الأحد، 8 يناير 2012

KLAIM SYI’AH TENTANG KEKHALIFAAN ALI PASCA WAFATNYA RASULULLAH DAN JAWABAN AHLU SUNNAH TERHADAPNYA (Bag.2)

     
 ALih Bahasa : Idrus Abidin


At-Tijani melanjutkan perkataannya dengan menulis, "Pembaiatan Abu Bakar sebagai khalifah tidaklah berdasarkan hasil musyawarah, tetapi itu terjadi manakala orang-orang lagi sibuk, khususnya para pemimpin mereka sebagaimana yang dikatakan oleh ulama, karena ketika itu mereka disibukkan oleh pengurusan jenazah Rasulullah dan penguburannya. Penduduk Madinah dikejutkan oleh kematian Rasulullah dan kemudian dipaksakan untuk untuk berbaiat. Mereka diancam dengan pembakaran rumah Fathimah jika orang-orang tidak berbaiat dan tidak mau keluar dari rumah tersebut. Lalu bagaimana mungkin kita bisa mengatakan bahwa baiat tersebut berdasarkan hasil musyawarah dan ijma.[1]"
      Dengan memohon taufik dari Allah Swt saya katakan :
1)    Jika kekhalifahan Abu Bakar terjadi tanpa musyawarah dan dalam kondisi orang-orang muslim sedang kebingungan (berkabung), lalu bagaimana At-Tijani bisa memadukan perkataannya ini dengan sebelumnya bahwa sebagian sahabat tidak memberikan baiat kepada Abu Bakar ?! apakah orang-orang muslim adalah kelompok kecil itu?! Hingga ia katakan bahwa itu terjadi tanpa musyawarah. Padahal kami sudah menjelaskan dari literatur At-Tijani sendiri bahwa itu terjadi sesuai dengan musyawarah kaum Muslimin. Dan Abu Bakar dibaiat di Tsaqifah dan pada pembaiatan umum oleh umat !
2)   Ia mengatakan bahwa penduduk Madinah dikejutkan dengan wafatnya Rasulullah Saw, setelah itu mereka dipaksa untuk berbaiat. Subhanallah…. Siapa yang memaksa penduduk Madinah berbaiat?! Apakah Abu Bakar dan Umar?! lalu bagaimana keduanya memaksa mereka?! Apakah malaikat membantu mereka berdua?1 Atau keduanya dibantu oleh bagian keamanan nasional atau pasukan pertahanan? atau keamanan revolusi ??!
Ali bin Abi Thalib didukung dengan dalil-dalil yang jelas untuk menjadi khalifah. Ahlul halli wal Aqdi  dan penduduk Madinah tidak bisa menghalangi Abu Bakar menjadi khalifah, padahal beliau hanya didukung oleh segelintir penduduk. Bahkan beliau bisa menjadi khalifah walaupun ditentang oleh mayoritas umat Islam?
Demi Allah, jika kebodohan adalah seekor kucing pasti saya letakkan anjing didekatnya !! Kotoran apalagi yang dihasilkan oleh tinta pena orang cerdas ini! Ia tidak didukung oleh dalil-dalil yang masuk akal apalagi dalil yang berasal dari Al-Qur'an dan sunnah. Jadi, pembaiatan sahabat terhadap kekhalifaan Abu Bakar tidak bisa dipungkiri. Ahli syair mengatakan, 
Apakah ada sesuatu yang masuk akal jika siang masih membutuhkan bukti ?1
Bahkan orang-orang Syiah Itsna Asyariah mendukung realitas ini dan tidak bisa membantahnya. Imam Syiah Itsna Asyariah Hasan bin Musa An-Nuwaihti mempertegas hal ini dalam kitabnya "Firaaq As-Syi'ah" dengan mengatakan, "Sebagian besar penduduk Madinah mendukung Abu Bakar sebagai khalifah. Mereka sepakat dengan Umar tentang hal itu dan ridha dengan mereka berdua."[2] Ibrahim Ats-Tsaqafi, salah seorang Imam Syi'ah Itsna Asyariah memaparkan perkataan Ali bin Abi Thalib r.a. dalam beberapa suratnya kepada sahabat-sahabatnya, "Maka orang-orang berkumpul mendukung Abu Bakar dan berkerumun untuk membaiatnya.