Penulis : Abu Bakar bin Jabir al-Jaza'iri
Sumber : Tafsir al-'Aisar
Alih Bahasa : Idrus Abidin
وَلَوْ أَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ أَنِ اقْتُلُواْ
أَنفُسَكُمْ أَوِ اخْرُجُواْ مِن دِيَارِكُم مَّا فَعَلُوهُ إِلاَّ قَلِيلٌ
مِّنْهُمْ وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُواْ مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْراً
لَّهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتاً (66) وَإِذاً لَّآتَيْنَاهُم مِّن لَّدُنَّـا
أَجْراً عَظِيماً (67) وَلَهَدَيْنَاهُمْ صِرَاطاً مُّسْتَقِيماً (68(
وَمَن
يُطِعِ اللّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ
عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء وَالصَّالِحِينَ
وَحَسُنَ أُولَـئِكَ رَفِيقاً (69) ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللّهِ وَكَفَى بِاللّهِ
عَلِيماً (70)
Dan
sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka: "Bunuhlah dirimu
atau keluarlah kamu dari kampungmu", niscaya mereka tidak akan
melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sesungguhnya kalau mereka
melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian
itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan kalau
demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, Dan
barangsiapa yang menta`ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para
shiddiiqiin [314], orang-orang
yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang
sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup
mengetahui.
PENJELASAN KATA.
((كتبنا عليهم Katabnaa Alaihim : kami wajibkan dan haruskan
mereka.
(ان اقتلوا انفسكم) Aniqtulu Anfusakum : membunuh diri
mereka sendiri.
( ما فعلوه الا قليل[1]
منهم )
Maa Faaluhu Illa Qalilun Minhum : tidak ada yang melakukan pembunuhan
kecuali sedikit diantara mereka.
(ما يوعظون به)Maa
Yuu'azuna Bihi : hal-hal yang diperintahkan dan dilarang bagi mereka.
(واشد تثبيتا) Wa asyadda tasbita : berkat keimanan yang ada dalam
hati mereka.
(الصديقين) Ash-Shiddiqiin : jama dari kata Shiddiq, yaiyu
orang yang didominasi oleh kejujuran pada perkataan dan segala kondisinya
sebagaki akibat dari keteguhannya dalam bersikap jujur.
الشهداء)) Sy-Syuhada :
jama' dari kata Syahid, yaitu orang yang meninggal di medan pertempuran.
Begitu un orang yang mengakui kebenaran
islam dengan landasan dalil dan bukti.
(الصالحون) Ash-Shalihuun :
jama' dari kata Shaleh, yaitu orang menunaikan hak Allah dan Hak
manusia. Diri dan prilakunya sudah baik sehingga kebaikannya lebih banyak
dibanding kejelekannya.
MAKNA AYAT 66-70.
Pembahasan
masih berkisar seputar orang-orang yang ingin menyelesaikan perkara dengan
thogut, padahal mereka telah dilarang untuk berbuat demikian. Allah ta'ala
berfirman, {Dan Sesungguhnya kalau kami perintahkan kepada mereka:
"Bunuhlah dirimu} yaitu, sebagian membunuh sebagian lainnya seperti
yang terjadi pada bani Israil, maka mereka pasti tidak melakukannya.
Sebagaimana kami wajibkan mereka agar meninggalkan rumahnya dalam rangka
berhijrah kepada kami, { niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali
sebagian kecil dari mereka}. Kemudian Allah ta'ala berfirman dengan menyeru
dan mengharapkan mereka agar mendapatkan hidayah, { Sesungguhnya kalau
mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka} yaitu
peringatan berupa harapan dan rasa khawatir terhadap perintah untuk taat dan
patuh, niscaya itu baik bagi mereka pada saat sekarang dan masa yang akan
datang, {tentulah
hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman
mereka)} karena adanya iman dalam
hati mereka dan ketaatan yang dilakukan oleh lahiriah mereka. Juga karena
keimanan bertambah dengan ketaatan dan berkurang akibat kemaksiaatan. Kebaikan
melahirkan kebaikan dan kejelekan akan menghasilkan kejelekan pula. Allah
ta'ala berfirman {tentulah
hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman
mereka)} maksudnya, jika seandainya mereka taat kepada kami dan melaksanakan
ketaatan yang kami perintahkan serta meninggalkan maksiat yang kami larang,
niscaya kami akan menberikan mereka pahala yang begitu besar dari sisi kami
pada hari mereka bertemu dengan kami (hari kiamat) dan pasti kami akan menberi
mereka petunjuk di dunia. {Dan pasti kami tunjuki
mereka kepada jalan yang lurus} yaitu islam yang merupakan jalur untuk
dapat mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan pada dua kehidupan. Sedang
menunjuki mereka ke jalan yang lurus adalah dengan memudahkan mereka
menempuhnya dan tidak lagi keluar dari jalurnya. Inilah yang di maksud
ayat-ayat itu (67-68).
