By. Idrus Abidin.
Siklus
tahunan bernama ramadhan baru saja meninggalkan kita. Sedih bercampur
bahagia seolah tak terelakkan. Sedih karena bulan mulia nan penuh
ampunan itu telah tiada. Belum lagi ramadhan selanjutnya belum tentu
kita dapatkan lagi. Bahagia karena jiwa telah berusaha dengan kemampuan
maksimalnya; menjemput ampunan, menjaring peluang surga dan menghindar
dari bahaya ancaman neraka. Lalu apa lagi yang perlu kita lakukan
setelah ramadhan ?
Memperbanyak Zikir.
Shalat
5 waktu, shalat Jum'at dan bulan ramadhan adalah musim dan siklus
kebaikan. Semuanya merupakan wujud dari zikir khusus (ibadah mahdah)
yang menghubungkan manusia secara langsung dengan Allah Ta'ala. Setelah
rutinitas ibadah dan zikir itu berlalu, kita; saat kita kembali ke dunia
kerja di kantor-kantor, pertokoan, dan di sawah serta ladang; kita
dianjurkan agar senantiasa memperbanyak zikir. Artinya, jika saat ibadah
itu dikerjakan, kita diminta fokus dan khusyuk hanya kepada Allah dan
berusaha semaksimal mungkin berlepas dari semua nuansa duniawi. Maka,
setelah secara total bersama Allah di bulan Ramadhan misalnya dan kita
kembali ke dunia bisnis, dunia pendidikan, dunia pertanian dst; kita
diarahkan agar senantiasa zikir; khususnya zikir lisan seperti
istighfar. Istighfar menjadi penting dan rutin dilakukan setelah ibadah
mahdah seperti shalat, haji, umrah karena sering kali kita banyak
kekurangan dalam melaksanakan setiap ibadah tersebut dengan nuansa
khusyuk. Setiap selesai sholat 5 waktu misalnya, Rasulullah
mencontohkan istighfar 3 kali, bukan Al-Hamdulillah. Istighfar karena
dalam shalat saja, ketika kita berhadapan dengan Allah secara langsung
saja, kita masih sering lalai; dengan mengingat beragam aktivitas
duniawi yang masih terkait dengan jiwa kita yang diperdaya oleh was-was
syaitan. Alhamdulillah (hamdalah) umumnya dibaca setelah selesai dari
kebiasaan harian yang tidak termasuk ibadah murni. Seperti setelah
makan, sesudah tidur dan ketika abis memakai pakaian dll.
Tentang
mengagungkan Allah setelah ramadhan Allah menegaskan, "Dan hendaklah
kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya. (Al-Baqarah: 185). Sedang
setelah prosesi ibadah haji selesai, Allah mengingatkan agar menguatkan
Zikir kepadaNya, "Apabila kalian telah menyelesaikan ibadah haji kalian,
maka berzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kalian
menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyang kalian, atau (bahkan)
berzikirlah lebih banyak dari itu. (Al-Baqarah: 200) Demikian pula
setelah shalat Jum'at, dianjurkan memperbanyak zikir, "Apabila telah
ditunaikan salat, maka bertebaranlah kalian di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kalian beruntung.
(Al-Jumu'ah: 10)
Berdo'a Agar Semua Ibadah Kita Diterima Allah.
Karena
kemampuan terbaik telah dikerahkan demi secercah ampunan, sejumput
rahmat Allah dan perlindunganNya dari neraka dengan sederet ibadah wajib
dan sunnah. Dari puasa, do'a, tilawah, infaq, zakat dan sedekah,
memberi makanan berbuka hingga tahajjud, tarawih dan dhuha. Maka do'a
agar Allah sudi menerima semua jenis ibadah kita dengan segala
kekurangannya itu mesti banyak-banyak dipanjatkan. Bahkan, salafus
sholeh di masa lalu menjadikan 6 bulan setelah ramadhan sebagai waktu
berdoa agar ibadah dan semua jenis taqarrub mereka diterima baik di sisi
Allah. 6 bulan berikutnya mereka maksimalkan untuk berdoa agar mereka
disampaikan lagi ke bulan ramadhan. Do'a yang dianjurkan untuk
dilantunkan sesering mungkin adalah
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
وَتُبْ عَلَيْنَآ إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
"Ya
Tuhan kami terimalah (segala pengabdian) kami , sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan, terimalah taubat kami.
Sungguh Engkaulah Sang penerima taubat dan yang maha penyayang.
Do'a
lain yang searah dengan do'a nabi Ibrahim di atas dan banyak diamalkan
oleh masyarakat muslim di negeri kita adalah doa berikut :
اللهُمَّ
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَرُكُوْعَنَا
وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَخَشُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا
وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَللهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
Mengagungkan Allah dengan Takbir.
Mengagungkan
Allah diwujudkan dengan adanya takbiran dengan suara nyaring di akhir
puasa di malam 1 Syawal hingga pelaksanaan shalat Iedul Fitri selesai.
Dalam Mausu’ah Fiqhiyyah Al Kuwatiyyah (13/213) dijelaskan: “Mayoritas
fuqaha berpendapat dianjurkannya takbiran ketika Idul Fitri dengan suara
jahr, mereka berdalil dengan ayat وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا
هَدَاكُمْ Ibnu Abbas berkata, ayat ini turun berkaitan dengan Idul Fitri
karena terdapat athaf terhadap firman Allah وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ
Adapun lafadz yang ini maksudnya adalah menyempurnakan hitungan hari
puasa Ramadhan”.
Wujudkan Konsistensi dan Istiqamah.
Ramadhan
adalah bulan perubahan bagi setiap muslim. Di sanalah Al-Qur'an
diturunkan sebagai sumber perubahan dari jahiliah menuju Islam. Puasa
diharapkan mengupdate status setiap muslim dari sekedar muslim secara
formalitas menjadi mukmin yang merasakan keimanan secara kejiwaan.
Menjiwai keislaman melalui belajar lewat taklim-taklim yang hari ini
makin semarak diadakan di tiap perkantoran dan lembaga-lembaga
pendidikan. Bahkan di dunia Maya, tauhshiah Ust.-Ust. kaliber nasional
bisa dengan mudah kita temui di Chanel YouTube dan beredar secara masif
via FB, WA, Line dll. Semua itu diharapkan merubah kualitas keislaman
kita menjadi keimanan yang berkualitas. Amalan berupa puasa yang
bernuansa hablunminallah juga menghasilkan kepedulian akan beratnya rasa
lapar dan haus sehingga melahirkan sikap yang mengokohkan
hablunminannas seperti zakat fitrah, zakat harta, infaq, fidyah,
kaffarah dll. Semoga spirit ramadhan tahun ini ikut mewarnai semangat
hidup kita hingga ketemu lagi ramadhan selanjutnya. Aamiin.
Haram Makki, 10 Juni 2019.
Ikuti update status nasehat dari kami via :
1. Telegram Channel : Gemah Fikroh.
2. YouTube Channel : Gema Fikroh.
3. Blog :http://idrusabidin.blogspot. com/?m=1.
4. Facebook Sudah Full Pertemanan.
0 komentar:
Post a Comment