الثلاثاء، 25 يونيو 2019

Nilai Ilmu dan Ulama Vs Lemahnya Jebakan dan Tipu Daya Setan Terhadap Orang-Orang Alim.



By. Idrus Abidin. 

Hidup adalah pertarungan ideologi. Hak dan batil selalu berhadapan. Muslim terus belajar kepada Allah Ta'ala via para nabi yang berbekal kitab suci. Malaikat senantiasa ikut mendukung, menghibur, memotivasi dan membela mereka hingga bisa Istiqamah sesuai kadar semangat dan tingkat kejujuran mereka dalam berislam. Di pihak lain, orang-orang kafir bersekutu dengan setan; baik yang berwajah manusia maupun yang bertampang jin. Mereka berkolaborasi dalam keburukan dan terus memutarbalikkan fakta; sihir dianggap mukjizat, nabi dan rasul dianggap propokator. Orang beriman dianggap preman berjubah. Amar makruf nahi mungkar dianggap memecah NKRI. Info-info kritis seputar penyelenggaraan negara dianggap hoaks. Padahal, apa yang dianggap hoaks itu; cepat atau lambat, nyata dalam kehidupan berbangsa. Demikianlah tabiat kehidupan dunia. Ia adalah serial keberpihakan; loyal terhadap kebenaran atau vokal berjuang demi keburukan dengan beragam istilah mentereng penuh jebakan. Itulah sebagian tipu daya setan kepada para pemuja iblis; terus dilalaikan dengan kenikmatan semu. Senantiasa diiming-imingi dengan kenikmatan sesaat. Dan akan terus dikibuli dengan beragam janji-janji palsu yang tampak menarik oleh mereka yang kebelet hawa nafsu dan sifat kebinatangan. 

Langkah-langkah dan Perangkap Setan.

Setan tak mengenal waktu jeda dan istirahat untuk terus mengeluarkan jurus-jurus ampuh yang mereka berdayakan demi agar manusia dibenci Allah atau tersesat di perjalanan menuju kepadaNya. Mereka yang tidak ikhlas dan jauh dari cipratan hidayah dipastikan akan menjadi tawanan potensial kalangan setan. Keburukan menjadi bahan mentah yang siap diolah oleh para perampok dan pencuri ketaatan ini. Beragam cara dan intrik mereka tempuh supaya manusia dan jin terperangkap ke dalam jerat-jerat keburukan. Minimal ada tujuh perangkap yang mereka siapkan demi tercapainya cita-cita mereka menjadikan manusia dan jin terdaftar secara resmi dalam  list orang-orang  durjana dan sebagai penduduk asli di neraka :

1. Kekafiran dan Kesyirikan. 

Kufur adalah kata lain dari gembok batin yang menutupi mata, telinga, nalar dan hati dari cipratan hidayah dan petunjuk Allah. Sedang syirik adalah istilah lain bagi mereka yang mengakui adanya kekuatan lain selain Allah yang berpengaruh dan bisa mengarahkan peristiwa yang terjadi di alam semesta ini. Jimat, berhala, mitos hingga perbintangan seperti virgo, scorpio, leo dan semisalnya diyakini sebagai yang memiliki efektivitas, pengaruh dan khasiat. Mereka akhirnya bermasalah dalam hal keyakinan terhadap rububiyah dan qadha dan Qadar Allah Ta'ala. Padahal, Allah tak akan pernah menerima iman dan amal yang tidak murni karena Allah. Semakin manusia kafir, semakin manusia syirik maka semakin kuat pula gembok jiwa itu menutupi kesadaran manusia. 

2. Bid'ah dan semua keyakinan serta amalan rekaan yang dijadikan semacam ijtihad prematur dalam masalah keagamaan oleh mereka yang bukan ahlinya. 

Bid'ah adalah kreativitas manusia dalam bidak keislaman yang dipengaruhi oleh kerangka berpikir yang bukan lahir dari rahim Islam itu sendiri. Filsafat seringkali dituduh sebagai biang kerok lahirnya pemikiran seperti ini dalam bidang akidah. Terbentuklah ilmu Kalam dengan beragam Mazhab dan metodologinya dengan debat (Mantiq) sebagai sarana utamanya. Kaburlah Keyakinan benar dalam lautan syubhat yang seolah tak lagi menghasilkan kecuali keraguan dan kebimbangan. Bahkan, menimpa ulama-ulama kaliber dunia karena terjadinya simpang siur rasionalitas. Maka tak heran, di penghujung hidup mereka, tak sedikit yang mengumumkan bahwa akidah kaum awam (ahlul hadits) yang bertumpu pada fitrah dan rasionalitas sederhana adalah identitas asli akidah Islam. Intelektualitas rasional yang dibanggakan sebagai ciri ilmu Kalam hanyalah bagian dari perangkap setan yang telah melululantakkan keserjanaan dan keilmuan Islam. 