Adapun
ayat ke-69, yaitu firman Allah ta'ala {Dan barangsiapa yang mentaati Allah
dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang
dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin,[2]
orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman
yang sebaik-baiknya}. Ibnu Jariri meriwayatkan dalam tafsirnya bahwa ayat
ini turun ketika sebagian sahabat[3]
mengatakan, wahai rasulullah ! tidak pantas rasanya kami berpisah denganmu di
dunia ini, karena setelah engkau berpisah dengan kami (meninggal dunia) maka
engakau berada di tempat tinggi di atas kami". Lalu Allah ta'ala
menurunkan ayat ini ” Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya)….."
hal-hal yang diberikan kepada mereka adalah keimanan kepada Allah ta'ala, pengenalan terhadap-Nya, pengetahuaan tentang
hal-hal yang dibenci dan disenangi oleh-Nya dan taupiq untuk melakukan hal-hal
yang disukain-Nya dan menghindari apa pun yang dibenci-Nya. Ini kenikmatan yang
diberikan du dunia. Adapun nikmat yang dianugrahka kepada mereka di akhirat
adalah kedekatan dengan Allah ta'ala dalam sorga-Nya. Ash-Shiddiqiin adalah
mereka yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan membenarkan segala apa yang
di emban oleh beliau dan apa-apa yang diinformasikan. Asy-Syuhadaa adalah jama'
dari kata syahid, yaitu orang yang terbunuh di jalan Allah swt. Ash-Shalehuun
adalah jama' dari kata Shaleh, yaitu oang yang menunaikan hak-hak Allah ta'ala
dan hak-hak manusia dengan sempurna tanpa adanya kekurangan. Dan firman Allah
ta'ala {dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya}[4]
maksudnya, mereka adalah sebaik-baik teman di sorga. Mereka merasa terhibur
dengan melihat mereka dan kehadiran mereka dalam majlis mereka, karena mereka
datang bertamu, kemudian mereka kembali ke tempat mereka yang tertinggi dan
derjatnya yang agung. Firman Allah swt {Yang
demikian itu[5] adalah
karunia dari Allah} yakni, bahwa pertemuan dengan mereka yang disebutkan
sebelumnya adalah merupakan karunia Allah swt, bukan karena ketaatan mereka.
Firman-Nya {dan Allah Maha Mengetahui tentang mereka}yaitu, orang-orang
yang mentaati-Nya dan bermaksiat kepada-Nya. Juga maha mengetahui kataatan
orang-orang yang taat dan kemaksiatan orang-orang yang bermakasit kepadan-Nya.
Dengan itulah, pembalasan amal terselesaikan dengan penuh keadilan dan kasih sayang.
PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL DARI AYAT 66-70.
1. Terkadang Allah ta'ala membebani dengan sesuatu yang berat
sebagai ujian dan cobaan, seperti bunuh diri dan hijrah meninggalkan negeri
sendiri. Hanya saja Allah swt tidak membani dengan perkara yang berada diluar
kesanggupan manusia.
2
Keimanan bertambah dengan ketaatan dan
berkurang karena kemaskiatan.
3
Ketaatan membuahkan kekokohan iman
dan menyebabkan seseorang masuk ke dalam sorga.
4
Menemani para nabi, para
siddiqiin, para syuhadaa dan para shalihiin di sorga merupakan buah dari
ketaatan kepada Allah swt dan rasul-Nya.
[1] terkadang dibaca الا قليلا
dengan Nasab dan terkadang pula dibaca الا قليل dengan Rafa'. Bacaan dengan
Rafa' berdasarkan dengan lafazh
dan itulah bacaan yang paling utama. Karenanya ia paling masyhur
dan paling banyak.
[2] Pada ayat ini terdapat
isyarat yang lebih jelas dibanding ungkapan tentang kekhalifaan Abu Bakar
setelah rasulullah saw
meninggal dunia, di mana Allah swt menyebut para nabi kemudian memuji
orang-orang sabar. Kaum
muslimin bersepakat menamai Abu Bakar dengan Ash-Shiddiq,
sebagaimana mereka sepakat
menamai nabi sebagai Nabi. Maka ayat ini menunjukkan penentuan
Abu Bakar sebagai khalifah,
karana tidak ada yang mendahuluinya pada ayat ini kecuali kata Nabi.
[3] Di antara yang mengatakan
demikian adalah Tsauban, pembantu rasulullah saw dan Abdullah bin
zaid bin Abdi Rabbih yang
diperlihatkan tata cara azan dalam mimipinya.
[4] Imam bukharimeriwayatka
dari Aisyah RA, ia berkata, "saya mendengar rasulullah saw bersabda,
"tidak seorang nabi pun
yang sakit kecuali diberikan pilihan antara dunia dan akhirat" ketika
beliau
sakit yang menyebebkannya
meninggal, ia ditimpa kepayahan luar biasa, hingga saya mendengarnya
mengatakan, "bersama
orang-orang yang diberikan karunia bagi mereka" maka saya mengetahui
bahwa belia sedang diberi
pilihan. Ketika itu ia mengatkan, "wahai tuhan, aku ingin bersama-Mu"
saat beliau sedang bergulat
dengan sakaratul maut. Semoga shalwat Allah swt terus mengalir
kepadabnya.
[5] Pada firman Allah ta'ala
(ذلك الفضل من الله) merupakan jawaban terhadap Mu;tazilah yang mengatakan
"hamba hanya akan
memperoleh imbalan sesuai dengan amalnya. Allah ta'ala mengembalikan
kemuliaan dan kenikmatan itu
kepada keutamaan-Nya. Demikianlah dari segi akal dan syari'at.
Hendaknya demikian pula
seharusnya diyakini.
0 komentar:
Post a Comment