الأربعاء، 30 يناير 2019

Makna Kejujuran (Amanah) dan Pengamanan Allah Terhadap makhlukNya (Al-Mukmin).

Salah satu nama dan sifat Allah yang ditemukan penyebutannya hanya sekali dalam al-Qur'an adalah al-Mukmin. Namun, kandungan makna terhitung luas dengan cakupan menyeluruh. Karena mencakup dua makna utama berupa kejujuran Allah dalam memenuhi seluruh janji-janjiNya (amanah) dan PengamananNya terhadap seluruh makhluk. 

Secara bahasa, al-Mukmin berasal dari kata dasar  Arab (tsulatsi) amana, ya'manu, yang berarti mengamankan. Sedang makna derivasinya (ruba'i) berupa amana, yu'minu, mukmin yang berarti percaya terhadap kejujuran dan amanah pihak tertentu.

وَمَا أَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَنَا وَلَوْ كُنَّا صَادِقِينَ

Dan, kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar. (QS Yusuf : 17)

Secara istilah, al-Mukmin adalah Allah Ta'ala yang maha jujur terhadap segala hal yang diinformasikan tentang diriNya dalam Al-Qur'an. Baik berupa keberadaan maupun keesaanNya.

 (شَهِدَ اللّهُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلاَئِكَةُ وَأُوْلُواْ الْعِلْمِ قَآئِمَاً بِالْقِسْطِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ)

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Ali Imran [3]: 18)

Inilah kesaksian dan pengakuan yang penuh kejujuran Allah tentang DiriNya. Dan, ini pula kejujuran paling tinggi yang ada di alam semesta ini. (QS al-An'am : 19)
Dalam banyak ayat, Allah senantiasa menegaskan KejujuranNya dan bahwa Dia tidak akan pernah menyalahi janji-janji tersebut.  (QS Ali Imran : 95), (QS an-Nisaa: 87), (QS al-Ahzab : 22), (QS al-Fath : 27), (QS az-Zumar : 74).

" وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ

 Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? .” (At-Taubah ayat 111)

Dalam penuturan Sunnah pun ditemukan penegasan yang sama.

 عن أبى هريرة -رضي الله عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: "من قال لا إله إلا الله والله أكبر، صدّقهُ ربه فقال: لا إله إلا أنا وأنا أكبر.." [صحيح ابن حبان (851) شرط مسلم]، 

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwasanya Rasulullah Saw pernah bersabda, " Barangsiapa yang membaca la Ilaha Illallah, Allahu Akbar, maka Allah akan membenarkan ucapannya sambil berkata, "Tiada Tuhan selain Aku dan saya adalah yang maha besar." ( HR Ibnu Hibban, Shahih berdasarkan syarat dan ketentuan imam Muslim)

 وعن أبي هريرة -رضي الله عنه- مرفوعا
شَهِدْنَا خَيْبَرَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِرَجُلٍ مِمَّنْ مَعَهُ يَدَّعِي الْإِسْلَامَ هَذَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَلَمَّا حَضَرَ الْقِتَالُ قَاتَلَ الرَّجُلُ أَشَدَّ الْقِتَالِ حَتَّى كَثُرَتْ بِهِ الْجِرَاحَةُ فَكَادَ بَعْضُ النَّاسِ يَرْتَابُ فَوَجَدَ الرَّجُلُ أَلَمَ الْجِرَاحَةِ فَأَهْوَى بِيَدِهِ إِلَى كِنَانَتِهِ فَاسْتَخْرَجَ مِنْهَا أَسْهُمًا فَنَحَرَ بِهَا نَفْسَهُ فَاشْتَدَّ رِجَالٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ  فقالوا: يَا رَسُولَ الله صَدَّقَ الله حَدِيثَكَ انْتَحَرَ فُلَانٌ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَقَالَ قُمْ يَا فُلَانُ فَأَذِّنْ أَنَّهُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلَّا مُؤْمِنٌ إِنَّ اللَّهَ يُؤَيِّدُ الدِّينَ بِالرَّجُلِ الْفَاجِ [البخاري:(4204)]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu  secara marfu, kami ikut dalam perang Khaibar, lalu Rasulullah Saw. Menceritakan  kepada kami seseorang yang ikut perang bersama kaum muslimin, "Dia termasuk penduduk neraka. Ketika terjadi peperangan, orang tadi berperang dengan sangat berani hingga orang-orang ragu (dengan apa yang diucapkan beliau). Ternyata laki-laki itu mendapatkan luka yang sangat serius. Lalu tanganya berusaha menggapai sarung panahnya, kemudian dia mengeluarkan anak panah dan menusuk dirinya sendiri. Lantas para pejuang Muslimin berkumpul dan berkata;; Wahai Rasulullah, Allah telah membenarkan ucapan tuan. Si fulan membunuh dirinya hinga gugur. Beliau bersabda; Berdirilah kamu hai fulan dan umumkan bahwa tidak akan masuk surga kecuali orang yang beriman. Sesungguhnya Allah mengokohkan agama ini (diantaranya) dengan perantaraan seorang yang fajir (berdosa). (HR. Bukhari, no. 4204)