[3]" Kemudian pentahqiq kitab tersebut menjelaskan arti orang berkumpul yaitu, Terkumpulnya sesuatu dari semua arah -sebagaimana terkumpulnya tanah- terhadap    Abu Bakar. Ia mengatakan, "Al-majlisi berkata, "Berkumpul berarti bersegera."[4] Adapun Ibnu Mutahhir Al-Huli ia juga tidak bisa menolak realitas ini. Ia kemudian mengigau dengan berkata, "Mayoritas umat membaiatnya agar mereka bisa mendapatkan harta.[5] setelah itu datang  orang yang  mengaku telah mendapatkan hidayah (At-Tijani-pent.) menyingkap sesuatu yang belum pernah dikenal oleh Ahlussunnnah dan Syi'ah Rafidhah bahwa Abu Bakar dan Umar memaksa umat untuk membaiat Abu Bakar?! Ia mengungkapkan berbagai hujjah yang katanya membuktikan hidayah tersebut. Saya harap agar ia berhenti dari perbuatannya tersebut karena saya khawatir kalau dikagetkan  dengan berkumpulnya orang-orang untuk membaiatnya kepada hidayah !!!.
3)      Adapun tentang pembakaran rumah Fatimah, hal itu telah saya jelaskan sebelumnya.[6]
4)    Ia mengatakan, "Umar bin Khatttab sendiri mengetahui bahwa bai'at tersebut adalah sesuatu kesalahan yang semoga Allah swt melindungi orang-orang muslim darinya. Siapapun yang berbuat demikian bunuh sajalah dia, atau ia mengatakan, "Siapapun yang mendakwahkan pendapat demikian,  maka ia tidak boleh dibaiat lagi begitupun orang-orang yang membaiatnya.[7]"
 Saya berkata, "Riwayat yang dari Umar tidak demikian lafazhnya, baik dalam kitab Shahih Bukhari maupun dalam literatur hadits lainnya. Hadits tersebut sangat panjang, diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Umar berdiri menyampaikan khutbah di Madinah untuk menjawab pendapat yang dihembuskan oleh seseorang. Diantara isi khutbahnya ialah, "Saya telah mendengarkan salah seorang diantara kalian mengatakan, "Demi Allah, jika Umar telah wafat pasti saya membait fulan." Jangan sekali-kali ada yang mengatakan bahwa pembaitan Abu Bakar adalah sebuah kejadian tiba-tiba. Betul, itua dalah kejadian tiba-tiba, tetapi Allah swt melindungi orang-orang muslim dari fitnahnya. Tidak ada seorangpun yang dipotong lehernya layaknya Abu Bakar. Barang siapa yang membaiat seseorang tanpa adanya musyawarah dari orang-orang muslim maka ia tidak bisa dibaiat, demikian pula orang yang membaiatnya. Hal itu bisa membuatnya terbunuh.[8] Arti perkataan Umar bahwa itu adalah kejadian tiba-tiba adalah kejadian yang tidak ada persiapan sebelumnya. Demikianlah prosesi pembaiatan Abu Bakar, tanpa persiapan apa-apa sebelumnya. Tapi Allah swt menjauhkan fitnah dari kejadian itu.Hal itu diberi alasan oleh beliau dengan mengatakan. "Dan tidak ada diantara kalian yang di potong lehernya seperti Abu Bakar,  maksudnya tidak ada diantara kalian yang bisa mencapai kedudukan Abu Bakar dan keutamaannya, karena dali-dalil tentang itu sangat jelas dan kesepakatan orang-orang untuk membaiatnya tidak ada yang bisa memungkirinya. Al- khattabi mengatakan, "Orang-orang terdahulu masuk Islam diantara kalian tidak mampu menempati posisi Abu Bakar. Jadi, jangan seorangpun diantara kalian yang memimpikan bisa dibaiat layaknya Abu Bakar, awalnya beliau dibaiat oleh kelompok kecil kemudian mayoritas umat ikut membaiatnya." Tidak ada perbedaan pendapat tentang  hal itu, karena beliau memang pantas untk menjadi khalifah. Penduduk Madinah tidak lagi harus berfikir dan memusyawarahkannya. Tapi selain beliau itu tidak bisa dilakukan.