Tuesday, May 29, 2012

Syarah Hadits Arba'in Nawawiyah (Bag.1)

HADITS KE-1
URGENSI NIAT

عن أمير المؤمنين أبي حفص عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول " إنما الأعمال بالنيات , وإنما لكل امرئ ما نوى , فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله , ومن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها و امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه " متفق عليه
TERJEMAHAN.
Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.
[Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907]

PENGANTAR.

            Niat dalam Islam menempati posis sentral dalam kehidupan sehari-hari. Ia merupakan penentu diterimanya amalan dari sisi bathiniah. Karena itulah, hadits ini dikatakan seperdua ilmu ibadah. Sedang dari sisi lahiriah, kesesuaian dengan amalan Rasulullah saw merupakan standar baku. Tentang hal ini, Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang melakukan amalan tanpa disertai petunjukku maka amalannya tertolak ( tidak diterima )"
Niat adalah amalan hati yang tercetus dari keimanan seseorang. Makin jauh keimana terhunjam dalam hati, maka sejauh itu pula keikhlasan terwujud. Hanya saja, keimanan, sebagaimana lazimnya, sangat fluktuatip akibat faktor internal maupun eksternal seseorang.

PENJELASAN.

            "Amalan itu tergantung pada niatnya. Sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang diniatkan" Ungkapan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ini menunjukkan bahwa seorang mukmin yang sadar ketika melakukkan ibadah tertentu pasti tercetus dari niat. Atas dasar ini, niat tidak harus dilafazkan, tapi cukup dengan menghadirkan dan menegaskan dalam hati bahwa ibadah yang dilakukan betul-betul demi Allah swt.
Penggalan hadits ini menunjukkan pula bahwa besarnya pahala yang dapat diperoleh, sangat tergantung pada keikhlasan yang mendasari suatu ibadah. Dalam kerangka inilah pendapat yang mengatakan "tidaklah Abu bakar mengalahkan kalian dengan banyaknya amalan yang Ia lakukan, tapi karena keikhlasannya ketika beramal" dapat dipahami. Artinya, amalah bisa saja nampak remeh di mata manusia tapi bernilai tinggi di sisi Allah swt. Sebaliknya pun demikian. Bisa jadi menurut manusia amalan tertentu besar tapi minim pahala akibat niat yang tidak benar.
            Selain itu, sebuah aktifitas yang tidak berkategori ibadah ritual tapi hanya merupakan kebiasaan sehai-hari, seperti mandi, makan, tidur dll jika dilakukan untuk (niat) menguatkan diri dalam beribadah maka Ia pun berhak mendapatkan pahala dari sisi Allah swt. Karena memang missi seorang Muslim di dunia ini adalah untuk beribadah.
            Ilustrasi di atas dipertegas oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dengan mengatakan, "Barang siapa hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan barang sIapa hijrah karena kingunan dunia atau karena hendak menikahi wanita maka hijrahnya kepada yang Ia tuju (niatkan)".

LATAR BELAKANG HADITS (ASBABUL WURUD)

Penegasan Rasullullah Shallallahu alaihi wasallam ini bisa dipahami dengan baik jika memahami latar belakang timbulnya hadits di atas. Dalam sebuah riwayat dari Abdullah Bin Mas'ud, Ia menceritakan, "(sebelum hijrah dari mekah ke Madinah) dIantara kami ada yang meminang perempuan bernama Ummu Qais, tapi Ia tidak mau dinikahi kecuali jika sang laki-laki hijrah bersamanya. Akhirnya lelaki itu ikut berhijrah dan menikahi Ummu Qais. Karena itulah, kami sering menyebutnya orang yang berhijrah karena Ummu Qais".