Bahkan terkait keesaanNya, Allah berjanji akan senantiasa menunjukkan dan membuktikanya kepada  seluruh makhluk pada setiap ruas-ruas alam semesta (ayatul afaq) dan pada sejarah kehidupan manusia itu sendiri (ayatul anfus). Walaupun para nabi yang mendapatkan mukjizat itu sudah berlalu dan menjadi sejarah kebenaran masa lalu.

(سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ). 

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?( QS. Fushilat : 53)

Hal tersebut terbukti, sekalipun kaum muslimin lemah dari sisi sains dan teknologi. Namun fakta-fakta tentang kehebatan dan kekuasaan Allah senantiasa tersibak oleh pengetahuan modern. Termasuk sejarah kebenaran para nabi di masa lalu dan ajaran-ajaran mereka. 

Rasulullah termasuk bukti kejujuran Allah. Di mana, dalam kitab suci sebelumnya telah diterangkan seputar kehadirannya sebagai nabi terakhir dengan beragam karakteristik fisik, ajaran dan mukjizat yang terjadi padanya. 
 Bahkan para nabi saling membenarkan dan mendukung ajaran masih-masing dan mereka semua dijadikan sebagai mercusuar kejujuran dan kebenaran pada zamannya. (QS as,-Saffat : 37), (QS Maryam : 58), (QS asy-Syuaraa: 84)

Selain itu, Allah juga senantiasa menunjukkan kejujuran dan kebenaran janji-janjiNya melalu para hamba yang baik imannya dengan beragam karamah dan maunah. Ada yang manjur do'anya dan ada pula yang manjur sumpahnya. 

Termasuk bentuk kejujuran Allah terhadap hambaNya adalah manakala Allah membuktikan cita-cita, segala harapan dan persangkaan baik mereka.

 عن واثلة وأبي هريرة -رَضِيَ اللهُ عَنْهُما- قَالَا: قَالَ النَّبِيُّ -صلى الله عليه وسلم-: "يَقُولُ اللهُ -تعالى-: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي"

Dari Watsilah dan Abu Hurairah Radhiyallahu Anhuma, mereka berdua bercerita, Rasulullah Saw bersabda, "Allah Ta'ala berfirman, "Sungguh Aku tampil sesuai harapan hambaKu kepadaKu." (HR Bukhari, no. 7405. Muslim, no. 2675)

وعَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَامَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ عَلَى دَرَجَةِ الْكَعْبَةِ فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَقَالَ: "الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ" [النسائي: (4717)]

Dari Ibnu Umar, ia bercerita, Rasulullah Saw berdiri pada hari fathu Makkah di atas Ka'bah. Lalu beliau memuji dan menyanjung Allah sambil berkata, "Segala puji bagi Allah yang menepati janjiNya, memenangkan hambaNya dan mengalahkan pasukan sekutu sendirian." (HR. an-Nasa'i, no. 4717)

Manakala Allah berjanji akan memberikan kehidupan yang baik bagi hamba yang beriman maka pasti janji itu akan diwujudkan

 مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً 

Barang siapa yangmengerjakan amal saleh , baik laki - laki maupun perempuan dalam ke adaan beriman , maka sesungguhnya akan kami berikan kepadannya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS an-Nahl : 97)

Demikian pula janji Allah akan memberikan kekuasaan politis kepada mereka jika mereka komitmen dengan syariatNya. Tentu janji itu akan dipenuhi dengan penuh amanah dan kejujuran.
" وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي " [النور:55] .
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan amal saleh, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam). Dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur  [24]:55)

Jika ada janji Allah yang tampak belum terpenuhi maka dipastikan sebabnya adalah kita. Artinya, ada semacam penghalang atau syarat yang belum kita penuhi untuk menerima ketentuan janji tersebut. Sehingga kita perlu mawas diri dan memuhasabah kelemahan dan kekurangan yang kita miliki. Karena Allah tidak akan pernah ingkar janji dan membohongi makhluk sepeser pun. 

Kejujuran Allah ini juga makin terbukti ketika para hamba memasuki surgaNya. Gegap gempita mereka menyambut segala nikmat yang dulunya sebagai sekedar janji yang kini terbukti melebihi ekspektasi manusia. Sehingga lidah yang melantunkan rasa syukur senantiasa bergema di seantero surga Allah.