[9] jelas Umar mengatakan hal ini karena adanya perkataan bahwa jika Umar telah wafat pasti saya membaiat fulan. Maksudnya ia menghendaki kejadian lain terjadi layaknya apa yang terjadi bagi Abu Bakar, padahal itu tidak bisa lagi terjadi. Bahkan sudah mustahil orang-orang sepakat dengan seseorang untuk diangkat menjadi khalifah sebagaimana yang pernah terjadi pada Abu Bakar. Barang siapa yang ingin membaiat seseorang tanpa dukungan mayoritas umat Islam maka sebenarnya ia terancam pembunuhan. Inilah maksud dari perkataan Umar " hal itu bisa menyebabkan ia terbunuh " artinya bahwa siapapun yang berbuat demikian ia dan pembaiatnya terancam hukuman mati.[10]
      Dari sini, jelaslah maksud Umar dalam masalah ini. Adapun At-Tijani, ia hanya menukil riwayat ini dari Umar dengan cara terpotong. Ia tidak menukil latar belakang perkataan itu. Jika latarbelakangnya sudah diketahui maka batAllah hujjah yang dipedomani At-Tijani. Bahkan hujjah itu menyerang dirinya sendiri kareana Umar mengatakan hal itu untuk memperjelas keutamaan Abu Bakar, yaitu kesepakatan mayoritas orang dan dukungannya terhadap beliau. Inilah sebenarnya yang terjadi. Sejarahpun menjadi saksi atas kejadia tersebut. Jika ada yang mengira perkataan Umar itu sebagai celaan bagi Abu Bakar itu hanya karena kedangkalan pemahamannya tiada lain!!
       Kemudian dengan penuh kebohongan ia mengatakan bahwa Ali mengomentari kekhalifahan Abu Bakar dengan mengatakan, "Demi Allah, Abu Bakar telah menyandang jabatan khilafah, ia tidak tahu bahwa saya dan khilafah bagaikan dua sisi mata uang. Banjir bah menjauh dariku dan burung pun tidak lagi mendekat kepadaku.[11]"
       Jawaban saya (Ahlusunnah) :
Pertama: Sangat mustahil Ali mengatakan hal ini kepada Abu Bakar atau ia menyatakan lebih berhak menjadi khalifah dibanding beliau. Jika Ali dan khilafah bagaikan dua sisi mata uang, maka tidak mungkin ia membaiat Abu Bakar. Ini sudah kesepakatan Ahlus Sunnah dan Syi'ah.
       Kedua: Seandainya benar Ali mengatakan demikian, kita tidak melihat itu sebagai penghinaan terhadap Abu Bakar. Bahkan kelihatannya itu lebih mengurangi keutamannya dibandingkan Abu Bakar, karena kami telah jelaskan bahwa ulama sepakat dengan kekhalifahan Abu Bakar tanpa sedikitpun pemaksaan. Orang Anshar dan Muhajirin termasuk di dalamnya Bani Hasyim membaiat Abu Bakar tanpa sedikitpun paksaan, dan ini sama sekali bukan rekayasa Abu Bakar. Adapun klaim bahwa Ali mengatakan, "Ia dan khilafah bagaikan dua sisi mata uang", disini saya katakan bahwa tidak mungkin Abu Bakar melangkahi seseorang yang jelas-jelas berhak sebagai khalifah, berdasarkan dalil-dalil yang sangat nyata. Seandainya khilafah adalah hak Ali, pasti dialah yang akan dibaiat oleh masyarakat. Bukan Abu Bakar yang mereka baiat. Jika hal itu sudah jelas, berarti kita sudah yakin bahwa yang berhak menjadi khalifah adalah Abu Bakar. Adapun dalil-dalil yang dikatakan sebagai penegas kekhalifaan Ali, sangat lemah dibanding dengan sarang laba-laba. Ia tidak bisa menandingi hadits-hadits keutamaan Abu Bakar sebagai khalifah.
