jin: 16)
عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ
Dari Sufyan bin Abdullâh ats-Tsaqafi, ia berkata: Aku berkata, “Wahai Rasûlullâh, katakan kepadaku sebuah penejelasan dalam Islam yang tidak akan aku tanyakan lagi kepada seorangpun setelah Anda!” Beliau menjawab: “Katakanlah, ‘aku beriman’, lalu istiqomahlah”. [HR Muslim, no. 38].
4. Keutamaan Istiqomah:
§ Mendapatkan dukungan dan kemudahan dari malaikat [Fush-shilat/41:30] (QS. Al Ahqaaf [46]: 13-14)
§ Mendapatkan kabar gembira saat sakaratul maut
§ Ketenagan hidup sekalipun dengan beragam tantangan pribadi, keluarga, sosial, politik dan dakwah.
5. Tata-cara meraih istiqomah:
§ Pertama, Meluruskan Niat dan Tujuan. Ketika menjalankan ibadah, hal yang paling utama dilaksanakan adalah niat. Meskipun Anda baru hanya berniat untuk melakukan ibadah tertentu ataupun hal kebaikan lainnya, niscaya Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menghitung itu sebagai sebuah kebaikan. Seperti yang tertulis pada hadits yang disabdakan Saw.: “Sesungguhnya setiap amalan hanyalah tergantung dengan niat-niatnya dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang dia niatkan, maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang hendak dia raih atau karena wanita yang hendak dia nikahi maka hijrahnya kepada apa yang dia hijrah kepadanya”. (HR. Bukhari dan Muslim)[4]
§ Kedua, memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat dengan baik dan benar. Allah Ta’ala berfirman, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat” (QS. Ibrahim [14]: 27). Makna “ucapan yang teguh” adalah dua kalimat syahadat. Sehingga, Allah akan meneguhkan orang yang beriman yang memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat ini di dunia dan di akhirat;
§ Ketiga, membaca al-Qur’an dengan menghayati dan merenungkannya. Allah berfirman yang artinya, “Katakanlah: ‘Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan al-Qur‘an itu dari Robb-mu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS. An Nahl [16]:102);
§ Keempat, berkumpul dan bergaul di lingkungan orang-orang saleh. Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa hal yang sangat membantu meneguhkan keimanan para sahabat adalah keberadaan Rasulullah Saw, Allah berfirman yang artinya, “Bagaimana mungkin (tidak mungkin) kalian menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rosul-Nya pun berada di tengah-tengah kalian? Dan barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali ‘Imran [3]:101);
§ Kelima, berdoa kepada Allah ta’ala agar Dia senantiasa memberikan kepada kita istiqomah hingga akhir hayat. Bahkan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengatakan bahwa doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah Saw. adalah doa, “Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik ” artinya “Wahai Zat yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Hakim, dishahihkan oleh Adz Dzahabi, lihat pula Shahihul Jami’)[5]
§ Keenam, membaca kisah Rasulullah, para sahabat dan para ulama terdahulu untuk mengambil teladan dari mereka., “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Huud [11]: 120);
§ Ketujuh, Mencintai dan membenci sesuatu karena Allâh;
§ Kedelapan, Saling berwasiat dengan al-haq, kesabaran, dan kasih-sayang;
§ Kesembilan, Meyakini masa depan sebagai dominasi dan milik Islam dan kaum mslimin.[6]
6. Ciri-Ciri Orang-orang Istiqomah:
§ Rajin belajar Islam (QS. Muhammad: 19);
§ Beriman kepada yang ghaib (rukun Iman) dan mengamalkan rukun Islam (QS al-Baqarah: 1-5);
§ Ahli kebaikan (QS. al-Baqarah:177)
§ Rajin bertaubat & sesegera mungkin meniggalkan maksiat (QS.Ali Imran: 133-136);
§ Berharap Penuh terhadap kebaikan dengan lantunan DO’a (QS Ali Imran: 15-17);
§ Lulus dalam ujian dan tantangan Kehidupan (QS. al-Ankabut: 1-3);
§ Sukses secara duniawi dan akhirat (QS. al-Mukminun: 1-11);
§ Terbebas dari ancaman azab kubur;
§ Meninggal dengan husnul khotimah;
§ Mendapatkan nikmat kubur;
§
Potensi sorga yang menawan.[7]
[1] Jâmi’ul-‘Ulûm wal-Hikam, juz 1, hlm. 510, karya Imam Ibnu Rojab, dengan penelitian Syu’aib al-Arnauth dan Ibrâhim Bajis, Penerbit ar-Risalah, Cet. 5, th. 1414 H/ 1994 M. Referensi : https://almanhaj.or.id/4197-istiqomah.html
[2] https://www.detik.com/jabar/berita/d-6206151/istiqomah-adalah-pengertian-contoh-dan-dalil-mengapa-diwajibkan.
[5] https://muslim.or.id/507-meniti-jalan-istiqomah.html
[6] https://almanhaj.or.id/4197-istiqomah.html
[7] Idrus Abidin, Jalan Takwa, Amzah, Jakarta, cet. 2, th. 2019, hlm. 132-194.
0 komentar:
Post a Comment