(وَنَادَى أَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابَ النَّارِ أَنْ قَدْ وَجَدْنَا مَا وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا فَهَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَ رَبُّكُمْ حَقًّا قَالُوا نَعَمْ)

Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada Penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan): "Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?" Mereka (penduduk neraka) menjawab: "Betul". Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: "Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim. (QS al-A'raf [7]: 44)

(وَقَالُوا الْحَمْدُ للهِ الَّذِي صَدَقَنَا وَعْدَهُ) [الزمر:74]،

Dan mereka mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki; maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal". (QS az-Zumar : 74)

" يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ "

pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS at-Tahrim : 8).


Selain Allah sebagai al-Mukmin, maha jujur dan sangat amanah dalam hal janji dan semua informasi yang disampaikan kepada hamba-hambaNya, Allah juga memberi jaminan keamanan kepada mereka semua; lahir batin, dunia akhirat, selama mereka mau taat dan patuh penuh cinta kepada Allah taala.

الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ) [قريش:4]

Zat yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan (QS Quraisy : 4)

Diantara bentuk jaminan keamanan dari Allah untuk seluruh hambaNya adalah :

1). Bahwa Allah menjamin tidak akan menzhalimi hambaNya sedikitpun. Ini adalah konsekwensi dari sikap jujur dan amanah Allah Ta'ala, sebagaimana makna pertama al-Mukmin. Ini adalah keadilan Allah Ta'ala; bahkan kasih sayang dan IhsanNya kepada seluruh makhluk. Beragam ayat dan hadits menegaskan jaminan keamanan ini. Termasuk pesan-pesan akidah yang diajarkan Lukman hakim kepada anak-anaknya berikut : 

{ يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الأرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ] (5) } [لقمان: 16]

 (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Luqman: 16 ).

Pantang bagi Allah berlaku zhalim, sementara Dia adalah standar keadilan, asal usul keihsanan dan sumber keamanan, kenyamanan dan ketenangan. 

{ إِنَّ اللَّهَ لا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا (40) فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلاءِ شَهِيدًا (41) يَوْمَئِذٍ يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَعَصَوُا الرَّسُولَ لَوْ تُسَوَّى بِهِمُ الأرْضُ وَلا يَكْتُمُونَ اللَّهَ حَدِيثًا (42) }

 “ Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). Di hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul, ingin supaya mereka disamaratakan dengan tanah, dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) sesuatu kejadianpun.” (QS an-Nisaa : 40-42)

Ayat  senada yang menafsirkan ayat di atas, terutama di akhirat nanti ; tempat keadilan dipenuhi dan kezaliman dibalas sempurna adalah FirmanNya :

{ وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ}

 “Kami akan memasang timbangan keadilan pada hari kiamat, Maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu) Hanya seberat biji sawipun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. Dan, cukuplah kami sebagai sebaik-baik pembuat perhitungan.” (QS. Al-Anbiya: 47)

2). Allah yang memberikan rasa aman, ketentraman dan keamanan kepada hambaNya yang beriman dengan penuh ketulusan, dengan meninggalkan semua sekutu dan beragam tuhan yang disandingkan dan disejajarkan dengan Allah Ta'ala. Dalam logika dasar, Allah adalah zat yang paling pantas ditakuti. Karena, kemampuanNya mendatangkan bahaya melampaui segala sesuatu yang berbahaya. 

وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالْأَمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ * الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ) [الأنعام:82]،

Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), Padahal kamu tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukanNya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak memperoleh keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui? Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk. (QS al-an'am : 82)

Inilah subtansi dari firman Allah yang berbunyi : 

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63) لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (64)

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (62) (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. (63) Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (QS al-an'am [10]: 62-64)

3). Mengamankan manusia dari tindak kezaliman dan teror orang-orang yang memegang kendali kekuasaan dan menyebar ketakutan di tengah masyarakat. Allah senantiasa hadir sebagai poros yang ditempati memohon perlindungan dan pembelaan dari manusia serigala yang tidak mengenal kasih sayang. Siapa pun datang dengan penuh harap, menyerahkan diri kepadaNya sepenuh hati, setelah berupaya semaksimal yang dia bisa, maka Allah akan menyodorkan bantuan dan perlindunganNya.

(قُلْ مَن بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُون)

Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?" (Al-Mu’minun [23]: 88)

Sumber keamanan itu bukanlah penguasa zhalim, tetapi Allah lah sumber utamanya. Allah juga berfirman kepada Musa dan Harun, ketika keduanya diutus untuk berdakwah kepada Fir’aun:

قَالَ لَا تَخَافَا ۖ إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَىٰ

Allah berfirman: “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.” [QS Thahaa (20): 46].