     Ketiga:  Sudah sangat jelas berdasarkan  berbagai bukti bahwa Ali membaiat Abu Bakar sebagai khalifah, baik itu pada fase awal pembaiatan maupun setelah berlalu enam bulan lamanya. Nah, bagaimana mungkin dikatakan bahwa Ali mengatakan sesuatu yang sering diistilahkan sebagai "Khutbah Syaqsiqiyyah", jika kita mengakui bahwa Ali berbaiat, padahal perkataan yang disandarkan kepadanya adalah bohong belaka, maka sungguh jelaslah kebenaran kami. Jika mereka (Ar-Rafidhah) mengatakan bahwa Ali hanya berbaiat agar tidak dicela, maka kami katakan, "Mustahil sekali bagi Ali yang telah mengetahui kebenaran berdasarkan dengan dalil-dAli yang sangat jelaskemudian ia meninggalkan kebenaran hanya karena takut terhadap seseorang atau ia berpura-pura setuju dengan pembaiatan Abu Bakar. Ini adalah kemunafikan yang sebenarnya. Kami sangat menjauhkan Ali dari sikap demikian.
      Keempat: Kitab Nahju Al-Balaghah bukanlah hujjah terhadap Ahlu Sunnah, bahkan ditentang oleh sebuah riwayat dari Imam Bukhari dan Muslim pada kitabnya masing-masing dari hadits Aisyah[12] yang mempertegas pembaiatan Ali terhadap Abu Bakar dan pengakuannya tentang keutamaan dan haknya sebagai khalifah.
      Kelima: Apakah At-Tijani yang merasa mendapat hidayah dan objektif, telah membaca semua isi kitab Nahju Al-Balaghah atau hanya memilih bagian-bagian tertentu untuk dinukil didalam kitabnya yang mendukung klaimnya? Jika kita periksa surat-surat Ali, kita dapati sesuatu yang bertolak belakang dengan nukilan At-Tijani.[13] Pada salah satu suratnya kepada Muawiyah yang dijadikan hujjah untuk mempertegas kekhalifaan Ali dan kepantasannya untuk dibaiat berbunyi, "Bahwa saya telah dibaiat oleh orang-orang yang telah membaiat Abu Bakar, Umar, dan Utsman, cara mereka ketika membaiat saya sama ketika mambaiat  para khalifah terdahulu. Tidak ada peluang bagi yang hadir untuk memilih dan yang tidak hadir untuk menolak, tetapi hasil musyawarah dari Muhajirin dan Anshar. Jika mereka sepakati seseorang menjadi khalifah, itu akan menjadi keridhaan Allah swt, jika mereka tidak taat kepada khalifah maka mereka tercela atau telah berbuat bid'ah. Kembalikanlah mereka kepada ketaatan dan jika mereka enggan, maka perangilah karena mereka telah mengikuti jalan selain jalan orang-orang mukmin, Allah akan membuat mereka berpaling karena keterpalingan mereka."[14]
      Maha suci Allah, Bagaimana bisa perkataan Ali "Abu Bakar telah menyandang khilafah" sejalan dengan perkataanya tadi "bahwa saya telah dibaiat oleh orang-orang yang membaiat Abu Bakar sebagai perampas khilafah dan pada waktu bersamaan Ali sendiri mengakui kekhalifaan Abu Bakar, bagaimana bisa bertemu antara perkataan Ali yang berbunyi bahwa Abu Bakar tidak tahu kalau saya dengan khilafah bagaikan ulekan dengan alat tumbuknya." Dengan perkataanya, "Tidak ada peluang bagi yang hadir untuk memilih dan yang tidak hadir untuk menolak." Belum lagi perkataanya, "Tetapi hasil musyawarah antara Muhajirin dan Anshar, jika mereka sepakati seseorang untuk menjadi khalifah, itu akan menjadi keridhaan Allah, jika mereka tidak taat kepada khalifah maka mereka tercela atau berbuat bid'ah, kembalikan mereka kepada ketaatan, jika mereka enggan maka perangilah karena mereka telah mengikuti selain jalan orang-orang mukmin!!!"
