الجمعة، 7 ديسمبر 2018

Merawat Cinta dan Memenej Amarah Versi Islam

Cinta dan benci lahir dari hati manusia. Hati yg menjadi tempat ideologi (iman) dan keyakinan. Jika cinta menghasilkan keikhlasan dan ketundukan kepada Allah maka itulah ibadah. Karena memang ibadah adalah cinta yang berpadu dg ketaatan. Kalau hanya tunduk patuh tanpa disertai rasa cinta maka biasanya disebut nifaq. Sebuah istilah yang dinisbatkan kepada orang-orang yang menampakkan keislaman secara fisik, namun memendam kebencian kepada Islam dan pengikut setianya secara batin. 

Allah sebagai objek cinta merupakan zat yang telah berbuat baik (Ihsan) sepenuhnya kepada makhukNya dg penuh kasih sayang. Itulah Rububiyah Allah yang artinya mencipta, memberi rezeki, mengarahkan, membina mendidik, dg segala bentuk aktivitas yang terkandung dalam nama dan sifat-sifat Nya (Asmaul Husnaaa)


Konsekwensi dari Rububiyah Allah ini, maka Dialah satu-satuNya Zat yang pantas dicintai, diharapkan dan ditakuti. Perpaduan dari cinta (mahabbah), harapan (raja') dan rasa takut ini ( khauf) menghasilkan takwa. Status besar yang menjadi impian sejati setiap muslim. Karena takwa adalah hasil dari ibadah dan ibadah meningkatkan ketakwaan. Ibadah adalah pengorbanan penuh keikhlasan kepada Allah yang dicintai, yg diharapkan sekaligus yang ditakuti. Kata Ahli spiritual Islam, harapan dan rasa takut kepada Allah ini layaknya seperti kendaraan; harapan itu adalah tuas gas yg mendorong kita melaju kepada Allah. Rasa takut itu adalah rem yg menekan dan menyetop kita dari maksiat, sedang cinta Allah itu adalah sang pengendara. Aslinya adalah cinta yang menggerakkan gas kehidupan. Keduanya adalah tujuan, sedang rem hanya sebagai penunjang dan pelengkap; bukan tujuan itu sendiri. 

Kasih Sayang Allah Melampaui KemarahanNya

Setelah Allah menciptakan semua makhluk, Allah mencatat prinsip ketuhanan di ArasNya, "Sungguh rahmatKu melampaui azabKu.' (hadits qudsi). Inilah kebijakan resmi Allah dlm mengelola semua peristiwa di alam semesta ini. Efeknya di dunia antara lain, memberi kesempatan kepada pelaku dosa bermaksiat dg beragam bentuknya, sekali pun Allah tidak suka. Karena Rahmat Allah ini pula manusia mendapatkan kebebasan memilih dalam setiap kesempatan hidupnya; antara yg baik atau pun yang buruk. Inilah yg disebut ujian. Yaitu  proses memilih yang baik di saat ada opsi lain berupa keburukan. Proses mengambil yang halal ketika yg haram juga tersaji dst. 

Karena Rahmat ini pula Allah lebih banyak mengampuni hambaNya dibanding mengadili mereke di dunia ini. Bahkan karena Rahmat Allah ini segala hal bisa berjalan normal sesuai ketetapan/kadar dan peristiwa/qadha'Nya. Suatu pilar keimanan yang wajib diterima sebagai konsekwensi Allah sebagai rabbul 'alamin.

Allah pun Bisa Marah.

Sekali pun Allah pemaaf, namun Dia pun bisa marah. Dalam banyak ayat, Allah sering mengingatkan, "Sungguh Aku maha pengampun dan  maha penyayang. Tapi, jangan lupa azabKu pun sangat menyakitkan."

Bentuk marah ini sering Allah ungkapkan kepada orang-orang Yahudi. Alasannya, mereka sering ingkar janji (Mou) kepada Allah. Mereka paham maksud Allah dlm Taurat, tp mereka suka malas, tidak mau menerima nasehat, suka menentang perintah dan semua bentuk kesombongan yang ada. Makanya, kita dalam setiap rakaat diajarkan untuk meminta hidayah (ilmu dan amal) agar tidak tertimpa oleh penyakit kesombongan mereka sehingga termasuk orang yang dibenci Allah (ghairil magdubi 'alaihim). 

Cinta dan Benci Karena Allah. 

Mencintai apa dan siapa pun yang dicintai Allah dan membenci apa pun dan siapa pun yang dibenci Allah adalah konsekwensi iman. Itulah wala' bara' (loyal dan disloyalitas) namanya. Siapa pun berangkat dari perspektif ini, maka dia akan merasakan lezatnya iman. Ada 3 hal kata Rasul, siapapun memilikinya, pasti dia merasakan manisnya iman. Pertama, Dia lebih mencintai Allah dan rasul-Nya melebihi apa pun. Kedua, dia mencintai seseorang, murni karena Allah. Ketiga, dia benci kembali kepada kekafiran sebagai mana dia benci dihempaskan ke dalam neraka. 

Lalu bagaimana dg Nasionalisme (cinta tanah air) ? Di tulisan selanjutnya Insya Allah. Dg judul : Mencintai Ortu, Pasangan, Teman, Bangsa dan Negara dalam Islam.

Wallahu a'lam.

Penulis : H. Idrus Abidin, Lc, M.A

0 komentar:

إرسال تعليق

Categories

About Us

There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form.

نموذج الاتصال