Ketika Rasulullah sedang dalam target pencarian penguasa Makkah, saat beliau dan Abu Bakar hendak hijrah, ketika itu, mereka dalam gua Tsur ; terasa kekhawatiran Abu bakar terhadap diri Rasulullah sangat memuncak. Namun, Rasulullah dengan penuh senyum ketenangan menghibur

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا

Jikalau tidak menolongnya (Muhammad), maka sesungguhnya Allah telah menolongnya, (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekkah) mengeluarkannya (dari Mekkah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita”. [at-Taubah [9]: 40].

Ini pula yang terjadi pada diri dua orang beriman kepada nabiyullah Musa alaihissalam saat mereka menghadapi pasukan musuh bertampang preman dan al-gojo

(قَالَ رَجُلاَنِ مِنَ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُواْ عَلَيْهِمُ الْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ وَعَلَى اللّهِ فَتَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ)

Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman". (QS al-Maidah : 22)

Ketika ada seseorang  bertanya kepada seorang syekh, Allah itu siapa ya syekh?! Kata beliau, bukankah Anda pernah naik kapal laut yang sedang diterjang angin kencang? Saat orang yang menganggap dirinya hebat dan berkuasa tidak bisa lagi berbuat apa-apa?! Saat semua sarana keselamatan dan alat pertolongan tidak lagi bermanfaat?!", Kata dia, ia. Maka apakah dalam benak dan jiwamu masih tersimpan adanya kekuatan yang bisa menyelamatkan?!, Jawab dia, masih. Kata sang syekh, "Itulah Allah."

 (وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلَّا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإنسان كَفُورًا) 

Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkanmu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih.” (QS. Al-Israa’: 67)

4). Dialah Allah yang memberikan jaminan ketenangan, keselamatan, kebahagiaan dengan memberikan aturan syariat yang mencakup hukum dan batasan (hudud) sehingga manusia aman secara agama, jiwa, akal, kehormatan, harta; baik pada level pribadi, keluarga, masyarakat bahkan hingga ke level negara. Inilah yang dikenal sebagai Maqashid Syari'ah dalam ranah studi Islam. Itu semua bukti dan wujud dari nama, sifat dan perbuatan Allah as-Salam dan al-Mukmin. 

5). Allah yang memberikan kenyamanan, optimisme dan ketenangan kepada hambaNya yang sedang dalam kondisi sakaratul maut. Malaikat rahmat datang membawa pesan-pesan kenikmatan dan membawa kabar gembira berupa surga yang penuh kilau pesona dan kilatan kemewahan.

 إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلاَّ تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ نُزُلاً مِّنْ غَفُورٍ رَّحِيمٍ [فصلت: 30-32].

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah,” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat, di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. Fushshilat : 30-32)

6). Allah Ta'ala yang memberikan rasa aman kepada para hamba ketika huru hara hari kiamat terjadi. Sehingga orang-orang yang berprestasi dunia akhirat tidak merasakan huru hara tersebut layaknya orang-orang kafir.

 إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُم مِّنَّا الْحُسْنَى أُوْلَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ 
(102). لَا يَسْمَعُونَ حَسِيسَهَا ۖوَهُمْ فِي مَا اشْتَهَتْ أَنْفُسُهُمْ خَالِدُونَ (103). لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الْأَكْبَرُ وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ هَٰذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka.
mereka tidak mendengar sedikitpun suara api neraka, dan mereka kekal dalam meni`mati apa yang diingini oleh mereka. Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata): "Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu". (QS al-Anbiyaa : 101-103)

{ يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ. فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ. وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ }

“Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. az-Zalzalah : 7 – 9).

Di dalam hadits shahihain yang diterima melalui jalur Said bin al-Khudri, dari Rasulullah Saw., berkenaan hadits syafaat yang panjang  didalam redaksinya terdapat, 

"ارْجِعُوا، فَمَن وجدتم في قلبه مثقالَ حبة خردل من إيمان، فأخرجوه من النار".

“Maka Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Kembalilah Kalian! Barangsiapa yang kalian dapati didalam hatinya terdapat keimanan sebesar biji sawi, keluarkanlah ia dari Neraka!”

عن أنس: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إن الله لا يظلم المؤمن حسنةً، يُثابُ عليها الرزق في الدنيا، ويجزَى بها في الآخرة. وأما الكافر فيُطعم بها في الدنيا، فإذا كان يومُ القيامة لم تكن له حسنةً.

