Karakteristik Tingkatan Menengah Kaum Beriman
Diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan
Tugas mata kuliah Ilmu Tasawuf
Dosen Pengampu :
H. Idrus Abidin, Lc M.A
Disusun Oleh:
Mirsa Ardiyanti Siregar
NIM: 0822006
PRODI PERBANDINGAN MAZHAB
SEKOLAH TINGGI ILMU SYARIAH AL MANAR (STIS)
JAKARTA
2023
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Karakteristik Tingkatan Menengah Kaum Beriman” tepat
waktu.
Makalah
“Karakteristik Tingkatan Menengah Kaum Beriman” disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah Ilmu Tasawuf’. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak H. Idrus Abidin Lc. M.A
selaku dosen pada Mata Kuliah Ilmu Tasawuf. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.
Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Jakarta, 28 oktober 2023 |
|
Penulis |
2.1 Pengertian dari Tingkatan
Menengah
2.2 Karakteristik Tingkatan
Menengah
2.3 Kondisi di Akhirat untuk
Tingkat Menengah
BAB I
Iman secara bahasa artinya percaya atau yakin. Selain itu ada beberapa ulama mengemukakan
pendapatnya tentang definisi iman sebagai berikut :
Imam Syafi’i: Iman meliputi perkataan serta perbuatan yang dapat bertambah
disebabkan oleh ketaatan kepada Allah swt dan dapat berkurang disebabkan oleh
kemaksiatan.
Imam Ahmad: Iman dapat bertambah karena seseorang melaksanakan amalan
tertentu dan dapat berkurang karena meninggalkan amalan tersebut.
Dari segi istilah, Iman diartikan sebagai sikap membenarkan pilar-pilar
utama keimanan dengan hati, mengucapkannya dengan lidah dan mempraktikkannya
dengan perilaku dan sering kali mengalami fluktasi berkala.
Dengan demikian, kita perlu mendapati asupan makanan untuk hati agar
senantiasa memiliki tingkat keimanan yang tinggi dan tetap waspada terhadap
dosa dan maksiat yang menjadi kelemahan bagi iman dan ketakwaan.
Manusia memiliki sebuah
perangkat yang jika ia baik maka semua akan ikut baik itulah hati. Jika
dilandasi iman dan taqwa akan menghasilkan nilai yang berlipat ganda dan pahala
yang besar.
Dengan itu, manusia akan menjadi lebih baik
dan meningkat secara psikis dan fisik. Peningkatan ini berasal dari keislaman
secara lahiriah dan terus meningkat sehingga memiliki identitas sebagai orang
beriman.
a. Apa Pengertian dari Tingkatan Menengah
b. Apa Karakteristik Tingkatan Menengah
c. Bagaimana Kondisi di Akhirat untuk Tingkat Menengah
Adapun tujuan sebagai berikut :
a. untuk mengetahui pengertian dari tingkatan menengah
b. untuk mengetahui karakteristik tingkatan menengah
c. untuk mengetahui kondisi di akhirat untuk tingkat menengah
2.1 Pengertian dari
Tingkatan Menengah
Keimanan dan ketakwaan
merupakan predikat yang sangat masyhur di tengah masyarakat muslim. Oleh karena
itu, tidak heran masyarakat saat ini berlomba-lomba meraih predikat tersebut.[1]
Allah Swt
berfirman :
ثُمَّ
اَوْرَثْنَا الْكِتٰبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَاۚ فَمِنْهُمْ
ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ ۚوَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌ ۚوَمِنْهُمْ سَابِقٌۢ بِالْخَيْرٰتِ
بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيْرُۗ
Kemudian, Kitab Suci itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih
di antara hamba-hamba Kami. Lalu, di antara mereka ada yang menzalimi diri
sendiri, ada yang pertengahan, dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat
kebaikan dengan izin Allah. Itulah karunia yang besar. (QS Fathir: 32)
Berdasarkan ayat di atas, maka ada 3 tingkat kualitas agama
seseorang yaitu :
-
Tingkat Dzalimul li nafsihi (pemula)
-
Tingkat Muqtasid (menengah)
-
Tingkat Ihsan (profesional)
Pembahasan kali ini mengenalkan salah satu tingkatan kaum beriman yaitu Tingkatan Muqtasid.