FAEDAH TAMBAHAN

Dari penggalan hadits di atas, kita bisa pula mengambil faedah berupa, seorang guru hendaknya mengangkat perumpamaan dalam rangka memperjelas hukum sesuatu yang abstrak. Karena Nabi sendiri mengangkat perumpamaan demi memperjelas sebuah teori. Contoh kongkritnya adalah kasus Hijrah tadi.
            Menurut bahasa, hijrah adalah perpindahan. Sedang menurut syari'at, hijrah bermakna perpindahan dari negeri kafir menuju negeri Islam, dengan maksud menyelamatkan Agama. Dalam hadits ini, yang di maksud hijrah adalah perpindahan dari kota Mekah menuju kota Madinah yang terjadi sebelum Fathu Mekah pada tahun 8 hijrIah. Wallahu A'lam.
            Semoga Allah swt menugrahi kita keikhlasan dalam berbuat sehingga kita bisa melihat wajah-Nya di akhirat kelak. Amin.





 

HADITS KE-2
IMAN, SILAM DAN IHSAN

عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال : بينما نحن جلوس عند رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر , لا يرى عليه أثر السفر , ولا يعرفه منا أحد حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأسند ركبته إلى ركبتيه ووضح كفيه على فخذيه , وقال : يا محمد أخبرني عن الإسلام , فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم " الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا " قال صدقت فعجبا له يسأله ويصدقه , قال : أخبرني عن الإيمان قال " أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره " قال : صدقت , قال : فأخبرني عن الإحسان , قال " أن تعبد الله كأنك تراه , فإن لم تكن تراه فإنه يراك " قال , فأخبرني عن الساعة , قال " ما المسئول بأعلم من السائل " قال فأخبرني عن اماراتها . قال " أن تلد الأمة ربتها وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون في البنيان " . ثم انطلق فلبث مليا , ثم قال " يا عمر , أتدري من السائل ؟" , قلت : الله ورسوله أعلم , قال " فإنه جبريل أتاكم يعلمكم دينكم " رواه مسلم
TERJEMAHAN.
Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anh, dia berkata: ketika kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata," Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam " Rasulullah menjawab,"Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya." Orang itu berkata,"Engkau benar," kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Iman" Rasulullah menjawab,"Engkau beriman kepada Alloh, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk" Orang tadi berkata," Engkau benar" Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Ihsan" Rasulullah menjawab,"Engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu." Orang itu berkata lagi,"Beritahukan kepadaku tentang kiamat" Rasulullah menjawab," Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya." selanjutnya orang itu berkata lagi,"beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya" Rasulullah menjawab," Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan." Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah berkata kepadaku, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?" Saya menjawab," Alloh dan Rosul-Nya lebih mengetahui" Rasulullah berkata," Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu"
[Muslim no. 8]


PENGANTAR.
           
            Islam, iman dan ihsan adalah tingkatan amaliah seseorang terhadap ajaran Islam. Jika Islam beserta rukun-rukunnya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari maka stastus Muslim dapat diperoleh. Jika iman dengan berbagai perangkatnya menghiasi seseoarang maka ia dikatakan Mukmin. Ihsan yang merupakan puncak prestasi dalam berislam dan beriman akan terwujud jika dalam beragama, seseorang mampu menghadirkan Allah swt setiap saat. Jika tidak, ihsan bisa hadir dalam bentuk lain, berupa amalan yang dilakukan dengan senantiasa merasakan pengawasan (muraqabatullah) Allah swt setiap saat.
            Dalam hal ini, Islam diartikan sebagai amalan lahiriah, sedang iman merupakan perwujudan amalan hati. Arti demikian dibenarkan jika kedua istilah tersebut berada pada satu ayat atau satu hadits secara bersamaan. Tapi jika keduanya berdiri sendiri maka iman dan Islam memiliki arti yang sama, yaitu istilah yang menunjukkan amalan lahiriah dan amalan hati sekaligus.

PENJELASAN.
           
