By. Idrus Abidin.
Hidup
adalah pertarungan ideologi. Hak dan batil selalu berhadapan. Muslim
terus belajar kepada Allah Ta'ala via para nabi yang berbekal kitab
suci. Malaikat senantiasa ikut mendukung, menghibur, memotivasi dan
membela mereka hingga bisa Istiqamah sesuai kadar semangat dan tingkat
kejujuran mereka dalam berislam. Di pihak lain, orang-orang kafir
bersekutu dengan setan; baik yang berwajah manusia maupun yang
bertampang jin. Mereka berkolaborasi dalam keburukan dan terus
memutarbalikkan fakta; sihir dianggap mukjizat, nabi dan rasul dianggap
propokator. Orang beriman dianggap preman berjubah. Amar makruf nahi
mungkar dianggap memecah NKRI. Info-info kritis seputar penyelenggaraan
negara dianggap hoaks. Padahal, apa yang dianggap hoaks itu; cepat atau
lambat, nyata dalam kehidupan berbangsa. Demikianlah tabiat kehidupan
dunia. Ia adalah serial keberpihakan; loyal terhadap kebenaran atau
vokal berjuang demi keburukan dengan beragam istilah mentereng penuh
jebakan. Itulah sebagian tipu daya setan kepada para pemuja iblis; terus
dilalaikan dengan kenikmatan semu. Senantiasa diiming-imingi dengan
kenikmatan sesaat. Dan akan terus dikibuli dengan beragam janji-janji
palsu yang tampak menarik oleh mereka yang kebelet hawa nafsu dan sifat
kebinatangan.
Langkah-langkah dan Perangkap Setan.
Setan
tak mengenal waktu jeda dan istirahat untuk terus mengeluarkan
jurus-jurus ampuh yang mereka berdayakan demi agar manusia dibenci Allah
atau tersesat di perjalanan menuju kepadaNya. Mereka yang tidak ikhlas
dan jauh dari cipratan hidayah dipastikan akan menjadi tawanan potensial
kalangan setan. Keburukan menjadi bahan mentah yang siap diolah oleh
para perampok dan pencuri ketaatan ini. Beragam cara dan intrik mereka
tempuh supaya manusia dan jin terperangkap ke dalam jerat-jerat
keburukan. Minimal ada tujuh perangkap yang mereka siapkan demi
tercapainya cita-cita mereka menjadikan manusia dan jin terdaftar secara
resmi dalam list orang-orang durjana dan sebagai penduduk asli di
neraka :
1. Kekafiran dan Kesyirikan.
Kufur
adalah kata lain dari gembok batin yang menutupi mata, telinga, nalar
dan hati dari cipratan hidayah dan petunjuk Allah. Sedang syirik adalah
istilah lain bagi mereka yang mengakui adanya kekuatan lain selain Allah
yang berpengaruh dan bisa mengarahkan peristiwa yang terjadi di alam
semesta ini. Jimat, berhala, mitos hingga perbintangan seperti virgo,
scorpio, leo dan semisalnya diyakini sebagai yang memiliki efektivitas,
pengaruh dan khasiat. Mereka akhirnya bermasalah dalam hal keyakinan
terhadap rububiyah dan qadha dan Qadar Allah Ta'ala. Padahal, Allah tak
akan pernah menerima iman dan amal yang tidak murni karena Allah.
Semakin manusia kafir, semakin manusia syirik maka semakin kuat pula
gembok jiwa itu menutupi kesadaran manusia.
2.
Bid'ah dan semua keyakinan serta amalan rekaan yang dijadikan semacam
ijtihad prematur dalam masalah keagamaan oleh mereka yang bukan
ahlinya.
Bid'ah adalah
kreativitas manusia dalam bidak keislaman yang dipengaruhi oleh kerangka
berpikir yang bukan lahir dari rahim Islam itu sendiri. Filsafat
seringkali dituduh sebagai biang kerok lahirnya pemikiran seperti ini
dalam bidang akidah. Terbentuklah ilmu Kalam dengan beragam Mazhab dan
metodologinya dengan debat (Mantiq) sebagai sarana utamanya. Kaburlah
Keyakinan benar dalam lautan syubhat yang seolah tak lagi menghasilkan
kecuali keraguan dan kebimbangan. Bahkan, menimpa ulama-ulama kaliber
dunia karena terjadinya simpang siur rasionalitas. Maka tak heran, di
penghujung hidup mereka, tak sedikit yang mengumumkan bahwa akidah kaum
awam (ahlul hadits) yang bertumpu pada fitrah dan rasionalitas sederhana
adalah identitas asli akidah Islam. Intelektualitas rasional yang
dibanggakan sebagai ciri ilmu Kalam hanyalah bagian dari perangkap setan
yang telah melululantakkan keserjanaan dan keilmuan Islam.