Tingkatan Muqtasid
(Muqtasid) adalah golongan muslim yang seanantiasa berproses dan berusaha melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim dan
meninggalkan kemaksiatan
secara konsisten.[2]
Tingkatan
menengah/Muqtasid dikenal
juga dengan istilah lain seperti ash-shabul yamin atau ash-shabul maimanah.[3]
Berikut, beberapa
istilah lain dari Tingkatan
Menengah[4] :
1. Muqtasid
ثُمَّ اَوْرَثْنَا الْكِتٰبَ الَّذِيْنَ
اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَاۚ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ ۚوَمِنْهُمْ
مُّقْتَصِدٌ ۚوَمِنْهُمْ سَابِقٌۢ بِالْخَيْرٰتِ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُوَ
الْفَضْلُ الْكَبِيْرُۗ ٣٢
Kemudian, Kitab Suci itu Kami wariskan kepada
orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. Lalu, di antara mereka
ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada (pula) yang
lebih dahulu berbuat kebaikan) dengan izin Allah.Itulah karunia yang besar).
2. Abrar
لَيْسَ الْبِرَّاَنْ
تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ
مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ
وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى
وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ
وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا
عَاهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ
الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ
١٧٧
Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke
arah timur dan barat, melainkan kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang
beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab suci, dan nabi-nabi;
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin,
musafir, peminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya; melaksanakan salat;
menunaikan zakat; menepati janji apabila berjanji; sabar dalam kemelaratan,
penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan
mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
3. Muflihun
اُولٰۤىِٕكَ عَلٰى هُدًى
مِّنْ رَّبِّهِمْ ۙ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ٥
Merekalah
yang mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung.
4. Ashab al
yamin
وَاَصْحٰبُ الْيَمِيْنِ ەۙ
مَآ اَصْحٰبُ الْيَمِيْنِۗ ٢٧
Golongan
kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu.
2.2 Karakteristik
Tingkatan Menengah
Ada beberapa karakteristik dari Tingkatan Menengah, sebagai
berikut[5]:
1. Rajin Belajar Agama
2. Beriman kepada yang Ghaib dan Mengamalkan Rukun Islam
3. Ahli Kebaikan
4. Bertaubat Sesegera Mungkin
5. Berharap Kebaikan dengan Lantunan Doa
6. Lulus Ujian Kehidupan
7. Sukses Duniawi dan Ukhrawi
8. Mendapatkan Dukungan Semangat dan Pembelaan dari Para Malaikat
9. Terbebas dari Ancaman Azab Kubur
10. Husnul Khatimah, Nikmat Tiada Tara
11. Limpahan Nikmat Kubur
2.3 Kondisi di Akhirat
untuk Tingkat Menengah
Bagaimana kondisi akhir di akhirat untuk tingkat menengah, berikut
penjelasannya
1. Terbebas dari ancaman azab
kubur.
Dalam surah Al-Insan ayat 10-12,
Allah swt berfirman :
اِنَّا نَخَافُ مِنْ رَّبِّنَا يَوْمًا
عَبُوْسًا قَمْطَرِيْرًا ١٠ فَوَقٰىهُمُ اللّٰهُ شَرَّ ذٰلِكَ الْيَوْمِ
وَلَقّٰىهُمْ نَضْرَةً وَّسُرُوْرًاۚ ١١ وَجَزٰىهُمْ بِمَا صَبَرُوْا جَنَّةً
وَّحَرِيْرًاۙ ١٢
Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami
pada suatu hari (ketika) orang-orang berwajah masam penuh kesulitan. Maka,
Allah melindungi mereka dari keburukan hari itu dan memberikan keceriaan dan
kegembiraan kepada mereka.Dia memberikan balasan kepada mereka atas
kesabarannya (berupa) surga dan (pakaian) sutra.
Inilah bukti, bahwa orang-orang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt akan
selalu dilindungi dan terbebas dari azab kubur nanti.
2. Potensi
Surganya.
