الثلاثاء، 25 يونيو 2019

Shalat dan Penegakan Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar.


By. Idrus Abidin.

Shalat adalah rutinitas harian yang diharuskan sebanyak minimal 5x dalam sehari. 17 rakaat semuanya. Tiap rakaat diharuskan membaca al-Fatihah sebagai wujud relasi hamba dengan Allah. Tuhan  dipuji sebagai penguasa semesta alam. Memiliki stok kasih sayang dan menguasai seutuhnya kejadian pada hari kiamat. Karena demikian realitasNya, Dialah yang pantas disembah. Inilah titik puncak ibadah, yang menjadi kewajiban hamba. Namun, tidak sekedar itu saja. Manusia pun punya hak sebagai makhluk lemah; meminta bantuan (isti'anah) kepada Allah demi memuluskan tugas kehambaan mereka. Meminta bantuan di sini, yang sangat dinomorsatukan dan paling prioritas adalah mengemis hidayah; baik yang sifatnya petunjuk (Irsyad) maupun yang bersifat praktis (Taufik). Itulah kesatuan ilmu dan amal. Tujuannya agar manusia tidak dimurkai karena bekal ilmu yang tak diamalkan. Atau tersesat karena amal tanpa petunjuk dan cahaya ilmu. Maka, jalan lurus itu ternyata ada pada berilmu Amaliah, beramal ilmiah. 

Konsekwensi Shalat; Mendukung Tauhid, Kritis Terhadap Kesyirikan dan Kecurangan (Ketidakadilan).

Shalat adalah tolak ukur keislaman dan keimanan. Fungsinya mencegah perbuatan keji dan mungkar pada diri manusia dan lingkungan sekitar. Sebuah sikap keberatan ditunjukkan oleh objek dakwah nabi Syuaib yang merasa gerah dengan sikap rewel dan kritis nabi Syuaib atas sesembahan mereka (berhala). Mereka juga keberatan, karena nabi Syuaib juga keritis terhadap praktek riba dan kecurangan mereka dalam bidang ekonomi dan bisnis. Memang ummat nabi Syuaib terkenal dalam sejarah dakwah sebagai ummat yang gemar mengurangi timbangan dan takaran dalam hal jual beli (QS Hud : 84) Nabi Syuaib pun mencegah mereka dari praktek syirik dan sikap curang. Beliau tegas mengerahkan mereka kepada tauhid dan kejujuran dalam hal timbangan dan standar Keadilan (QS Hud : 85) Maka tidak heran, sikap keberatan mereka terhadap amar makruf dan nahi mungkar nabi Syuaib ini direkam rapi oleh Allah dalam Al-Qur'an : 

قَالُوا۟ يَٰشُعَيْبُ أَصَلَوٰتُكَ تَأْمُرُكَ أَن نَّتْرُكَ مَا يَعْبُدُ ءَابَآؤُنَآ أَوْ أَن نَّفْعَلَ فِىٓ أَمْوَٰلِنَا مَا نَشَٰٓؤُا۟ ۖ إِنَّكَ لَأَنتَ ٱلْحَلِيمُ ٱلرَّشِيدُ

Mereka berkata: "Hai Syu'aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal". (Hud : 87)

Maka, pertanyaan penting yang perlu kita resapi adalah, sejauh mana shalat kita mengarahkan kepada sikap kritis terhadap kesyirikan dan semua bentuk kecurangan (ketidakadilan)?! Cukupkah shalat itu hanya sebatas tameng pribadi dari neraka tanpa usaha untuk menarik energinya ke dalam pusaran amar makruf dan nahi mungkar?! Kejujuranlah yang bisa menggelitik jiwa kita untuk memahaminya. Semoga.

Depok, 2 Juni 2019 (malam 29 ramadhan 1440 H)

0 komentar:

إرسال تعليق

Categories

About Us

There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form.

نموذج الاتصال