Di
bidang fikih, banyaknya zikir-zikir dan shalawat rekaan dari beragam
grup dan kelompok thariqat seolah mengalihkan masyarakat muslim dari
do'a-do'a Rasulullah, para sahabat dan kalangan tabi'in. Shalawat
digemakan setiap saat, namun belum tentu tilawah harian. Tahlilan
disemarakkan padahal tahlilan 100 x tiap pagi dan petang sebagai mana
petunjuk praktis Rasul tak digubris apalagi diamalkan. Maka hilanglah
prioritas amal. Kacaulah standar haram, makruh, mubah, sunnah dan wajib.
Semuanya simpang siur dan menjadi syubhat yang menyambar-nyambar. Setan
bergembira tiada kira. Karena hilangnya standar kejelasan dalam bidang
akidah dan ibadah menjadi lahan empuk di mana mereka menyemai bid'ah,
syubhat bahkan memporak-porandakan ikatan ukhuwah. Bid'ah menjadi
senjata ampuh setan karena ketika manusia mengamalkannya; mereka merasa
sedang dalam ketaatan. Padahal, amalan sunnah yang potensial mendekatkan
surga dan menjaring ridha Allah; banyak dibiarkan akibat gelapnya
syubhat dan minimnya pengetahuan agama.
3. Dosa-Dosa Besar.
Riba,
zina, perdukunan, syirik, pembunuhan, durhaka terhadap orang tua dll
termasuk umpan setan yang banyak kalangan manusia terjebak di dalamnya.
Umumnya disebabkan oleh hawa nafsu yang terpancing oleh iming-iming
setan. Yaitu ketidaksabaran untuk mendapatkan sesuatu yang dipandang
menambah gengsi, mengupdate harga diri dan melambungkan citra diri.
Semua yang dianggap sebagai halangan dibunuh. Semua larangan dilabrak.
Hingga semua dosa besar seolah dilist sebagai menu pelanggaran dan
prestasi unggulan. Naudzubillah.
4. Dosa-Dosa Kecil.
Jika
manusia berat dan susah dikibuli dengan kufur dan syirik, bid'ah dan
syubhat, dosa-dosa besar, maka dosa-dosa kecil pun menjadi pilihan.
Berbohong, menipu, pencitraan, pengkhianatan, pacaran, dan beragam
pelanggaran lain menjadi umpan berbahaya bagi sang pemuas nafsu dan
pecinta dunia.
5. Kegiatan yang bersifat mubah.
Banyak
kegiatan yang bersifat rutinitas dan umumnya mubah bisa juga menjadi
perangkap setan. Berlama-lama dalam tidur. Berkepanjangan ketika
berkumpul bersama teman hingga lalai dari shalat sunnah qabliyah dan
tilawah harian; termasuk hal mubah yang menghabiskan umur. Terutama
sekali HP cerdas yang membuat manusia begitu mudah terhubung dengan FB,
Instagram, YouTube dan berselancar sangat lama dalam dunia hiburan.
Hilangnya kesempatan hidup akibat ramainya kegiatan yang bernuansa mubah
seperti ini sangat banyak merugikan manusia. Itulah yang sering disebut
kelalaian. Naudzubillah.
6. Sunnah-Sunnah Berpahala Kecil.
Sungguh
setan sangat cerdik mencuri waktu dan jatah hidup manusia. Jika hal-hal
mubah susah dijadikan perangkap, amalan-amalan sunnah berpahala kecil
pun diberdayakan. Seperti baca barzanji yang merupakan karya sastra
dalam bidang Sirah Nabawiyah. Seolah ia bacaan wajib pada setiap
hajatan. Padahal yang membaca belum tentu mengerti makna dan artinya,
apalagi nilai keindahan sastranya. Padahal jika baca buku Sirah
Nabawiyah berbahasa Indonesia disertai pemahaman hikmah pada setiap
peristiwa, tentu jauh lebih bermakna. Karena bukan sekedar ritual tanpa
pemahaman ke arah makna hidup yang lebih aktual. Tak sedikit kita dapati
adanya jama'ah tilawah harian di masjid atau musholla. Padahal taklim
pekanan atau bulanan sedang dilaksanakan. Tilawah memang bernilai
tinggi. Tapi saat dibenturkan dengan taklim yang berpahala besar, tentu
tilawah menjadi ibadah berpahala kecil. Shalat Sunnah memang termasuk
amalan yang dianjurkan. Tetapi ketika ibu memanggil, tentu panggilan ibu
lebih prioritas dijawab dibanding melanjutkan shalat sunnah tersebut.