            Tawadhu' adalah ciri utama Rasulullah saw. Sikap ini dibuktikan oleh beliau dengan seringnya berkumpul bersama para sahabatnya. Dari sini dipahami bahwa seorang muslim hendaknya bergaul dengan masyarakat secara santun, agar bisa menularkan hal-hal positif kepada mereka. Di sini terdapat sebuah bingkai umum, bahwa bergaul dengan masyarakat lebih utama jika seseorang merasa aman dari efek negatif masyarakat.
            Tapi kalau khawatir tercemar dengan prilaku negatif masyarakat, tentu menghindar (uzlah) dari mereka merupakan prioritas utama. Jargon yang sering diangkat di sini adalah "Bergabung dengan masyarakat tetapi tetap memiliki keunikan tersendiri". Itu adalah gambaran ideal seorang muslim dalam bermasyarakat. Makna ini disarikan dari penuturan Umar Bin Khattab, bahwa Rasulullah saw pernah bergabung bersama para sahabatnya lalu didatangi oleh seseorang yang berpakaian putih. Gambaran ini merupakan pembukaan hadits yang sedang kita bahas.
            Malaikat jibril mendatangi Rasulullah saw dalam kondisi demikian. Kedatangannya itu dalam rangka mengajari sahabat tentang Islam, iman dan ihsan. Ini menggambarkan bahwa malaikat kadang menapakkan diri dengan wujud manusia, bahkan dengan orang-orang tertentu yang dikenal oleh warga sekitar. Misalnya kedatangan jibril yang terkadang menyerupai Dahiyah Al-Kalbi, salah seorang sahabat Rasul sendiri.
            Pertanyaan jibril kepada Rasulullah saw ketika itu bukanlah karena ketidaktahuan, tetapi tidak lebih dari upaya untuk mengajari sahabat melalui pertanyaan, yang bisanya lebih berkesan dibanding betuk pembelajaran lainnya. Di sini kita bisa bercermin bahwa boleh saja seseorang bertanya tentang suatu hal walaupun ia sendiri telah menguasi pembahasan, selama maksudnya untuk memberitahukan mereka-mereka yang belum mengerti.
            Sikap duduk jibril dengan menyandarkan kedua lututnya dengan lutut Rasulullah saw, serta tangannya yang diletakkan di atas paha beliau mengindikasikan adab penuntut ilmu dalam majlis yang layak dijadikan teladan. Demikianlah seharusnya seorang murid terhadap gurunya. Karena, bagaimana pun, guru tetaplah pilar penting dalam mewariskan segala bentuk kebaikan. Benarlah apa yang dikatakan Syauki Ibrahim, seorang sastrawan mesir, "Patuhlah kepada guru dan berikan penghargaan yang layak, karena hampir saja posisi guru seperti layaknya posisi seorang rasul".
            Pertanyaan jibril tentang Islam merupakan upaya untuk membongkar kembali piranti Islam satu persatu, agar terlihat jelas dalam satu kesatuan yang utuh. Syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji merupakan komponen utama bagunan Islam. Jika semuanya terlaksana, maka akan menampakkan sebuah fenomena yang menarik antara ketaatan yang bersifat vertikal dan dibuktikan dengan kerja-kerja kemanusiaan yang bersipat horisontal. Syahadat misalnya merupakan amal lisan, shalat dan puasa adalah amalan jasmani, zakat adalah amalan yang berkaitan erat dengan harta, sedang haji merupakan perpaduan antara amalan jasmani dan kemampuan harta.
            Demikain pula tentang iman. Ia dibahas secara tuntas oleh Rasulullah saw di depan para sahabat-sahabatnya. Komponen utamanya terdiri dari keimanan kepada Allah swt, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab, hari akhir dan qadha' serta kadar-Nya. Keimanan di sini diartikan sebagai pembenaran dengan hati. Jika semua itu dibenarkan dengan hati dan melahirkan keyakinan dalam diri seseorang, maka status mukmin tentu layak menjadi miliknya.
            Disamping hal di atas, ihsan pun disorot dengan baik. Ihsan diartikan sebagai bentuk ibadah yang dilakukan dengan berusaha memvisualkan tujuan akhir, yaitu Allah swt. Atau dengan kata lain, ihsan adalah menyembah Allah swt dengan penuh semangat dan penuh harap (raja') akan sorga-Nya. Seolah-olah ia melihat Allah swt sehingga yakin akan sampai kepada-Nya. Kalau tidak bisa dengan cara demikian, maka menyembah Allah swt dengan perasaan khawatir (khauf) terhadap siksa-Nya atau upaya untuk menghindari neraka-Nya juga dibenarkan. Itulah dua makna ihsan yang diisyaratkan oleh Rasulullah saw. Memilih salah satu dari keduanya ketika kita beribadah tetap akan melahirkan ihsan (profesinalisme) dalam beragama.
            Setelah itu, tanda-tanda kiamat juga tak luput dari pertanyaan jibril. Rasulullah saw menjelaskan bahwa waktu terjadinya kiamat tak diketahui oleh seorang pun. Ia murni menjadi rahasia Allah swt. Tetapi tanda-tandanya tetap bisa di lacak, diantaranya seperti penjelasan beliau bahwa seorang budak melahirkan tuannya dan orang-orang yang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan berprofesi sebagai pengembala berlomba-lomba mempertinggi rumahnya.
            Tanda-tanda hari kiamat secara global terbagi tiga. Ada yang telah berlalu, ada yang selalu nampak dan ada pula yang muncul setelah hari kiamat makin dekat, seperti :  turunnya nabi Isa as, dajjal, ya'juj dan ma'juj dan terbitnya matahari dari barat. Wallahu a'lam.
            Semoga kita termasuk orang yang dikaruniai perilaku ihsan sehingga mampu menampakkan Islam ditengah masyarkat moderen. Amin.
           