Di bidang fikih, banyaknya zikir-zikir dan shalawat rekaan dari beragam grup dan kelompok thariqat seolah mengalihkan masyarakat muslim dari do'a-do'a Rasulullah, para sahabat dan kalangan tabi'in. Shalawat digemakan setiap saat, namun belum tentu tilawah harian. Tahlilan disemarakkan padahal tahlilan 100 x tiap pagi dan petang sebagai mana petunjuk praktis Rasul tak digubris apalagi diamalkan. Maka hilanglah prioritas amal. Kacaulah standar haram, makruh, mubah, sunnah dan wajib. Semuanya simpang siur dan menjadi syubhat yang menyambar-nyambar. Setan bergembira tiada kira. Karena hilangnya standar kejelasan dalam bidang akidah dan ibadah menjadi lahan empuk di mana mereka menyemai bid'ah, syubhat bahkan memporak-porandakan ikatan ukhuwah. Bid'ah menjadi senjata ampuh setan karena ketika manusia mengamalkannya; mereka merasa sedang dalam ketaatan. Padahal, amalan sunnah yang potensial mendekatkan surga dan menjaring ridha Allah; banyak dibiarkan akibat gelapnya syubhat dan minimnya pengetahuan agama. 

3. Dosa-Dosa Besar. 

Riba, zina, perdukunan, syirik, pembunuhan, durhaka terhadap orang tua dll termasuk umpan setan yang banyak kalangan manusia terjebak di dalamnya. Umumnya disebabkan oleh hawa nafsu yang terpancing oleh iming-iming setan. Yaitu ketidaksabaran untuk mendapatkan sesuatu yang dipandang menambah gengsi, mengupdate harga diri dan melambungkan citra diri. Semua yang dianggap sebagai halangan dibunuh. Semua larangan dilabrak. Hingga semua dosa besar seolah dilist sebagai menu pelanggaran dan prestasi unggulan. Naudzubillah.

4. Dosa-Dosa Kecil. 

Jika manusia berat dan susah dikibuli dengan kufur dan syirik, bid'ah dan syubhat, dosa-dosa besar, maka dosa-dosa kecil pun menjadi pilihan. Berbohong, menipu, pencitraan, pengkhianatan, pacaran, dan beragam pelanggaran lain menjadi umpan berbahaya bagi sang pemuas nafsu dan pecinta dunia. 

5. Kegiatan yang bersifat mubah.

Banyak kegiatan yang bersifat rutinitas dan umumnya mubah bisa juga menjadi perangkap setan. Berlama-lama dalam tidur. Berkepanjangan ketika berkumpul bersama teman hingga lalai dari shalat sunnah qabliyah dan tilawah harian; termasuk hal mubah yang menghabiskan umur. Terutama sekali HP cerdas yang membuat manusia begitu mudah terhubung dengan FB, Instagram, YouTube dan berselancar sangat lama dalam dunia hiburan. Hilangnya kesempatan hidup akibat ramainya kegiatan yang bernuansa mubah seperti ini sangat banyak merugikan manusia. Itulah yang sering disebut kelalaian. Naudzubillah.

6. Sunnah-Sunnah Berpahala Kecil. 

Sungguh setan sangat cerdik mencuri waktu dan jatah hidup manusia. Jika hal-hal mubah susah dijadikan perangkap, amalan-amalan sunnah berpahala kecil pun diberdayakan. Seperti baca barzanji yang merupakan karya sastra dalam bidang Sirah Nabawiyah. Seolah ia bacaan wajib pada setiap hajatan. Padahal yang membaca belum tentu mengerti makna dan artinya, apalagi nilai keindahan sastranya. Padahal jika baca buku Sirah Nabawiyah berbahasa Indonesia disertai pemahaman hikmah pada setiap peristiwa, tentu jauh lebih bermakna. Karena bukan sekedar ritual tanpa pemahaman ke arah makna hidup yang lebih aktual. Tak sedikit kita dapati adanya jama'ah tilawah harian di masjid atau musholla. Padahal taklim pekanan atau bulanan sedang dilaksanakan. Tilawah memang bernilai tinggi. Tapi saat dibenturkan dengan taklim yang berpahala besar, tentu tilawah menjadi ibadah berpahala kecil. Shalat Sunnah memang termasuk amalan yang dianjurkan. Tetapi ketika ibu memanggil, tentu panggilan ibu lebih prioritas dijawab dibanding melanjutkan shalat sunnah tersebut. Ketika ada majelis zikir dan shalawat, sedang di tempat berbeda ada pengajian yang membahas tema-tema keislaman seperti tauhid atau akidah atau fikih atau akhlak maka majelis ilmu ini memiliki rating pahala tinggi dibanding majelis pertama yang hanya berisi zikir dan shalawat. 