Dari Anas: bahwa Rasulullah saw. telah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan menganiaya balasan kebaikan seorang mukmin, akan dianugerahi rezeki atas kebaikan itu di dunia dan niscaya diberi balasan pula karena kebaikan itu di akhirat. Adapun bagi orang yang kafir: ia akan diberi makan karena kebaikannya di dunia, tetapi ketika di hari kiamat tidak ada kebaikan baginya” (HR. Abu Dawud (Tafsir Ath-Thabari,VIII, t.t. : 361)

عن عبد الله بن السائب، عن زَاذَانَ قال: قال عبدُ الله بن مَسْعُود: يُؤْتَى بالعبد والأمَة يومَ القيامةِ، فينادي منادٍ على رءوس الأولين والآخِرين: هذا فلانُ بنُ فلانٍ، من كان له حق فليأت إلى حقه. فتفرحُ المرأةُ أن يكون لها الحق على أبيها أو أخيها أو زوجها. ثم قرأ: { فَلا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلا يَتَسَاءَلُونَ } [المؤمنون:101] فيغفر الله من حقه ما يشاء، ولا يغفر من حقوق الناس شيئا، فينصَب للناس فينادَي: هذا فلانُ بن فلانٍ، من كان له حق فليأتِ إلى حقه. فيقول: رَبّ، فَنِيَت الدنيا، من أين أُوتِيِهْم حقوقَهم؟ قال: خذوا من أعماله الصالحة، فأعطوا كلَ ذي حق حقه بقدر طلبته فإن كان وليًّا لله ففَضَلَ له مثقالُ ذرة، ضاعفها الله له حتى يدخلَه بها الجنة، ثم قرأ علينا: { إِنَّ اللَّهَ لا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا } قال: ادخل الجنة؛ وإن كان عبدًا شقيا قال الملك: ربِّ فنيت حسناته، وبقي طالبون كثير؟ فيقول: خذوا من سيئاتهم فأضيفوها إلى سيئاته، ثم صُكُّوا له صَكًّا إلى النار.

Dari Abdulah bin as-Sa’ib, dari Zadan, ia berkata: Abdulah bin Mas’ud telah berkata: “Akan diberikan (haknya) terhadap seorang hamba sahaya laki-laki dan seorang hamba sahaya perempuan pada Hari Kiamat. Maka Menyerulah seorang penyeru terhadap para pemimpin di masa awal dan di masa akhir: “Ini adalah si fulan bin fulan, barangsiapa yang mempunyai hak terhadapnya, tunaikanlah hak terhadapnya!” Maka seorang perempuan menjadi berat karena ada hak baginya terhadap bapaknya, saudaranya atau suaminya. Kemudian beliau membaca, “Fala ansaba baynahum yaumaidzin wala yatasa’alun”, Maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.” ( Q.S. Al-Muminun: 101 ). Kemudian Allah memberi pengampunan karena haknya yang Dia Kehendaki. Dan Allah tidak akan memberi pengampunan karena hak-hak terhadap sesama manusia sedikitpun karena ia menjadi bagian hak manusia. Maka diserulah: “Ini adalah si fulan bin fulan, barangsiapa yang ada hak baginya, maka tunaikanlah haknya.”Malaikat bertanya, “Ya Rabbi, Harta dunianya telah habis, dari mana diambil hak-hak mereka?” Allah berfirman, “Ambillah dari amal-amal shalihnya!” Maka diberikanlah setiap yang mempunyai hak akan haknya seukuran tuntutannya. Jika ia seorang yang mentaati Allah diberi keutamaan seberat dzarrah, lalu Allah melipatgandakannya sehingga Dia memasukkannya sebab amalanya ke Sorga. Kemudia Ibnu Mas’ud membacakan kepada kami sepenggaal ayat, “Innalloha layazhlimu mitsqola dzarrotiw wa ing taku hasanatay yudlo’ifha”, “ Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya”. Allah berfirman, “Masuklah Engkau ke Sorga!” Dan jika keadaan hamba itu seorang yang celaka, Malaikat bertanya: “Ya Robbi, berbagai amal kebaikannya telah habis, sedangkan masih tetap banyak orang yang menuntut?” Maka Allah berfirman, “Ambillah dari berbagai amal kejelekan mereka!” Maka ditambahkanlah amal kejelekan mereka (yang menuntut) kepada berbagai amal kejelekannya (yang dituntut), kemudia mereka dihantam dengan hantaman yang keras ke Neraka” (Tafsir Ibnu Katsir,II, 1999: 304-305).

عن ابن مسعود قال : قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم : « اقرأ عليَّ قلت : يا رسول الله أقرأ عليك وعليك أنزل؟! قال : نعم . إني أحب أن أسمعه من غيري . فقرأت سورة النساء حتى أتيت على هذه الآية { فكيف إذا جئنا من كل أمة بشهيد وجئنا بك على هؤلاء شهيداً } فقال : حسبك الآن . . فإذا عيناه تذرفان » .