HADITS  KE-3
RUKUN ISLAM

عن أبي عـبد الرحمن عبد الله بن عـمر بـن الخطاب رضي الله عـنهما ، قـال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسـلم يقـول : بـني الإسـلام على خـمـس : شـهـادة أن لا إلـه إلا الله وأن محمد رسول الله ، وإقامة الصلاة ، وإيـتـاء الـزكـاة ، وحـج البيت ، وصـوم رمضان
TERJEMAHAN.
Dari Abu Abdirrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anhuma berkata : saya mendengar Rasulullah bersabda: "Islam didirikan diatas lima perkara yaitu bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah secara benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke baitullah dan berpuasa pada bulan ramadhan".
[Bukhari no.8, Muslim no.16]

PENGANTAR.

Hadits ini merupakan penjelasan lebih lanjut dari hadits sebelumnya, di mana Islam digambarkan  secara aflikatif dengan ungkapan seperti, "engkau bersaksi….". Pada hadits ini, Islam digambarkan layaknya sebuah bangunan kokoh dan tegak di atas landasan yang mantap. Landasan itu berupa, syahadat, shalat, zakat, haji, dan puasa Ramadhan.

PENJELASAN

"Islam dibangun atas lima pilar utama, bersaksi bahwa tIada Tuahan yang berhak disembah selain  Allah swt dan Muhammad adalah utusan-Nya"  Landasan pertama bangunan Islam adalah Syahadat. Syahadat merupakan hal yang sangat penting dalam Islam, setidaknya berdasarkan beberapa alasan :
  • Syahadat merukan pintu masuk ke dalam bangunan Islam itu sendiri.
  • Syahahadat adalah  intisari ajaran Islam.
  • Syahadat adalah dasar perubahan.
  • Syahadat adalah inti da'wah para Rasul.
  • Syahadat merupkan sumber keutamaan, berupa sorga bagi yang meyakini kandungannya.
Kemudian, terdapat tujuh syarat utama yang merupakan unsur kesempurnaan Syahadat. Jika semuanya terwujud, akan melahirkan pribadi Muslim yang mumpuni dan integral. Ketujuh syarat itu adalah :
1.      Ilmu yang menghilangkan kebodohan.
2.      Keyakinan yang menghilangkan keraguan.
3.      Penerimaan yang menjauhkan penolakan.
4.      Ketundukan yang menjaukan sikap acuh.
5.      Ikhlas yang melebur kesyirikan.
6.      Ketulusan yang akan melebur kepalsuan.
7.      Kecintaan yang akan menghapus kebencian.