Saya katakan kepada orang-orang berakal apakah ada pertentangan lebih jelek daripada ini?! Bukankah itu bukti paling nyata bahwa kitab Nahju Al-Balaghah bukan semuanya milik Ali bin Abi Thalib, tetapi sebagian besar darinya adalah perkataan yang disandarkan kepadanya. Ali memberi nasehat tanpa adanya pertentangan, bagaimana mungkin pertentangan hebat ini bisa terjadi? Dari sin kita tahu bahwa penulis kebohongan ini yang disandarkan kepada Ali dengan penuh kepalsuan dan kebohongan adalah penulis Nahju Al-Balaghah, Imam Rafidhah Syarif Ridha. Dari surat Ali kepada Muawiyah tersebut kita dapat mengungkap bahwa pembaiatan Abu Bakar bukanlah dengan cara palsu, tetapi terangkatnya beliau sebagai khalifah karena baiat orang-orang Muhajirin dan Anshar lewat jalan musyawarah. Jika Anda sudah tahu tentang hal tersebut pembaca budiman, itulah kebenaran yang harus Anda yakini agar Anda selamat!.
      Kemudian ia mengatakan, "Saad bin Ubadah mencela Abu Bakar dan Umar dan berusaha melengserkannya dari kursi kekhalifaan, seandainya bukan karena sakit yang dideritanya pasti ia mencegah meraka berdua dan memeranginya hingga akhir omong kosong tersebut.[15]
      Jawaban saya:
     Pertama: Seandainya riwayat ini benar, ia hanya merusak keredibilitas Saad dan sama sekali tidak mengangkat pamornya. Tapi perkatan dan perbuatan yang demikian nampaknya jauh dari para sahabat Rasulullah Saw. seperti Saad bin Ubadah, pembesar kaum Anshar.
       Kedua: Menukil dari kitab "Tarikh al-Khulafaa" yang disandarkan kepada Ibnu Qutaibah tidak menjamin keabsahan riwayat tersebut.
       Ketiga: Saya tidak menjelaskan kepalsuan riawayat ini dengan dalil-dalil dan hujah dari as-Sunnah, tetapi saya hanya mengangkat kembali hujjah yang kalian pedomani, yaitu surat Ali kepada Muawiyah dalam referensi utama kalian "Nahju Al-Balgah." Ali mengatakan bahwa Abu Bakar dibaiat oleh orang-orang Muhajirin dan Anshar lewat keputusan musyawarah. Ia juga mengatakan, "Jika mereka tidak taat kepada khalifah, maka mereka tercela atau berbuat bid'ah. Kembalikan mereka kepada ketaatan." jika kita mengakui bahwa pengakuan At-Tijani tentang Saad maka pujian apa atau hujjah apa yang diperoleh Saad dengan mencela Abu Bakar dan Umar? padahal ia telah dibaiat oleh orang-orang Muhajirin dan Anshar. Apakah perbuatan Saad ini menbatalkan hasil keputusan musyawarah mereka?! Apakah jika ia memberontak terhadap mereka berarti ia benar?!. Atau ia harus dikembalikan kepada ketaatan atau harus diperangi karena ia keluar dari jamaah kaum Muslimin?!!! Saya berkata kepada At-Tijani, "Jika Anda menolak itu, berarti Anda menolak kitab terpenting yang Anda jadikan referensi untuk menyerang lawan-lawan Anda. Hal itu sangat menguntungkan kami Ahlus Sunnah karena kalian mempertegas bahwa referensi kalian ini hanyalah kumpulan kebohongan