Dari Ibnu Masud, ia berkata: Rasulullah saw. telah bersabda kepadaku: “Bacakanlah ( Al-Quran ) kepadaku!” Aku Berkata: “Ya Rasulallah, apakah pantas aku bacakan Al-Quran untuk Engkau, padahal Al-Quran diturunkan atas Engkau?!” Beliau bersabda: “Ya. Sesungguhnya aku lebih menyukai untuk mendengarkannya dari selainku.” Maka aku membacakan Surat An-Nisa sehingga tiba pada ayat ini, “fakayfa idza ji’na ming kulli ummatim bisyahidiw waji’na bika ‘ala ha’ula’I syahidan”, Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). Beliau bersabda: “Cukup Engkau penghisab sekarang……” Tiba-tiba kedua mata beliau berlinang ( Tafsir Ad-Dur Al-Mantsur,III, t.t. : 126 ).

Makna ayat tersebut, “maka bagaimanakah keadaan golongan kufur, syirik dan fasad ketika Allah  Ta’ala mendatangkan saksi dari tiap-tiap umat untuk menjadi saksi atasnya  terhadap ketaatan dan kemaksiyatan. Kalian tidak akan dihisab dengan hisaban yang jelas, disaksikan dan diberi balasan seukuran kekufuran dan keimanan, kemaksiyatan dan ketaatan. Sedangkan kami datangkan Engkau, Wahai Rasul pilihan saw. sebagai saksi atas mereka, maksudnya atas umatnya saw. barangsiapa yang beriman terhadapnya dan kufur kepadanya, karena ia bersaksi bahwa Rasulullah saw. telah menyampaikan risalahnya dan  menunaikan amanahnya (Tafsir Aysaru al-Tafasir, Abu Bakar al-Jaza’iri,I, t.t. : 262)

وقال الكلبي: يقول الله عز وجل للبهائم والوحوش والطير والسباع: كُونُوا تُرابًا فتسوى بهنَّ الأرض، فعند ذلك يتمنّى الكافر أن لو كان ترابًا كما قال الله تعالى: "ويقولُ الكافرُ يا ليتني كنتُ ترابًا"( النبأ 40 ) .

Al-Kalbi telah berkata: “Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman kepada hewan peliharaan, binatang liar, burung dan binatang buas: “Jadilah kalian tanah!” maka merekapun rata dengan tanah. Ketika itu orang yang kafir berangan-angan sekiranya keadaannya menjadi tanah, sebagaimana firman Allah Ta’ala: “dan orang kafir berkata:"Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku adalah tanah" ( QS. an-Naba’: 40 ) ( Al-Baghawi, II, 1997 : 218 )

Nilai-Nilai Keimanan di Balik Nama dan Sifat Allah Ta'ala al-Mukmin.

Setiap nama, sifat dan perbuatan Allah taala merupakan cerminan bagi setiap muslim yang memang dipercaya Allah untuk mengelola kehidupan di bumi ini  dengan prinsip keadilan dan mengembangkan perilaku Ihsan. Setidaknya, nama al-Mukmin mengajarkan kita nilai-nilai spiritual berikut : 

1). Arti penting kejujuran, amanah dan bahaya kebohongan, khianah dan segala sesuatu yang tidak searah antara lahir dan batin. Kemunafikan adalah identitas mereka-mereka yang tampil penuh daya tarik ucapan dan  pesona tubuh yang tampak meyakinkan. Sekalipun hati mereka berbeda dengan citra fisik dan pesona ucapan. Muslim terdidik, berusaha menyesuaikan kebaikan lahir dan batinnya. Menjauhi dualisme sikap kecuali saat terpaksa dan ketika berada di wilayah minoritas (taqiyah). Saat sendirian diusahakan sama ketika berkumpul dalam kebersamaan; tetap berusaha istiqomah penuh cita dan cinta. Penyakit jiwa berupa hasad dan dengki; semaksimal mungkin disingkirkan dari rerelung jiwa, agar tidak dominan dan menjadi bahasa tubuh yang memalukan.
وَذَرُوا ظَاهِرَ الْإِثْمِ وَبَاطِنَهُ إِنَّ الَّذِينَ يَكْسِبُونَ الْإِثْمَ سَيُجْزَوْنَ بِمَا كَانُوا يَقْتَرِفُونَ)
Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi. Sesungguhnya orang yang mengerjakan dosa, kelak akan diberi pembalasan (pada hari kiamat), disebabkan apa yang mereka telah kerjakan.(QS al-an'am [6]: 120)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
لَا إِيْمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ
“Tidaklah sempurna iman seseorang yang tidak menjaga amanah dan kepercayaan yang diberikan padanya” (HR. Ahmad 3/135, Ibnu Hibban 194. Dishahihkan oleh syaikh al-Albani dalam Shahiihul Jami ’)