Ketika ada majelis zikir dan shalawat, sedang di tempat berbeda ada
pengajian yang membahas tema-tema keislaman seperti tauhid atau akidah
atau fikih atau akhlak maka majelis ilmu ini memiliki rating pahala
tinggi dibanding majelis pertama yang hanya berisi zikir dan shalawat.
7. Serangan Fisik dan Kehormatan.
Langkah
terakhir setan yang sudah stres akibat hilangnya efektivitas semua
perangkap di atas ketika menggoda manusia adalah serangan Fisik dan
Kehormatan. Setan memberdayakan pengikutnya sesuai potensi, jabatan dan
kekuatan yang dimiliki agar menyakiti kalangan beriman, baik dengan
serangan fisik maupun menyerang kehormatan para ulama dan simbol-simbol
Islam. Di sinilah pertentangan itu menjadi nyata dan mempolarisasi
manusia menjadi dua golongan yang saling bertentangan; golongan setan
Vs golongan kaum beriman. Senjata kalangan mukmin untuk mematahkan semua
tipu daya itu adalah ilmu yang menghilang syubhat sekaligus mengarahkan
syahwat kepada hidayah yang terang benderang dan petunjuk yang tidak
kabur oleh deru-deru kekhilafan.
Jika
dicermati lebih dalam, ditemukan motiv umum setan dalam menjebak
manusia ke dalam kubangan maksiat dan jerat-jerat pelanggaran :
A.
Membuat manusia terlena oleh indahnya maksiat dan nikmatnya kufur,
syirik, bid'ah dan dosa-dosa, baik kecil maupun yang besar. Ini disebut
tazyiiin.
B. Mencegah
manusia memahami kebaikan dan mengerti nilai hidayah dan manfaat taklim
dan pengajian. Ini disebut shaddu asy-Syaithan.
C.
Memperlambat dan merecoki setiap ketaatan dan kebaikan yang dilakukan
manusia supaya mereka tidak melakukan kebaikan itu secara rutin. Karena
jika mereka konsisten dalam siklus kebaikan itu, setan merasa kehilangan
kekuatan untuk memperdaya mereka.
D.
Memancing manusia agar mengungkit kebaikan yang telah dilakukan sebagai
bentuk riya' dan sum'ah supaya amalan tersebut kehilangan nilai dan
pahalanya di sisi Allah. Naudzubillah.
Sasaran, Objek dan Target Setan.
Jebakan
berupa kekafiran dan Kesyirikan ditujukan untuk semua manusia terutama
kaum Kafirin dan musyrikin. Bid'ah dijadikan sebagai jebakan khusus
dalam internal kaum muslimin sehingga bisa mengoyak keutuhan ukhuwah dan
menghabiskan jatah umur tanpa menyadari kekeliruan dan penyimpangan.
Dosa-dosa besar juga dikhususkan untuk kalangan muslim terutama yang
jauh dari majelis ilmu dan pengajian pekanan atau taklim bulanan. Sedang
dosa kecil banyak ditujukan setan sebagai perangkap untuk kalangan
ustadz-ustadz dan kalangan ulama. Demikian pula hal-hal mubah seperti
mandi tanpa disertai niat untuk menjadi pribadi suci dan bersih serta
sibuk dengan sunnah berpahala kecil sehingga luput dari amalan yang
berpahala besar; semua itu perangkap setan yang ditujukan untuk kalangan
ulama dan para asatizah. Jadilah mereka ulama dan asatizah yang kurang
efektif dalam banyak hal. Sementara itu, sikap saling serang dan sikap
saling menjatuhkan, juga dibesar-besarkan oleh setan agar muslim
terpelajar dalam bidang agama ini tidak mudah bersatu dalam
proyek-proyek kebaikan dan perbaikan. Semua itu hanyalah tipu daya dan
muslihat setan agar kebaikan tidak merajai seluruh sektor kehidupan
manusia. Itu pula nilai ilmu dan ulama serta urgensi mereka dalam
menjelaskan ilmu dan menyibak penyakit syubhat dan kilauan syahwat.
Semoga kita terbebas dari tipu daya setan dan terselamatkan oleh ilmu
dan ulama. Allahumma amiiiin.
Depok, 27 Mei 2019 (22 ramadhan 1440 H)
Ikuti update status nasehat dari kami via :
1. Telegram Channel : Gemah Fikroh.
2. YouTube Channel : Gema Fikroh.
3. Blog :http://idrusabidin.blogspot. com/?m=1.
4. Facebook Sudah Full Pertemanan.
0 komentar:
Post a Comment