terhadap Ali dan segenap keluarganya. Jika Anda katakan bahwa perkataan Ali itu  benar, maka ada dua hal yang mutlak bagi Anda, yaitu apakah Anda mengakui bahwa perkataan dan perbuatan Saad tersebut bertentangan dengan kebenaran dan hasil musyawarah mayoritas umat Islam?. Dengan ini, Anda telah menolak sendiri pendapat Anda tentang ketidak absahan kekhalifaan Abu Bakar r.a. atau Anda mengakui bahwa apa yang diriwayatkan dari Saad hanyalah kebohongan dan kebatilan. Pengakuan ini adalah bukti nyata bahwa apa yang diriwayatkan dalam kitab Tarikh Khulafa adalah batil dan tidak bisa di jadikan hujjah, baik dari segi sanad maupun matan. Hal itu juga mengharuskan Anda menolak riwayat-riwayat yang disandarkan kepada Fatimah  r.a dengan penuh kebohongan tentang Abu Bakar dan Umar. Saya kira ini adalah keharusan yang mutlak dan tidak disengaja dari At-Tijani bahwa kitab Tarikh al-Khulafaa, Al-Imamah atau As-Siyasah disandarkan kepada Ibnu Qutaibah. Setelah itu, saya katakan kepada At-Tijani, "Perkataan yang mana Anda pilih wahai orang yang mengaku objektif ?!. Setelah saya menjawab hujjah-hujjah At-Tijani tentang Abu Bakar, saya menegaskan:
     Jika kita sudah tahu bahwa perkataan Umar bin Khattab "Pembaitan Abu Bakar adalah suatu kejadiaan tiba-tiba" adalah merupakan pujian dan bukan sama sekali penghinaan bagi beliau.
     Jika kita sudah tahu bahwa Ali mengakui bahwa Abu bakar dibaiat oleh kaum Muhajirin dan Anshar melalui musyawarah maka Allah  Swt telah meridhainya.
     Apabila pembaitan Abu Bakar sebagai khalifah benar sesuai dengan hasil musyawarah dan ijma', maka kita tahu bahwa perkataan yang di sandarkan kepada Saad bin Ubadah adalah batil.
      Jika kita sudah tahu bahwa baiat tersebut berasal dari kehendak para sahabat, diantaranya Ali dan Bani Hasyim, yang mana hal itu sesuai dengan kesepakatan para sejarawan seperti At-Thabari, Ibnu atsir, Al-Istiaab dan semua yang mengangkat masalah pembaitan Abu Bakar, diantaranya kitab Nahju al-Balagah kita ketahui bahwa dalil-dalil sangat jelas mendukung keabsahan kekhalifahan Abu Bakar. Sekarang saya sudah bisa menjawab pertanyaan At-Tijani, Apa bukti dari keabsahan kekhalifaan Abu Bakar? saya jawab bahwa hujjahnya sangat jelas bagi kami kalangan Ahlu Sunnah wal Jama'ah dan sangat tegas bagi Ahli fitnah dan pembual?!

Bersambung ke bagiab ke-3 pada link berikut :
http://idrusabidin.blogspot.com/2012/01/klaim-syiah-tentang-kekhalifaan-ali_7369.html


[1]  Tsumma Ihtadaitu hal. 136.
[2]  Firaq As-Syi'ah karangan An-Nuwaihti hal. 4 cetakan Dar Al-Adwa'
[3]  Al-Garaat karangan Ats-Tsaqafi hal. 305-306 bab : surat-surat Ali kepada para sahabatnya.
[4]  Ibid hal. 306
[5]  Lihat Al-Minhaj juz 2 hal 16.
[6]  Lihat hal.
[7]  Tsumma Ihtadaitu hal. 136-137.
[8]  Shahih Bukhari  kitab: Al-Muharibin  No. 6442.
[9]  Al-Fath juz 12 hal. 155.
[10]  Ibid.
[11]  Tsumma Ihtadaitu hal. 137.
[12]  Lihat hal.
[13]  Seperti perkataannya ( ….biarkanlah aku dan carilah selain aku )
[14]  Nahju  Al-Balagah hal. 530.
[15]  Tsumma Ihtadaitu hal 137.

0 komentar:

إرسال تعليق

Categories

About Us

There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form.

نموذج الاتصال