2). Lingkungan sekitar merasa aman dari keburukan dan potensi bahaya yang senantiasa dimiliki setiap muslim. Pantang bagi muslim terdidik, melakukan pengkhianatan dan menyakiti orang lain. Tidak berusaha bersembunyi dengan maksiatnya dari kerumunan, namun lupa monitor Allah yang tak pernah berhenti; walaupun sedang sendirian. 
عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ أَنَّ النَّبِيَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: "وَاللهِ لا يُؤْمِنُ وَاللهِ لا يُؤْمِنُ وَاللهِ لا يُؤْمِنُ"، قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ: "الَّذِي لا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائقَهُ". [البخاري:(6016)]، أي شروره وأذاه، وليس هذا من أخلاق المؤمن؛ لأن المؤمن جانبه مأمون.
Sebuah informasi dari Abu Syuraih, bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Demi Allah, tidak beriman, tidak beriman, tidak beriman. Ada yang bertanya: ‘Siapa itu wahai Rasulullah?’. Beliau menjawab: ‘Orang yang tetangganya tidak aman dari bawa’iq-nya (kejahatannya)‘” (HR. Bukhari 6016, Muslim 46)

Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan, “Bawa’iq maksudnya culas, khianat, zhalim dan jahat. Barangsiapa yang tetangganya tidak aman dari sifat itu, maka ia bukanlah seorang mukmin yang baik. Jika itu juga dilakukan dalam perbuatan, maka lebih parah lagi. Hadits ini juga dalil larangan menjahati tetangga, baik dengan perkataan atau perbuatan. Dalam bentuk perkataan, yaitu tetangga mendengar hal-hal yang membuatnya terganggu dan resah”. Beliau juga berkata: ”Jadi, haram hukumnya mengganggu tetangga dengan segala bentuk keburukan. Jika seseorang melakukannya, maka ia bukan seorang mukmin, dalam artian ia tidak memiliki sifat sebagaimana sifat orang mukmin dalam masalah ini” (Syarh Riyadhis Shalihin, 3/178)

Beragam petuah-petuah nabi seputar pedoman kemasyarakatan dan panduan kehidupan sosial bertebaran dalam kitab kumpulan hadits. Terutama berkaitan dengan keamanan lingkungan akibat upaya setiap muslim untuk menahan kejahatan diri dan keburukannya dari mencederai sesama. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
المسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ , و المهاجِرَ مَنْ هَجَرَ مَا نهَى اللهُ عَنْهُ
“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang oleh Allah .” (HR. Bukhari, no. 10 dan Muslim no. 40 )
عَنْ فَضَالَةُ بْنُ عُبَيْدٍ -رضي الله عنه- قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ : ((أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِالْمُؤْمِنِ ؟ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ ، وَالْمُسْلِمُ : مَنْ سَلِمَ النَّاسُ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ ، وَالْمُجَاهِدُ: مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي طَاعَةِ اللَّهِ ، وَالْمُهَاجِرُ: مَنْ هَجَرَ الْخَطَايَا وَالذَّنُوبَ )) رواه أحمد .

Dari Fadhalah bin Ubaid radhiallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda ketika haji wada, “Maukah aku kabarkan kalian tentang ciri seorang mukmin? Yaitu orang yang orang lain merasa aman dari gangguannya terhadap harta dan jiwanya. Dan muslim, adalah orang yang orang lain merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya. Dan mujahid, adalah orang yang bersungguh-sungguh dalam ketaatan kepada Allah. Dan muhajir (orang yang hijrah), adakah orang yang meninggalkan kesalahan-kesalahan dan dosa” (HR. Ahmad, no. 23958)

Pada suatu hari, Abu Hurairah radhiyallahu anhu memberitahukan bahwa ada salah seorang sahabat yang bertanya kepada Nabi shalallahu alaihi wa salam dengan pertanyaan berikut :
يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ فُلَانَةً تَقُومُ اللَّيْلَ وَتَصُومُ النَّهَارَ، وَتَفْعَلُ، وَتَصَّدَّقُ، وَتُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا خَيْرَ فِيهَا، هِيَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ» ، قَالُوا: وَفُلَانَةٌ تُصَلِّي الْمَكْتُوبَةَ، وَتَصَّدَّقُ بِأَثْوَارٍ، وَلَا تُؤْذِي أَحَدًا؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هِيَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ»
Wahai Rasulullah, si fulanah adalah orang yang rajin shalat malam, dan rajin berpuasa pada siang hari, rajin beramal, serta rajin bershadaqah, namun ia sering menyakiti tetangganya (bagaimana ini)?, Rasulullah shalallahu alaihi wa salam menjawab : “tidak ada kebaikan padanya, ia termasuk penduduk neraka”. Mereka berkata lagi : ‘ada fulanah lain yang shalatnya hanya shalat wajib, dan sedekahnya juga sesekali saja, namun tidak menyakiti seorang pun?’, Rasulullah shalallahu alaihi wa salam menjawab : “ia termasuk penduduk surga” (HR. Bukhari dalam al-Adabul Mufrad, no. 119),  al-Bazaar dalam al-Musnad, no. 9713, dan al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, no. 9098 & 9099).