7. Serangan Fisik dan Kehormatan.

Langkah terakhir setan yang sudah stres akibat hilangnya efektivitas semua perangkap di atas ketika menggoda manusia adalah serangan Fisik dan Kehormatan. Setan memberdayakan pengikutnya sesuai potensi, jabatan dan kekuatan yang dimiliki agar menyakiti kalangan beriman, baik dengan serangan fisik maupun menyerang kehormatan para ulama dan simbol-simbol Islam. Di sinilah pertentangan itu menjadi nyata dan mempolarisasi manusia menjadi dua golongan yang saling bertentangan;  golongan setan Vs golongan kaum beriman. Senjata kalangan mukmin untuk mematahkan semua tipu daya itu adalah ilmu yang menghilang syubhat sekaligus mengarahkan syahwat kepada hidayah yang terang benderang dan petunjuk yang tidak kabur oleh deru-deru kekhilafan. 

Jika dicermati lebih dalam, ditemukan motiv umum setan dalam menjebak manusia ke dalam kubangan maksiat dan jerat-jerat pelanggaran :

A. Membuat manusia terlena oleh indahnya maksiat dan nikmatnya kufur, syirik, bid'ah dan dosa-dosa, baik kecil maupun yang besar. Ini disebut tazyiiin.

B. Mencegah manusia memahami kebaikan dan mengerti nilai hidayah dan manfaat taklim dan pengajian. Ini disebut shaddu asy-Syaithan. 

C. Memperlambat dan merecoki setiap ketaatan dan kebaikan yang dilakukan manusia supaya mereka tidak melakukan kebaikan itu secara rutin. Karena jika mereka konsisten dalam siklus kebaikan itu, setan merasa kehilangan kekuatan untuk memperdaya mereka.

D. Memancing manusia agar mengungkit kebaikan yang telah dilakukan sebagai bentuk riya' dan sum'ah supaya amalan tersebut kehilangan nilai dan pahalanya di sisi Allah. Naudzubillah.

Sasaran, Objek dan Target Setan.

Jebakan berupa kekafiran dan Kesyirikan ditujukan untuk semua manusia terutama kaum Kafirin dan musyrikin. Bid'ah dijadikan sebagai jebakan khusus dalam internal kaum muslimin sehingga bisa mengoyak keutuhan ukhuwah dan menghabiskan jatah umur tanpa menyadari kekeliruan dan penyimpangan. Dosa-dosa besar juga dikhususkan untuk kalangan muslim terutama yang jauh dari majelis ilmu dan pengajian pekanan atau taklim bulanan. Sedang dosa kecil banyak ditujukan setan sebagai perangkap untuk kalangan ustadz-ustadz dan kalangan ulama. Demikian pula hal-hal mubah seperti mandi tanpa disertai niat untuk menjadi pribadi suci dan bersih serta sibuk dengan sunnah berpahala kecil sehingga luput dari amalan yang berpahala besar; semua itu perangkap setan yang ditujukan untuk kalangan ulama dan para asatizah. Jadilah mereka ulama dan asatizah yang kurang efektif dalam banyak hal. Sementara itu, sikap saling serang dan sikap saling menjatuhkan, juga dibesar-besarkan oleh setan agar muslim terpelajar dalam bidang agama ini tidak mudah bersatu dalam proyek-proyek kebaikan dan perbaikan. Semua itu hanyalah tipu daya dan muslihat setan agar kebaikan tidak merajai seluruh sektor kehidupan manusia. Itu pula nilai ilmu dan ulama serta urgensi mereka dalam menjelaskan ilmu dan menyibak penyakit syubhat dan kilauan syahwat. Semoga kita terbebas dari tipu daya setan dan terselamatkan oleh ilmu dan ulama. Allahumma amiiiin. 

Depok, 27 Mei 2019 (22 ramadhan 1440 H)

🌷🌷🌷🌵🌵🌵🍄🍄🍄

Ikuti update status nasehat dari kami via :

1. Telegram Channel : Gemah Fikroh.
2. YouTube Channel : Gema Fikroh.
4. Facebook Sudah Full Pertemanan.

0 komentar:

إرسال تعليق

Categories

About Us

There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form.

نموذج الاتصال