"Menegakkan Shalat "

            Shalat merupakan pilar kedua dalam Islam. Urgensinya tidak lagi diragukan oleh ummat Muslim. Shalat memiliki tujuan utama berupa mencegah perbuatan keji dan mungkar. Untuk bisa mewujudkan tujuan dasar ini, shalat memiliki perangkat-perangkat berupa :

1.      syarat-syarat :
1.      Membersihkan anggota tubuh dari hadas maupun najis.
2.      Menutup aurat dengan pakaian yang bersih.
3.      Memilih tempat yang bersih.
4.      Mengetahui masuknya waktu
5.      Menghadap kiblat.
2.      Rukun-rukun :
·         Niat (ikhlas),
·         Berdiri jika mampu,
·         Takbiratul Ihram,
·         Membaca Al-Fatihah,
·         Ruku,
·         Bangkit dari ruku,
·         Sujud,
·         Duduk diantara dua sujud.
·         Tasyahhud.
·         Beshawalawat kepada Nabi.
·         Mengucapkan salam.
·         Tuma'ninah.
·         Tertib.
Selain hal-hal di atas maka dianggap termasuk dalam kategori sunnah-sunnah shalat. Jika unsur-unsur tersebut terpenuhi dengan baik serta keikhlasan mendasarinya, maka kekhusyu'an akan lahir. Khusyu' adalah kondisi dimana seseorang merasakan ketundukan dan kehinaan di hadapan Yang Maha Kuasa, dengan mengharap (raja') keridhaan-Nya dan khawatir (Khauf) terhadap siksaan-Nya. Unsur batiniah dan lahiriah inilah jika terwujud mampu menjauhkan seorang Muslim dari perbuatan keji dan mungkar.

"Menunaikan zakat "

Zakat adalah harta yang ditunaikan untuk kaum lemah. Zakat bertujuan untuk membersihkan noda-noda harta yang dimiliki maupun mensterilkan sang pemberi
zakat dari sikap bakhil. Tujuan ini terekam dalam firman Allah swt yang berbunyi : 
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui."
                Juga firman-Nya :
"Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, Sambil menerima segala pemberIan Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunIa adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian."
Syekh Sayyid Sabiq mengomentari ayat di atas dengan mengatakan ,"Allah swt menjadikan karakter utama orang-orang yang baik adalah Ihsan. Wujud ihsannya itu dibuktikan dengan Qiyamullail dan memperbanyak Istigfar pada waktu sahur sebagai wujud ketundukan dan taqarrub kepada-Nya. Ihsan itu pula nampak dengan menunaikan zakat kepada  yang berhak menerimanya".

Menunaikan zakat memiliki beberapa urgensi, diantaranya adalah :
  • Zakat merupakan sebab turunya rahmat Allah swt.
  • Zakat merupakan salah satu penyebab kembalinya kekuasaan Islam ke pangkuan ummat Muslim.
  • Zakat merupakan penyebab masuknya seseorang ke dalam sorga.
  • Menghilangkan unsur kejelekan yang dimiliki suatu barang.

Melihat urgensi zakat yang sedemikian rupa, Allah swt kemudian menjelaskan ekses negatip akibat tidak berjalannya instrument zakat dalam sebuah komunitas Muslim. Diantaranya berupa :
  • Emas dan perak yang tidak dizakati menjadi strika bagi pemiliknya di hari kemudian.
  • Harta yang tidak dizakati menjadi bumerang bagi yang bersangkutan pada hari kemudian.
  • Tidak ditunaikannya zakat bisa menyebabkan hujan tidak lagi diturunkan oleh Allah swt.