Hadits-hadits seperti ini menunjukkan bahwa amal shaleh yang begitu melimpah, namun diiringi oleh sikap menyakiti dan menteror sesama manusia, terutama sesama muslim, akan menimbulkan kebangkrutan pada hari kiamat kelak. Maka, ditemukan larangan mengancam sesama dengan senjata atau sejenisnya karena dikhawatirkan bisa tergoda oleh setan sehingga manusia lupa diri dan melakukan kezaliman kepada masyarakat. Akhirnya, dengan itu dia terancam masuk neraka. Naudzubillah.
 حديث أبي هريرة -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: لاَ يُشِيرُ أَحَدُكُمْ إِلَى أَخِيهِ بِالسِّلاَحِ فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِي لَعَلَّ الشَّيْطَانَ يَنْزِعُ فِي يَدِهِ فَيَقَعُ فِي حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ [الجمع بين الصحيحين(2452)]، 
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Janganlah ada salah seorang dari kalian memberi isyarat kepada saudaranya dengan senjata, karena dia tidak tahu boleh jadi syaitan”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Muslim.

مَنْ أَشَارَ إِلَى أَخِيهِ بِحَدِيدَةٍ فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَلْعَنُهُ حَتَّى يَنْزِعَ وَإِنْ كَانَ أَخَاهُ لِأَبِيهِ وَأُمِّهِ

“Barangsiapa memberi isyarat kepada saudaranya (untuk menakutinya) dengan sebatang besi, maka dilaknat oleh malaikat sampai ia meninggalkan perbuatan tersebut, meskipun orang yang ditakut-takuti itu adalah saudara kandung.

Dengan demikian, sangat dipahami bahwa syari'at senantiasa mencegah segala kemungkinan yang bisa merusak keamanan dan segala hal yang mengusik kenyamanan masyarakat. 

 3). Senantiasa mensyukuri nikmat keamanan dan kenyamanan yang diberikan Allah kepada kita. Sungguh termasuk nikmat besar yang diperoleh manusia setelah nikmat iman adalah rasa aman dan nyaman ini. Keamanan memberikan ketenangan jiwa yang disertai ketentraman. Manusia tidak lagi khawatir terhadap masa depan keimanan, tidak takut terhadap keselamatan jiwa, tidak khawatir terhadap keamanan aset, tidak lagi takut terhadap hilangnya hak-hak kemanusiaannya. Sungguh, harta yang melimpah jika tidak disertai keamanan akan hilang nilainya. Dengan rasa aman, manusia bisa mengembangkan harapan dan cita-cita, menikmati ketenangan jiwa, kreativitas masyarakat senantiasa berkembang. Mereka bisa saling bekerjasama demi terciptanya harapan dan kebaikan bersama. Segala potensi alam dan sumber daya manusia bisa dimaksimalkan. Jalan dan semua akses aman, bisnis berkembang dengan pesat. Industri terus bergeliat penuh harapan. Peternakan dan pertanian bisa terus produktif sehingga kemakmuran menjadi nyata, kehidupan tampak menggeliat penuh keceriaan pada semua sektor kehidupan manusia. Semua itu akibat dari adanya nikmat rasa aman dari Allah al-Mukmin. 

Allah Ta'ala senantiasa mengingatkan kita tentang nikmat keimanan dan karunia keamanan ini dalam firmaNya : 
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ. {ال عمران: 103}
Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah bercerai-berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian, lalu jadilah kalian karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara. Dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk. (QS. Ali Imran: 103)

Rasulullah juga senantiasa mengingatkan ummatnya tentang nikmat seperti ini. Dalam sebuah riwayat disebutkan : 
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم-: مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ آمِنًا فِي سِرْبِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
Barangsiapa di antara kamu masuk pada waktu pagi dalam keadaan sehat badannya, aman pada keluarganya, dia memiliki makanan pokoknya pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya. [HR Ibnu Majah, no. 4141; dan lain-lain; dihasankan oleh Syaikh Al Albani di dalam Shahih Al Jami’ush Shaghir, no. 5918]

Demikianlah nilai-nilai penting yang bisa dijadikan pelajaran berharga dari nama dan sifat Allah al-Mukmin. Semoga kita diberi kemampuan untuk mempraktekkan nya dalam kehidupan sehari-hari. Amiiiin.

Depok, 21 Januari 2019.

Referensi Utama :

1). Iblagu al-Makman Fii Syarh ismillah al-Mukmin.
https://khutabaa.com/khutabaa-section/corncr-speeches/177869
2). Ismullah al-Mukmin, https://kalemtayeb.com/safahat/item/5964
3). al-Mukmin,
https://www.dorar.net/aqadia/638/-%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%A4%D9%85%D9%86


0 komentar:

إرسال تعليق

Categories

About Us

There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form.

نموذج الاتصال