Dalam surah Al-Waqiah ayat 27- 38, Allah swt berfirman :
وَاَصْحٰبُ الْيَمِيْنِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْيَمِيْنِۗ ٢٧
فِيْ سِدْرٍ مَّخْضُوْدٍۙ ٢٨ وَّطَلْحٍ مَّنْضُوْدٍۙ ٢٩ وَّظِلٍّ مَّمْدُوْدٍۙ ٣٠
وَّمَاۤءٍ مَّسْكُوْبٍۙ ٣١ وَّفَاكِهَةٍ كَثِيْرَةٍۙ ٣٢ لَّا مَقْطُوْعَةٍ وَّلَا
مَمْنُوْعَةٍۙ ٣٣ وَّفُرُشٍ مَّرْفُوْعَةٍۗ ٣٤ اِنَّآ اَنْشَأْنٰهُنَّ
اِنْشَاۤءًۙ ٣٥ فَجَعَلْنٰهُنَّ اَبْكَارًاۙ ٣٦ عُرُبًا اَتْرَابًاۙ ٣٧
لِّاَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۗ ٣٨
27. Golongan kanan,
alangkah mulianya golongan kanan itu. 28. (Mereka) berada di antara pohon
bidara yang tidak berduri 29. pohon
pisang yang (buahnya) bersusun-susun, 30.
naungan yang terbentang luas,31.
air yang tercurah, 32. buah-buahan yang banyak33. yang tidak berhenti berbuah dan tidak
terlarang memetiknya,
34. dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk. 35.
Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari itu) secara langsung, 36. lalu
Kami jadikan mereka perawan-perawan 37. yang penuh cinta (lagi) sebaya
umurnya, 38.
(diperuntukkan)bagi golongan kanan,
Inilah bukti
tentang beberapa kenikmatan yang akan dirasakan oleh orang-orang beriman dan
bertaqwa kepada Allah swt.
Wallahu a’lam
bishawab...
Iman diartikan sebagai sikap membenarkan pilar-pilar
utama keimanan dengan hati, mengucapkannya dengan lidah dan mempraktikkannya
dengan perilaku dan sering kali mengalami fluktasi berkala.
Manusia
memiliki sebuah perangkat yang jika ia baik maka semua akan ikut baik itulah
hati. Jika dilandasi iman dan taqwa akan menghasilkan nilai yang berlipat ganda
dan pahala yang besar.
Dengan itu, manusia akan menjadi lebih baik dan
meningkat secara psikis dan fisik. Peningkatan ini berasal dari keislaman
secara lahiriah dan terus meningkat sehingga memiliki identitas sebagai orang
beriman.
Dan jika
seseorang yang memiliki ketakwaan tingkat menengah meninggal dalam keadaan
tetap pada keimanannya, ia berpotensi mendapatkan kenikmatan surga.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh
dari kata sempurna yang perlu penulis perbaiki.
Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan
sebagai bahan evaluasi sehingga kedepannya bisa menghasilkan penelitian dan
karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.
Idrus Abidin, Lc, M.A, Jalan Taqwa, Cetakan Kedua, AMZAH,
Mei 2019
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-iman/
https://www.cahayaislam.id/mengenal-3-golongan-orang-islam-yang-manakah-anda/
https://bkmattaqwa.uma.ac.id/2022/07/21/4-jenis-manusia-ketika-menghadap-allah/
[1] Idrus Abidin, Jalan Taqwa, (Jakarta : Amzah, 2019) hlm. 1
[2] https://www.cahayaislam.id/mengenal-3-golongan-orang-islam-yang-manakah-anda/ diakses pada rabu 25 oktober 2023, jam 14.47
[3]
https://bkmattaqwa.uma.ac.id/2022/07/21/4-jenis-manusia-ketika-menghadap-allah/ diakses pada rabu 25 oktober 2023, jam
16.17
[4]
Idrus Abidin, Jalan Taqwa, (Jakarta :
Amzah, 2019) hlm. 194
[5]
Idrus Abidin, Jalan Taqwa, (Jakarta : Amzah, 2019)
hlm. 133-191