"Menunaikan haji"

Haji merupakan piranti penting dalam bangunan Islam. Ia dianggap jihad yang tidak mengandung resiko oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Bahkan ketika para wanita menghadap kepada beliau mengajukan keberatan akan banyaknya ibadah yang bisa diakses oleh kaum laki-laki, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengarahkan mereka kepada ibadah haji yang dianggap merupakan jihadnya kaum wanita. Haji memiliki beberapa keutamaan, diantaranya berupa :
1.      Termasuk rumpun ibadah yang diutamakan. Rasulullah saw pernah ditanya tentang amalan yang paling afdhal, beliau menjawab " Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya". Kemudian apa lagi ? Beliau menjawab, "Jihad di jalan Allah" kemudian apa lagi ? Jawab beliau, "haji yang mabrur"
2.      Pembersih dosa dan kesalahan. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda " Barang siapa yang menunaikan haji tanpa terlibat dengan ucapan kotor dan kefasikan maka Ia layaknya orang yang baru dilahirkan dari perut ibunya"
3.      Penyebab mendapatkan sorga Allah swt. Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam " tiada balasan bagi haji mabrur kecuali sorga"
4.      Merupakan jihadnya kaum lemah seperti wanita dan orang tua.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam besabda, "jihadnya kaum lemah dan wanita adalah haji"



"Berpuasa pada bulan Ramadhan"

            Puasa artinya menahan. Dari sisi syari'at, maknanya berupa menahan segala hal yang dapat merusak puasa dari sejak imsak hingga matahari terbenam. Keutamaan puasa dari segi kejiwaan dan kesehatan jasmani telah banyak di sorot oleh ilmuan.  Sedang menurut Islam sendiri, keutamaan itu berupa :
  1. Puasa merupakan ibadah yang ditentukan pahalanya oleh Allah swt sendiri.
  2. Merupakan perisai dari perbuatan zina.
  3. Puasa berperan sebagai pemberi syafaat pada hari kimat.
  4. Menjauhkan seseorang dari api neraka.
  5. Puasa memiliki pintu khusus di sorga yang merupakan jalur masuk bagi mereka yang gemar berpuasa. Pintu itu bernama Ar-Rayyan.
Puasa secara umum terbagi empat kategori:
  • Puasa Ramadhan.
  • Puasa Kaffarat.
  • Puasa Nazar.
  • Puasa Sunnah.
Selain keutamaan puasa di atas, bulan ramadhan memiliki keutamaan tersendiri.
Diantara keutaman itu adalah :
  1. Terbukanya pintu sorga dan tertutupnya pintu neraka.
  2. Setan dibelenggu.
  3. Malam lailatul qadar.
  4. Merupakan penebus dosa-dosa tahun sebelumnya selama menghindari dosa-dosa besar.
  5. Penebus dosa-dosa lama.
Mengingat begitu pentingnya puasa Ramadhan maka ditemukan banyak hadis-hadis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang mengingatkan kita tentang bahaya meninggalkan puasa Ramadhan tanpa adanya alasan syar'i. Beberapa diantaranya seperti :
  • Sabda Rasulullah saw yang berbunyi, "Simpul-simpul Islam dan landasan agama ada tiga. Bangunan Islam berdiri kokoh di atas ketiganya. Barangsiapa yang meninggalkan salah satu diantaranya maka Ia dianggap kafir dan halal darahnya, yaitu : syahadat, shalat wajib dan puasa ramadhan.
  • Sabda Rasulullah saw : "Barang siapa yang tidak berpuasa sehari saja dalam bulan ramadhan tanpa adanya rukhsa yang dibenarkan oleh Allah, maka Ia tidak bisa menggantinya dengan puasa lainnya, walaupun Ia puasa terus menerus sepanjang hidupnya".
Demikianlah bagunan Islam yang disarikan dari hadits di atas. Wallahu a'lam. Kita berharap agar Allah swt memudahkan kita untuk terus menerus komitmen dengan pilar-pilar agama-Nya. Amin.


Penulis : Idrus Abidin, Lc., MA.



2 komentar:

  1. pntn mau bertanya apakah setiap hadits atau alqur;an memiliki asbabul wurud dan nuzulnya?????

    ReplyDelete
  2. tidak semua hadits maupun ayat al-qur'an ada asbabul wurud dan asbabun nuzul. bahkan, untuk al-Qur'an, lebih banyak tanpa asbabun nuzul. wallahu a'lam

    ReplyDelete

Categories

About Us

There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form.

Contact Form